Update.. Update..

Keesokan harinya aku sudah bangun pagi-pagi dan kulihat Shela masih tertidur aku turun dari tempat tidur menuju WC untuk beres-beres. Tadinya mau mandi tapi dingin banget jadi cuci muka aja terus aku sikat gigi setelah itu aku pipis. Kemudian aku keluar dari WC dan aku lihat Shela sudah bangun dari ranjang dia langsung berjalan ke WC setelah ‘say hi’ sama aku. Aku mulai mengganti baju dan beres-beres begitu juga Shela.

Setelah kami selesai beres-beres kami langsung turun kebawah keruang makan. Ternyata sudah ada om Ivan dan tante Sherly sedang sarapan.

“Pagi om tante. Pagi pa ma.” Sapaku dan Shela.
“Pagii Linda.. Pagi Sayang… Ayo duduk sini kita sarapan nasi goreng” Jawab tante Sherly.
“Iyah pagii… Ayo makan..” Jawab om Ivan. Aku dan Shela pun mulai makan nasi goreng buatana tante Sherly. Sementara kami makan om dan tante sedang ngobrol tentang kerjaan om Ivan, aku kurang gitu mengerti jadi aku fokus ke nasi goreng dipiringku yang sudah hampir mau habis. Tiba-tiba shela memanggil om Ivan.
“Pa entar malem pijitin payudara aku lagi yah pa? Hehehehe” Tanya Shela.
“Pasti dong entar malem yah setelah makan malam seperti biasa sayang.” Jawab om Ivan sambil tersenyum ke Shela.
“Emang semalem papah semalem sampai jem berapa pijitin Shela setelah mamah tidur?” Potong tante Sherly.
“Ahh.. Ga gitu lama kok mah paling setengah jam dari mamah tidur.” Jawab om Ivan yang terdengar sedikit gerogi. Sepertinya lebih dari setengah jam deh pikirku.
“Oke dehh pa… Pa kayanya entar malem Linda mau ikutan dipijitin papa deh hihihihihihi..” Jawab Shela sambil tertawa cekikikan. Aku kagett setengah mati perasaan kemaren aku ga ada ngomong mau ikutan.
“Ahh eng… Ngga om.. Shela mengada-ngada om aku.. akuu ga bilang mau ikutan kok om. Beneran deh om.” Jawabku terbatah-batah.
“Hahahaha.. Gapapa kok Lin kalau kamu ga mau ikutan. Tapi kalau kamu mau lihat boleh kok kan cuman lihat doang.” Jawab om Ivan santai.
“Iyah Lin gapapa kalau mau liat doang. Sekalian kamu pelajarin caranya biar bisa pijat sendiri. Kalau kamu risih didalam kamar nanti Shela pijitnya diruang tamu saja.” Kata tante Sherly.
“Hmm liat nanti saja om tante. Aku ama Shela jalan ke RS dulu yahh permisi.” Pamitku sambil mengajak Shela untuk jalan. Sesampai diluar rumah aku langsung ngomelin Shela.
“Ihh apa-apaan sih Shel.. Aku kan ga ada ngomong mau ikutan kemaren..” Omelku.
“Hehehehe.. Kan aku cuman bercana Lin.. Lagian seharusnya kamu cobain aja di pijitin papa aku. Aku jamin nanti pasti kamu ketagihan deh hihihihihi..” Jawab Shela sambil jalan menjauh dariku. Aku langsung uber dan aku jitak kepala dia. Setelah itu kami langsung berjalan ke RS yang tempatnya tidak terlalu jauh dari rumah Shela, masih bisa ditempuh dengan berjalan kaki.

Sesampainya di RS langsung aku bergabung dengan teman-teman seangkatanku. Selagi menunggu dokter pembimbing datang kami bercerita pengalaman koas kami masing-masing. Lagi asik-asiknya ngobrol tiba-tiba dokter pembimbing datang koas baru pun mulai. Dokter pembimbing langsung membagi beberapa group untungnya aku segroup sama Shela jadi lebih enak kalau ada jaga malam. Jam cepat banget berlalu aku sudah cek pasien terus cek IGD ga terasa sudah sore sudah waktunya pulang. Aku dan Shela langsung siap-siap pulang, karena cape kami naek angkot biar cepet sampai rumah. Pas sudah sampai rumah ternyata garasi kosong berarti tante Sherly dan om Ivan belum pulang karena mobil mereka tidak ada. Aku dan Shela langsung berjalan kearah kamar untuk mandi dulu, rencana setelah mandi aku mau tidur sore saja karena cape di RS tadi. Aku yang mandi pertama setelah mandi aku keringkan rambut langsung naek tempat tidur. Aku ga tau deh Shela tidur siang juga atau tidak.

Pas aku bangun ternyata sudah gelap dan pas aku liat jam sudah jam 7 malam. Ternyata Shela juga tidur sore dia masih tertidur disampingku. Ga lama terdengar suara om Ivan mengetuk pintu kamar Shela.

“Shela… Linda… Ayoo makan malam duluu…” Panggil om Ivan.
“Iyaahh om..” Jawabku. Sambil membangunkan Shela.
“Shel bangun… Papa kamu sudah panggil makan malam tuh..” Ajakku. Tidak lama kemudian Shela langsung bangun dia cari air putih kemudian ngajak aku turun.
“Yuk Lin…” Ajak Shela. Pas dia sudah mau sampai pintu tiba-tiba dia berenti.
“Ehh Lin kamu masih pake BH yah?? Biar papaku bisa liat puting kamu dari balik baju hihihihihi.” Goda Shela.
“Heran kamu Shel baru bangun masih sempet-sempetnya kepikiran godain aku. Ga ah.. Aku tetep pake BH aja.. Risih tau..” Jawabku sambil membuka pintu kamar. Pas sampai bawah hanya ada om Ivan di meja makan dengan bungkusan KFC.
“Pa, mama kemana?” Tanya Shela.
“Mama ada operasi malem sayang.. Jadi kita makan KFC saja yah. Yuk Lin makan.” Jawab om Ivan.
“Iyah om.. Selamat makan.” Jawabku sambil membuka kotak KFC.
“Makan..” Kata Shela.

Selama makan kami tidak banyak ngobrol. Aku jadi teringat kejadian tadi pagi, apa entar jadi Shela dipijit om Ivan di ruang tamu? Apakah aku harus liat? Sambil makan aku masih berpikir apa yang akan terjadi setelah selesai makan malam?

Setelah selesai kami selesai makan aku dan Shela membereskan bungkus KFC dan membersihkan meja. Sedangkan om Ivan berjalan ke arah kamarnya. Tiba-tiba Shela memanggil om Ivan.

“Pa jadi pijit payudaraku kan?” Tanya Shela.
“Jadii dong sayang.. Ini papa mau ganti baju dulu biar rilex. Entar kita pijitinya di ruang tamu saja. Biar Linda bisa lihat juga. Siapa tau mau ikutan yah Lin? Hehehehe..” Lirik om Ivan ke arah aku. Aku hanya senyum saja tidak menjawab cadaan om Ivan. Kemudian om Ivan lanjut jalan ke kamarnya.
“Toh Lin papaku masih ngarep ngeliat payudara kamu. Udah sana lepas BH dulu dih biar enak nanti pas dipijit hihihihihi.” Goda Shela lagi.
“Aduh Shel engga.. Pokoknya aku ga mau.. Paling entar aku liat kamu dipijit sebentar abis itu aku balik kamar aku belajar.” Jawabku sambil beres-beres. Pas aku selesai beres-beres om Ivan keluar dari kamar pas aku lihat ternyata om Ivan tukar baju menjadi kaos oblong dan celana pendek.
“Ayoo pa kita keruang tamu. Sini Lin ikut aku..” Ajak Shela sambil menarik tanganku. Jantungku mulai berdebar aku tidak tau harus berbuat apa.

Sesampainya diruang tamu om Ivan langsung duduk disofa kemudian Shela duduk diseblahnya dan aku dipaling ujung disebelah Shela. Om Ivan langsung menyalakan TV mungkin biar tidak canggung dengan aku.

“Lin kalau mau liat gimana om pijitin payudara Shela gapapa yah jangan malu-malu kan disini cuman ada kita ber 3 doang.” Kata om Ivan tiba-tiba.
“Oh… Oke om hehehehe..” Jawabku gerogi.
“Yuk sini sayang papa pijitin.. Payudara kamu sudah kangen sama tangan papa yah? Hehehehe.” Ajak om Ivan berbarengan badan Shela bergerak membelakangiku.

Aku ngintip om Ivan mulai memijit dada Shela dari luar baju sambil matanya melihat ke arah TV. Tangan om Ivan bergerak-gerak dibagian bawah payudara Shela entah gimana caranya om Ivan memijitnya aku tidak begitu jelas karena tertutup dengan badan Shela. Tiba-tiba terdengar suara ‘hmmm..’ dan kulihat dari belakang sepertinya badan Shela agak bergerak seperti menahan geli. Aku mencoba ngintip lagi karena penasaran aku agak membungkukan badan mendekati Shela agar dapat melihat apa yang dilakukan oleh om Ivan sampai membuat Shela seperti kegelian. Waahh ternyata tangan om Ivan sudah mencapai ke puting payudara Shela, pantas saja Shela seperti kegelian gitu. Mungkin ada beberapa detik aku memperhatikan tangan om Ivan. Tanpa sengaja aku meliahat mata om Ivan dan aku kaget ternyata om Ivan sedang memandang kearah aku. Tapi bukan kemataku tapi kearah dadaku pas aku sadar aku melihat kearah dadaku ternyata bajuku agak turun jadi memperlihatkan belahan dadaku. Langsung saja aku menutup dengan tanganku kemudian aku beranikan diri melihat mata om Ivan, pas mataku dan mata om Ivan berpapasan dia tersenyum padaku. Aku dengan gerogi langsung saja kembali duduk dan berlaga menonton TV.

Kira-kira 5 menit aku mencoba untuk tidak menoleh kearah om Ivan dan Shela. Ini sepertinya 5 menit terlama, waktu nunggu ujian juga ga seperti ini. Tiba-tiba Shela bergerak dan aku dengan tak sengaja menoleh kerah Shela. Astaga ternyata Shela mencoba untuk membuka kaos yang dipakainya. Dalam sekejap Shela sudah membuang kaosnya kelantai dan ku intip sedikit tangan om Ivan mulai bergerak-gerak didadanya Shela.

“Hmm.. Lin.. Ga mau ikutan?? Hmmm..” Tanya Shela tiba-tiba.
“Ahh engga Shel kamu ajah..” Jawabku singkat. Aku tambah deg-degan dan sepertinya aku mulai keringetan karena gerogi. Apa aku balik kekamar saja yah? Ah sepertinya lebih baik aku balik ke kamar saja. Pas aku sudah putuskan untuk balik kekamar terdengar suara om Ivan.

“Shel coba kamu ajarin Linda gimana cara papa tadi pijit payudara kamu.” Kata om Ivan.
“Oke pah. Sini Lin aku ajarin, sini puter badan kamu kearah aku.” Jawab Shela sambil menarik tangan aku untuk menghadap ke arahnya. Haduh baru saja aku mau kabur kekamar sekarang sudah telat. Tanpa menjawab aku mengikuti tarikan tangan Shela, aku pikir toh Shela ini yang akan mengajarkanku bukan om Ivan.

Tangan Shela mulai bergerak kearah payudaraku aku tambah deg-degan saja. Dan dia sudah menyentuh bagian bawah dari payudaraku, Shela mulai memijit halus bagian itu. Hmm rasanya enak juga pikirku walaupun masih ditutupi dengan BH dan ini pengalaman pertama, aku merasakan pijitan didada dengan tangan orang lain yang biasanya hanya tanganku yang menjamah pada saat mandi. Lama kelamaan tangan Shela mulai naik sampai aku rasakan ada remasan di area putingku ‘hhmmm’ desahku dalam hati aku tidak mau mendesah malu kalau ketauan ternyata aku suka juga pijitan tangan Shela.

“Ehh pa, benar kata papa ternyata dada Linda kencang dan lebih besar dari punyaku. Papa ngiri yah mau pegang ini juga? Hihihi.” Ejek Shela sambil meremas-remas payudaraku.
“Iyah nih.. Papa juga pengen coba pegang payudara Linda yang montok itu hehehe..”Jawab om ivan.
“Udah ah Shel.. Aku malu..” Kataku sambil mengambil tangan Shela dan menjauhkan dari payudaraku.
“Ahh udah Lin kamu malu sama siapa sih? Kan cuma kita bertiga ini.. Lagian ini kan demi kebaikan kamu juga kan? Hehehehe..” Kata Shela sambil meremas payudaraku kembali. Aku malu sama papa kamu lah jawabku dalam hati tapi, ada benernya juga sih apa yang dikatakan Shela ini demi kebaikan aku juga. Aku biarkan tangan Shela meremas-remas payudaraku dan sesekali aku melihat om Ivan ternyata dia memperhatikan kearah payudaraku. Aku malu setengah mati tapi tidak bisa kabur dari keadaan ini. Setelah entah berapa menit Shela meremas-remas payudara dan putingku, aku baru sadar sepertinya celana dalamku sudah basah. ‘Masa aku terangsang dengan pijatan Shela?’ Tanyaku dalam hati.

“Pa mau coba pegang payudara Linda? Montok loh pa..” Canda Shela lagi.
“Papa sih mau-mau saja sayang.. Tapi Linda ga kasih toh..” Jawab om Ivan sambil tersenyum kearahku.
“Lin, kasih lah papaku pegang sedikit payudara kamu yang montok ini toh kamu masih pakai BH kan? Gapapa lah papaku coba pegang dari luar saja.” Kata Shela.
“Eng… Ga ahh Shel..” Jawabku singkat sambil melipatkan tangan menutupi payudaraku.
“Ya udah gini saja deh Lin.. Om pegang payudaramu lewat tangan kamu deh jadi ga langsung kena hehehehehe.” Sahut om Ivan.
“Ihh papa segitu pengennya pegang payudara Linda? Ini aku yang sudah terlanjang kok ga disetuh sih? Mentang-mentang keliatannya punya Linda lebih kencang yah? Sudah Lin kasih lah toh kamu masih pake BH dan ada tangan kamu.” Sahut Shela. “Auuu.. Papa mah genit hehehehe..” Triak Shela, karena putingnya dicubit sama om Ivan.
“Tapii… Jangan ahh om.” Jawabku malu. Aku rasa mukaku sudah merah seperti kepiting rebus. Tiba-tiba om Ivan berdiri dan berjalan kearahku yang sedang duduk disamping Shela kemudian berlutut.
“Boleh yah Lin om pegang sebentar..” Kata om Ivan sambil kedua tangannya bergerak kearah payudaraku yang masih ditutupi oleh tanganku. Reflex aku bergerak mudur tapi tak bisa banyak karena ada sandaran sofa sekejap kemudian tangan om Ivan sudah berada diatas tanganku yang sedang menutupi kedua payudaraku. Tidak selang beberapa waktu om Ivan mulai meremas-remas payudaraku walaupun masih tertutupi dengan tanganku tapi rasanya seperti langsung tangan om Ivan meremas payudaraku. Tangannya mulai meremas dari bagian bawah payudaraku perlahan tapi pasti tangannya mulai naik dan naik. ‘Hmm..” desahku pelan dan aku sedikit merubah posisi dudukku karena remasan om Ivan lebih keras dari sebelumnya. Pada saat aku merubah posisi dudukku aku merasakan celana dalamku sudah basah hingga aku sedikit risih.

“Betul katamu sayang.. Payudara Linda padad dan kenyal sekali. Walaupun papa hanya pegang dari luar tapi terasa sangat padad dan kenyal hehehehehe.” Kata om Ivan tiba-tiba.
“Iyah kan pa?? Pasti tambah penasaran yah pa mau pegang langsung dari dalam? Hihihi.” Jawab Shela yang tak kusadari ternyata dia sudah memakai kaosnya sambil nonton TV dan sesekali melihat kerahku.
“Su.. Sudah ahh om..” Kataku sambil menjauhkan tangan om Ivan.
“Sebentar lagi lah Lin.. Om masih penasaran nih..” Jawab om Ivan dengan tangannya bergerak lagi kearah payudaraku.

Kali ini om Ivan meremasnya sedikit lebih kencang dari tadi, mungkin karena gemas dengan payudaraku. Sekarang tangannya bergerak naik mencoba menyentuh payudaraku yang tidak terhalang tangan dan BHku dan aku tetap berusaha untuk menghalangi tangan om Ivan. Tapi dengan lincahnya jari-jari om Ivan bergerak kebawah telapak tanganku mencoba meraba bagian atas payudaraku yang tidak terhalang BH hanya kaos tipis yang menghalangi payudaraku dengan jari-jarinya. Setelah itu jari om Ivan mulai menekan-nekan payudaraku seakakan sedang meremas dadaku. Sekarang aku merasakan sensasi yang berbeda, dengan ‘remasan’ tangan om Ivan sepertinya celana dalamku semakin lembab dan sedikit demi sedikit aku mulai menikmati ‘remasan’ itu. Baru saja mataku mulai terpejam dan tiba-tiba.

“Aahh om.. Jangan..” Kataku. Tangan om Ivan menggeser kedua tanganku kemudian kembali memegang kedua payudaraku yang hanya terhalang oleh BHku. Aku berusaha untuk menutupi payudaraku lagi tapi apa daya tangan om Ivan sudah mendarat dipayudaraku.
“Waahh paa akhirnya bisa memegang payudara Linda yah? hehehe.” Ledek Shela.
“Hehehehe..” Ketawa singkat om Ivan tanpa melihat Shela. Tangannya masih meremas-remas payudaraku dari bagian bawah sampai kebagian atas yang tidak tertutup BH, berkali-kali tangannya bergerak seperti itu sampai..
“Aahhh om…” Desahku. Tangan om Ivan seperti mencubit BHku yang menutupi kedua putingku tapi tidak langsung dilepas malah dipijat-pijat putingku dari luar BH. Tanganku berusahan untuk melepaskan tangan om Ivan tapi badanku bergerak-gerak karena menahan geli dari cubitan tangan om Ivan. Nafasku semakin memburu dan celana dalamku sudah banjir sekarang, aku merasakan celana dalamku sudah becek sekali.

Setelah beberapa detik tangan om Ivan mencubit payudaraku tiba-tiba dia mulai melepaskannya. Dan hanya memegang penuh payudaraku tanpa meremasnya.

“Lin kamu cantik, wangi dan dadamu montok sekali. Beruntung sekali pacarmu Lin.” Kata om Ivan membuka pembicaraan denganku. Dengan tangan masih dipayudaraku.
“Hmm..” Senyum kecilku dengan nafas masih ngos-ngoshan.
“Ihh papa.. Itunya sampe bangun gara-gara pijitin payudara Linda yah? Hihihihihi.” Teriak Shela. sambil menunjuk kearah bawah. Reflex aku melirik kearah apa yang ditunjuk Shela dan ‘ahh’ ternyata penis om Ivan sudah menonjol kedepan dari celananya, berarti om Ivan tidak memakai celana dalam dari tadi. Aku sedikit merinding melihat penisnya om Ivan.

Perlahan-lahan tangan om Ivan bergerak turun dari payudaraku, terus kearah pinggangku, sampai keperutku sekarang tangannya memijit kiri dan kanan perutku. Perasaanku mulai lega mungkin om Ivan sudah puas meremas payudaraku. Aku mulai rilex dengan pijatan tangan om Ivan tanpa sadar sekarang posisi dudukku sudah tidak terlalu tegak melainkan agak selonjor. Tangan om Ivan masih memijat daerah perutku walaupun kadang suka bergerak kearah bawah perutku tapi menurutku masih aman. Perlahan aku merasakan jari-jari om Ivan langsung mengenai kulit perutku ‘ahh mungkin karena posisi dudukku seperti ini jadi kaosku sedikit agak terangkat’.

“Su.. sudah yah om..” Kataku sambil memegang tangan om Ivan.
“Ahh iyah Lin sebentar lagi yah Lin.. Soalnya om suka memegang perut rata kamu nih..” Jawab om Ivan. Yahh udah lah aku kasih sedikit waktu buat om Ivan dan hanya perutku ini yang sedang dipijit om Ivan.

Kira-kira berapa menit tangan om Ivan memijat dan meraba perut dan pinggangku dari dalam baju. Sekarang nafasku sudah mulai teratur. Aku melirik kearah Shela ternyata dia sedang fokus nonton tiba-tiba Shela berdiri.

“Aku haus pa, Lin.. Aku kedapur dulu yah..” Kata Shela sambil berjalan kearah dapur. Tinggalah aku berdua dengan om Ivan di ruang tamu yang masih berlutut didepanku dengan aku yang bersandar disofa.
“Lin perut kamu rata yah tidak ada lemaknya bagus sekali. Om liat dikit yah Lin?” Kata om Ivan sambil sedikit mendorong bajuku naek dengan jari-jari tangannya yang berada didalam baju di daerah perutku. Aku tak menjawab pertanyaan om Ivan. Sekarang kedua telapak tangan om Ivan sudah berada diatas perutku dan mengelus-elus perutku. Tiba-tiba tidak berapa lama kemudian.

“Ahhh om.. Ja.. Jangan ahh om..” Sedikit teriakku sambil menahan tangan om Ivan ketika tangan om Ivan dengan cepatnya naek kearah payudaraku lagi. Dan om Ivan langsung meremas-remas payudaraku. Sekarang bajuku agak tersingkap ketas dan tangan om Ivan bisa menyentuh payudaraku yang tidak tertutup BH.
“Su.. Sudah om.. Jangan.. Aku gaa mau om..” Rengekku sambil mencoba melepaskan tangannya dari payudaraku.
“Maaf Lin.. Sebentar saja ijinin om pegang payudara kamu.. Om penasaran banget ama payudara kamu yang montok ini Lin.” Jawab om Ivan sambil tangannya meremas dan mengelus payudaraku yang tidak tertutup BH. Dengan sedikit dorongan bajuku sudah naik sampai payudaraku. Sekarang om Ivan bisa melihat BH dan payudaraku.
“Sudah om.. Sudahh ahh..” Jawabku lagi dengan masih mencoba memegang tangan om Ivan. Tapi om Ivan masih saja memainkan payudaraku terutama dibagian atas yang tidak tertutup BH.
“Waahh baru ditinggal minum sama pipis baju kamu sudah tersingkap gitu Lin. Dah tanggung sudah buka saja bajunya Lin.. Toh papa sudah melihat badan kamu tuh hihihihihi.” Ledek Shela sambil kembali duduk disebelahku.
“Tolong bantu aku Shel bilangin papa kamu sudah.. Ahh…” Kataku sambil mendesah karena om Ivan kembali mencubit BHku yang melindungi putingku.
“Aku ga ikutan ahh.. Aku mau kekamar dulu sebentar ahh..” Kata Shela lagi sambil berjalan menuju tangga kekamarnya.
“Sudah jangan om.. Jangan remas lagi payudaraku om..” Pintaku.

Tapi tidak ditanggapi oleh om Ivan dia masih saja meremas-remas dadaku. Rasa malu, takut, tidak berdaya dan terangsang bercampur aduk. Aku mau nangis tapi mataku tidak bisa mengeluarkan air mata. Perlahan-lahan aku mulai pasrah karena kupikir toh masih ada BHku yang menututupi payudaraku. Tangan om Ivan meremas lembut payudaraku seakan tau kalau aku mulai agak pasrah dengan perlakuannya. Jari-jari om Ivan mengelus-ngelus dadaku yang tidak tertutup BH perlahan aku merasakan tangannya mencoba untuk menyelip kedalam BHku. Waktu aku mau memegang BHku untuk menahan tangannya, jari om Ivan sudah memegang putingku terlebih dahulu dan langsung dipijat-pijat kedua putingku.

“Ahhh.. Hhmm… O.. Om.. Sudah cukup om.. Jangan pegang putingku om..” Kataku memelas. Tapi jari-jari lincah om Ivan masih memilin-milin putingku. Dan dengan cepat tangan om Ivan langsung menarik turun BHku sampai terpampang lah kedua payudaraku di matanya. Dengan sigap kedua tanganku langsung menutup payudaraku. Tapi om Ivan tetap sempat melihatnya.

“Wah Lin payudaramu bagus sekali.. Kencang dan putingnya masih pink.. Om yang pertama pegang payudara kamu yah?” Kata om Ivan.
“Iy.. Iyah om.. Om cowo yang pertama memegang dan melihat payudaraku om.. Sudah yah om cukup om.” Jawabku lagi.

Om Ivan masih tertegun melihat aku yang sedang menutupi payudaraku dengan kedua tanganku. Perlahan om Ivan mendekatkan wajahnya kearah belahan payudaraku yang tidak tertutup dan mengendus-endus.

“Lin badan kamu wangi sekali..” Kata om Ivan yang masih memegang BHku. Perlahan om Ivan melepas peganan BHku dan bergerak kebelakang menuju kancing BHku. Aku tau apa yang akan om Ivan lakukan aku mencoba menahan tangannya untuk mencapai pegait BHku sambil sedikit berteriak ‘jangan om’. Tapi om Ivan dengan perlahan mengangkat badanku dengan satu tangan dan tangan yang satu lagi membuka kacing BHku dan ‘clek’ terlepas lah pengait BHku. Sekarang om Ivan menarik BHku perlahan-lahan yang masih nyangkut dikedua tanganku.
“Sudah Lin sini.. Tak usah malu lagi sama om kan om sudah liat tadi payudara kamu.” Sambil memegang tanganku dan menariknya untuk melepaskan BHku. Aku masih mencoba menahan tanganku tapi sedikit demi sedikit BHku terlepas juga tinggal tanganku lah yang melindungi payudaraku.
“Kamu sexy sekali Lin.. Beruntung sekali pacarmu..” Kata om Ivan sambil memandangi aku yang terduduk sambil menutupi payudaraku.

Perlahan tangan om Ivan bergerak naik dari perutku menuju ke payudaraku.. Dia mencoba menarik tanganku tapi aku masih menahannya maka dia hanya bisa menyentuh payudaraku yang tidak tertutup. Sesampainya diatas payudaraku om Ivan mencoba menyelipkan jari-jarinya untuk mencapai putingku. Pelan-pelan jari om Ivan berhasil menyelip kedalam tanganku.

“Om… Jang.. Ahh…” Kataku terpotong ketika jarinya Om Ivan sampai diputingku. Dia mulai memijit kembali kedua putingku. Dan aku kembali tak berdaya menahan tangannya. Perlahan tanganku mulai disingkirkan dari payudaraku dan aku tidak kuat menahannya lagi karena sudah lemas tubuhku akibat jarinya memainkan putingku. Sekarang terpampang lah payudara ranunku didepan om Ivan yang seharusnya kutunjukan untuk suamiku nanti. Tangan om Ivan beralih kebajuku dia mengangkat bajuku melewati kepala dan tanganku. Awalnya aku mau mencegah tapi untuk apa pikirku toh dia sudah melihat payudaraku. Tapi waktu bajuku terlepas otomatis tanganku langsung menutupi payudaraku lagi. Sekarang aku sudah setengah terlanjang dihadapan om Ivan. Tangan om Ivan mulai mengangkat tanganku kali ini aku tidak begitu menahannya. Langsung saja tangan om Ivan meremas-remas payudaraku lagi aku sekarang sudah tidak tau mau ngapain, hanya bisa meram saja menanggapi remasan tangan om Ivan. Tidak selang berapa lama aku merasakan benda panas diputingku. Aku langsung melihat apa yang dilakukan om Ivan dan astaga aku melihat lidah om Ivan sedang mencoba menjilati putingku.

“Ahh.. Om.. Ahhh.. Hmmm..” Desahku ketika om Ivan mengulum putingku.
“Waahhh papa luar biasa.. Bisa buat Linda terlanjang juga ternyata. Tuh kan Lin apa yang aku bilang.. Kalau kamu ikutan pasti kamu juga terlanjang seperti aku kemarin hihihihihihi.. Gimana enak ga Lin?” Goda Shela sambil berjalan kearahku. Aku dan om Ivan tidak menjawab. Om Ivan masih menjilati putingku kiri dan kanan.
“Hhhmmm O.. Oom.. Suu..Sudah.. O.. om..” Desahku terbatah-batah. Tapi om Ivan masih saja menjilati payudaraku terutama putingku. Entah aku tidak tahu berapa lama aksi om Ivan menjilati kedua payudaraku sampai aku rasakan kepala om Ivan mulai menjauh tapi dengan tangan yang masih berada dipayudaraku. Aku berusaha untuk membuka mata karena sekujur tubuhku sudah lemas sekali.
“Gimana Lin enak engga? Ini pengalaman pertama kamu kan? Dada kamu benar-benar sexy Lin. Om suka banget.” Kata om Ivan dengan tangannya yang masih bermain-main dipayudaraku. Aku tidak menjawab pertanyaan om ivan
“O.. Om sudaah.. Jangan dilanjutkan lagi om.. Shel tolongin aku..” Kataku dengan suara lemas.
“Tenang Lin papaku ga akan menyakiti kamu kok.. Toh kamu masih pakai celana kan? Masih aman lah kalau aku yang diposisi kami pasti papa sudah buat aku terlajang bulat sekarang hihihihihi..” Jawab Shela santai sambil melihat kearahku.

Perlahan om Ivan bangkit berdiri kemudian berjalan kesebelahku. Aku sempet melihat tonjolan dari celana pendek yang dia pakai. Aku berpikir mungkin om Ivan sudah tidak akan melakukan apa-apa lagi, jadi aku mencoba membetulkan posisi dudukku. Dan aku langsung merasakan lagi celana dalam ku yang sudah benar-benar basah ketika celana itu bergsekan dengan vaginaku.

“Lin sini deh duduk disini Lin..” Panggil om Ivan pada saat aku berusaha mengambil kaosku. Pada saat itu aku menoleh dan melihat dia sedang duduk dan aku diminta duduk dipangkuannya. Aku langsung berpikir ‘apa lagi yang om Ivan mau?’ Dia sudah melihat malah meremas-remas payudaraku. ‘Sekarang apa lagi?’
“Engga ah om.. Sudah om aku ga mau lagi.”Jawabku sambil berusaha untuk berdiri. Pada saat aku sudah berdiri aku merasakan tanganku ada yg pegang pas aku menoleh om Ivan langsung menarikku.
“Aahhh om..” Teriakku jatuh duduk dipangkuan om Ivan. Aku duduk dengan membelakangi om Ivan. Dengan sigap tangannya langasung menempel dipayudaraku dan meremas-remasnya lagi. Aku yang menahan geli otomatis menggerak-gerakan dudukku.
“Waahh posisinya asik toh pah hihihihihi.. Nikmatin saja Lin tak usah malu-malu hehehehe.” Kata Shela disebelahku.

Sekarang putingku yang sedang di sentil-sentil oleh tangan nakal om Ivan. Dan badanku semakin tidak bisa diam karena menahan geli. Lama-lama aku merasakan ada tonjolan dari luar celanaku ‘ohhh astagaa.. Itu penis om Ivan.” pikirku. Aku tidak berani untuk melihat kebawah. Perlahan om Ivan memutar badanku untuk menghadap dia, karena aku sudah kehabisan tenaga aku mengikuti tarikan tangannya. Sampai kakiku yg sebelah kanan menyentuh pahanya, kemudian tangan om Ivan mengangkat kakiku berbarengan dengan aku yg sedikit berdiri kemudian menaruh kakiku di sebelah kaki kanannya. Jadi sekarang posisiku berhadapan langsung dengan om Ivan dan payudaraku pas didepan mukanya. Dia langsung saja kembali menjilat dan mengulum putingku.

“Aaahhh O.. Om.. hhhmmm..” desahku tertahan. Badanku sampai melengkung ke belakang sangking tidak dapat menahan geli dan rangsangan ini. Om Ivan sedang menjilati puting kananku dan tangan kanannya sedang meremas-remas payudara kiriku. Dengan posisi seperti ini bibir vaginaku seperti terbuka dan lebih sensitif bila bersentuhan dengan celana dalamku, apa lagi ada penisnya om Ivan yang mengganjal dari celana pendeknya.

“Bangun sebentar Lin..” Kata om Ivan sambil tangan kanannya mengkat badanku. Dan kulihat kearah tangan kirinya ‘astagaa.. tangan kirinya sedang berusaha menurunkan celana pendeknya’ pikirku. Dengan cepat celana ito sudah mulai turun ke kaki kemudian dia menendangnya. Lalu aku langsung didudukan lagi dipangkuannya. Sekarang hanya ada celana dalam dan celana pendek basah yang menghalangi vaginaku dengan penisnya. Aku rasakan penisnya begitu besar dan keras bersentuhan dengan vaginaku yang masih dilindungi celana.
“O… Om.. Jaa.. Jangan om..” Erangku selagi om Ivan kembali menjilati putingku dan pinggulku masih bergerak-gerak menahan rangsangan ini.
“Lin.. Vaginamu sudah basah juga yah? Hehehehe..” Kata om Ivan setelah melepas putingku. Aku tetap tidak menjawab.
“Waahh masa sih pah? Mana aku lihat.. Ehh iyah sudah terjeplak basah dicelana pendek dan dipenis papa.. Lin ternyata kamu hot juga yah hihihihihihi..” Ejek Shela.
“Ouuw.. Sa.. Sakit om..” Desahku karena putingku digigit oleh om Ivan. Kemudian dia mulai menjilati lagi kedua putingku bergantian, sedangkan tangannya sekarang meremas-remas pantatku kali ini aku benar-benar tidak berdaya. Tangan om Ivan mulai bergerak mendorong dan menarik pantatku. Beberapa kali dia lakukan itu aku masih tidak merasakan apa-apa kecuali lidahnya yang sedang mengulum putingku. Lama kelamaan aku baru tau kenapa om Ivan mendorong dan menarik pantatku agar daerah vaginaku bersentuhan dengan penisnya. Awalnya aku mengikuti gerakan tangan om Ivan tapi lama kelamaan tanpa aku sadari pantat ku bergerak sendiri dan tangan om Ivan beralih lagi kepayudaraku. Makin lama aku semakin mempercepat gesekanku dan sampai saat aku…
“Aaahhhh.. Ooo.. omm.. Aahh.. Aaahhh… Aaaahhh…” Desahku sambil mengejang-ngejang tanpa berhenti menggesekan celana yang menutupi vaginaku dengan penisnya diatas pangkuan om Ivan. Aku berasa seperti ada yang keluar dari vagina kuu.. Sampai celana dalamku benar-benar basah “Aaaaahhhh…”

Aku jatuh kebadan om Ivan payudaraku menyentuh badannya sambil aku masih merasakan sisa-sisa orgasme pertamaku. ‘Ini kah yang disebut orgasme?’ Tanyaku dalam hati. Aku rasakan vaginaku masih berdenyut-denyut dan juga penis om Ivan masih keras dibawah sana. Entah berapa menit aku masih bersandar dibadan om Ivan sampai aku merasakan tangan om Ivan mencoba masuk ke celanaku awalnya aku biarkan karena ku pikir masih ada celana dalamku dan aku juga masih lemas sekali tapi lama kelamaan tangan itu bergerak masuk kecelana dalamku dan langsung bersentuhan dengan pantatku. Dia meremas-remas pantatku semakin lama tangannya semakin turun menuju ke vaginaku. Saat tangannya hampir mencapai vaginaku aku langsung bergerak mundur menjauh dari badan om Ivan sapai aku terduduk dilantai.

“Please cukup om.. Jangan yang itu om..” Kataku memelas. Tanpa sengaja aku melirik ke penis besar om Ivan yang masih tegak berdiri dengan urat-urat disekelilingnya dan kepala penisnya yang kemerahan.
“Oke gapapa Lin. Tapi tolong bantu om keluarkan sperma om dong lin..” Jawab om Ivan.
“A.. Aku ti.. Tidak bisa om.. Aku tidak tau caranya om..” Jawabku tergagap-gagap.
“Ya sudah sini kamu duduk disini.. Sayang tolong ajarkan Linda yah gimana caranya..” Kata om Ivan sambil bangkit berdiri dan aku bergerak menuju sofa. Shela langsung saja mendekatiku. Aku pikir ya sudah lah dari pada om Ivan mencoba memegang vagina ku lebih baik aku bantu om Ivan mengeluarkan spermanya biar cepet selesai.

Om Ivan sudah berdiri didepanku dan penisnya persis di depan mukaku.

“Sini Lin aku ajarin yaahh..” Kata Shela sambil mengambil tanganku dan dituntun kearah penis om Ivan. Pas tanganku memegang penis om Ivan terasa hangat dan sedikit basah.
“Nahh gini Lin kamu naik terus turunkan tanganmu seperti ini..” Ajar Shela sambil memandu tanganku untuk bergerak dipenis om Ivan.
“Waahh Lin ini pasti sisa-sisa cairan vagina kamu deh. Penis papaku jadi licin gini hihihihihi..” Goda Shela, dan aku masih diam saja menahan malu sambil mengikuti gerakan tangan Shela. Tanganku dibimbing Shela bergerak dari bawah sampai ke kepala penisnya tangan Shela menarik tanganku untuk mengusap bagian kepala penis om Ivan kemudian baru turun lagi dan terus berulang seperti itu. Entah sudah berapa menit aku memijat-mijat penis om Ivan tapi belum ada tanda-tanda om Ivan akan ejakulasi.
“Om masih lama? Tangan aku pegel nih om.” Kataku.
“Hmm kalau gitu coba kamu kulum deh penis om. Siapa tau jadi cepet keluar.” Jawab om Ivan. Haa?? Aku disuruh mengulum penis om Ivan? Tidak-tidak.
“Eng.. Engga mau om.. Jijik..” Jawabku.
“Cobain aja Lin engga jijik kok.. Penis papaku kan selalu bersih. Kalau kamu kulum pasti papa cepet keluar deh hihihihihi..” Kata Shela.
“Pokoknya ga mau ahh Shel.. Ato kalau engga aku udahan nihh” Jawabku lagi.
“Ya udah gini aja deh Lin.. Tolong kamu ludahin penis om deh..” Kata om Ivan.
“Haa? Kenapa diludahin om?” Jawabku kaget.
“Gapapa nanti kamu juga ngerti Lin. Coba sini ludahin dulu, ludahin disini nih.” Kata om Ivan sambil menunjuk kepala penisnya. Aku yang masih tidak mengerti sedikit demi sedikit berusaha untuk mendekati kepala penis om Ivan. Sekarang bibirku berada beberapa cm diatas penis om Ivan dan aku mulai berusaha untuk meneteskan air liurku ‘tes.. tes..’ air liurku menetes tepat di kepala penis om Ivan.
“Lagi Lin, sedikit lagi Lin.” Kata om Ivan. Kemudian aku mencoba meneteskan lagi air liurku sampai penisnya om Ivan jadi basah.
“Naah sekarang kamu coba ratain air liur kamu deh Lin.” Kata om Ivan. Aku gerakan jari-jariku dari kepala hingga ke batang penisnya sekarang tangan ku bergerak tanpa bantuan Shela.
“Sudah om.” Jawabku.
“Ya sudah sekarang kamu tiduran deh dilantai. Sini Linda sayang..” Ajak om Ivan sambil menarik pelan tanganku. Aku tidak tau apa yang mau dilakukan oleh om Ivan sekarang.
“Mm.. Mau ngapain om?” Tanyaku sambil mengikuti tarikan tangan om Ivan.
“Tenang Lin om ga akan menyakiti kamu kok.. Om cuma mau kamu bantu om biar cepet keluar.” Jawab om Ivan.

Sesampainya dilantai awalnya aku duduk kemudian tangan om Ivan mendorong badanku hingga tiduran. Setelah itu om Ivan naik keatas badanku aku sudah was-was saja takut om Ivan menarik celanaku. Sekarang posisi om Ivan bersedeku diatas perutku dan penisnya ada di tengah-tengah payudaraku. Tiba-tiba kedua tangan om Ivan mengambil tanganku dan mengarahkannya ke payudaraku.

“Lin tolong kamu tekan yah payudara kamu seperti ini..” Kata om Ivan sambil menekan kedua payudaraku hingga menjepit penisnya. Aku hanya mengangguk.

Om Ivan mulai menggerakan penisnya maju-mundur di payudaraku awalnya pelan makin lama gerakan om Ivan mulai kencang. Sesekali tangan om Ivan mencubit putingku sampai membuatku mendesah lagi. Tak beberapa lama kemudian tiba-tiba om Ivan mempercepat gerakannya sambil tangannya meremas payudaraku.

“Aaahhh Lin.. Payudaramu montok sekalii.. Aaahhh… Aaahhhh… Aaaaahhh..” Desah om Ivan berbarengan dengan semprotan spermanya yang mengenai muka, bibir dan dadaku.
“Hmmm… hhhmmm..mmm..” Triakku tapi tidak berani membuka bibirku karena takut sperma om Ivan malah masuk kemulut ku. Om Ivan masih berada diatasku mungkin dia masih menikmati orgasmenya.
“Waaahh.. Banyak sekali spermanya pa.. Segitu terangsangnya yah sama Linda? Hihihihihi.” Goda Shela.
“Temen kamu memang menggairahkan sayang. Dari kemaren pas ketemu juga papa sudah terangsang sama Linda. Makasih yaah Linda sayang..” Kata om Ivan. Aku tidak menjawab apa-apa. Om Ivan berdiri dan duduk disofa. Aku langsung bangun dan berjalan kearah WC untuk membersihkan sisa-sisa sperma om Ivan.

Sesampainya di WC aku mengambil air membilas muka dan bibirku terlebih dahulu kemudian baru kepayudaraku. Setelah selesai aku baru sadar aku lupa membawa bajuku jadi mau tidak mau aku harus keluar dengan keadaan terlanjang dada untuk mengambil bajuku. Ya sudah lah toh om Ivan sudah melihatmua malah sudah menyemprotkan spermanya di payudaraku. Aku beranikan diri untuk keluar dari WC dan jalan keruang tamu. Saat sampai diruang tamu ternyata tinggal om Ivan saja yang duduk di sofa masih tanpa menggunakan celana pendeknya.

“Om, Shela kemana?” Tanyaku.
“Sudah naik kekamar Lin.” Jawab om Ivan sambil berdiri berjalan menuju dimana baju dan BHku.
“Ohh..” Jawabku singkat sambil berjalan ketempat yang sama.
“Ini Lin..” Om Ivan memberikan baju dan BHku.
“Makasih om.” Jawabku lagi. Sambil memakai kaosku tanpa BH karena lebih cepet pikirku.
“Om yang makasih Lin.. Besok lagi yah? Hehehe.” Kata om Ivan sambil memegang kedua tanganku.
“Mmm.. Lihat nanti saja om.” Jawabku sambil melepaskan tangan om Ivan dan berjalan menuju tangga.
“Oh iyah Lin.. Besok-besok kamu tidak usah pake BH Lin toh om sudah pernah liat payudara montok kamu hehehehe.” Kata om Ivan. Aku hanya menengok dan tersenyum kecil kemudian aku jalan lagi menuju tangga.

Sesampainya dikamar Shela aku langsung cepat-cepat ke WC untuk melepaskan celana dalamku yang sudah tidak nyaman. Pas aku buka benar saja celana dalamku sudah basah semua sampai celana pendekku juga basah. Aku langsung mencuci vaginaku yang masih basah, pas jariku bersentuhan dengan vaginaku masih terasa sangat sensitif. Setelah itu aku berberes untuk tidur. Pas aku keluar Shela sambil tersenyum melihat kearahku. Aku hanya memakai kaos yang tadi dan handuk yang menutupi vaginaku sambil berjalan mengambil celanaku yang baru dan memakainya kemudian manaruh handukku di WC lagi.

“Tadi orgasme pertama kamu yah?” Tanya Shela. Aku hanya mengangguk sambil berjalan menuju ranjang.
“Gimana enak ga Lin? Hihihihi” Tanya Shela lagi sambil mendekatiku. Aku mengganguk lagi tanpa mengeluarkan suara.
“Ahh kamu jangan marah dong sama aku..” Kata Shela sambil memelukku dari belakang.
“Abis kamu bukannya membantu malah meninggalkan aku berdua sama om Ivan.” Jawabku sewot.
“Abis aku penasaran juga Lin apa papa bisa buat kamu terlanjang juga apa tidak. Ternyata bisa, malahan sampai menyemprotkan spermanya dibadan kamu lagi hihihihi.” Kata Shela.
“Yah itu semua kan gara-gara kamu tidak bantu aku.” Jawabku masih dengan nada sewot.
“Gapapa Lin toh papaku tidak menyakiti kamu kan malah bikin kamu ngerasain orgasme pertama kamu hihihihi..” Goda Shela. Aku diam saja tidak menjawab.
“Ngomong-ngomong bener kan kata aku kemarin kalau kamu ikutan pasti kamu balik ke kamar terlanjang hihihi..” Lanjut Shela.
“Udah ahh aku mau tidur. Dahh..” Jawabu sambil menutupi mukaku dengan selimut.
“Good night Lin.. Mimpi indah yahh hehehehe.” Jawab Shela sambil berjalan mematikan lampu.

‘Kok tadi bisa sampai seperti itu yah? Ini bukan mimpi kan?’ Pikirku. Seharnya yang buat aku orgasme pertama kali itu nanti suamiku. Ini malah om Ivan yang buat aku orgasme pertama kali. ‘Gimana besok aku ketemu sama om Ivan yah? Apa besok om akan berusaha mengulangi kejadian hari ini? Ahh sudah aku tidur saja.’ Kataku dalam hati.