Update.. update.. :matabelo:

Paginya seperti kemarin aku langsung beres-beres kekamar mandi tapi yang berbeda hari ini Shela sudah bangun terlebih dahulu dia sudah hampir siap berangkat. Setelah aku selesai beres-beres aku dan Shela berjalan keruang makan. Ternyata om Ivan dan tante Sherly sedang sarapan. ‘Jem berapa tante Sherly pulang semalam?’ Sepertinya kemarin sudah malam setelah aku dikerjai oleh om Ivan.

“Ayo sarapan..” Panggil om Ivan.
“Yuk makan sayang.” Ajak tante Sherly.
“Iyah om, tante.. Oke pa, ma” Jawabku dan Shela.

Hari ini tante Sherly menyiapkan telur dan roti untuk sarapan. Aku dan Shela mulai makan.

“Ma kemarin Linda ikutan dipijitin payudaranya sama loh sama papa..” Kata Shela tiba-tiba.
“Haa? Masa? Gimana ceritanya? Pasti ini mah bisa-bisaannya papah nih.. Hehehehehe.” Jawab tante Sherly. Aku hanya makan dan kadang tersenyum kecil ke tante Sherly aku takut tante Sherly marah. Dan aku lihat om Ivan juga hanya senyum-senyum saja.
“Yahh gitu lah ma.. Papa pinter banget ngerayu Linda ma.. Malahan Linda sampai terlanjang loh ma hihihihihi..” Kata Shela lagi.
“Haa masaa? Wahh papah menang banyak nihh.. Perawanin payudara Linda. Awas aja sampe berani perawanin yang lain hihihi.. Tapi kamu ga diapa-apain kan ama om, Lin? Tanya tante Sherly.
“Ahh.. Engga kok tan hehehehe.” Jawabku singkat. Padahal om sudah apa-apain aku semalem.
“Yuk Shel kita jalan..” Ajakku.
“Ma, pa aku jalan dulu yah. Om, tante aku jalan dulu.” Pamitku dan Shela.

Sesampainya di RS aku langsung menyibukan diri untuk mencoba melupakan kejadian semalem. Aku mengecek pasien, ikut dokter kunjungan, mengerjakan tugas tidak terasa sudah waktunya pulang lagi kalau di RS waktu cepat banget berlalu. Waktu jalan pulang aku berharap kalau hari ini tante Sherly ada dirumah jadi om Ivan tidak bisa macam-macam.

Pas sudah sampai dirumah aku lihat tidak ada mobil om Ivan dan tante Sherly. Aku langsung masuk kerumah kemudian mandi agar segar. Setelah aku mandi gantian Shela yang mandi dan aku mau belajar dulu membaca buku tentang koasku. Entah berapa lama aku belajar yang aku ingat Shela sudah selesai mandi dan aku masih membaca buku setelah itu tiba-tiba aku dibanguni oleh Shela.

“Lin.. Bangun.. Papa ngajak makan malem tuh..” Kata Shela membangunkan aku.
“Iyah-iyah kamu turun duluan dih Shel nanti aku menyusul.”Jawabku sambil bangun dari tempat tidur dan berjalan ke WC untuk pipis. Setelah selesai aku langsung turun kebawah untuk menyusul Shela dengan tidak lupa aku memakai BHku terlebih dahulu.

Setelah sampai dibawah aku melihat om Ivan dan Shela sedang duduk di meja makan tanpa tante Sherly.

“Tante Sherly mana om?” Tanyaku.
“Ohh Tante Sherly ada seminar diluar kota Lin.. 3 hari baru pulang Lin.” Jawab om Ivan. Waduh tiga hari kedepan tante Sherly tidak ada aku jadi was-was.
“Ayoo kita makan pizza dulu Lin.. Tadi pas pulang om baru take away..” Ajak om Ivan.
“Iyah om.” Jawabku singkat. Baru beberapa suap aku makan tiba-tiba aku lihat om Ivan sedang memperhatikanku pas aku nengok om Ivan tersenyum kecil.
“Lin kamu masih pake BH yah? Udah ga usah pake BH kan kemarin om sudah lihat payudara kamu hehehehe..” Kata om Ivan.
“Eng.. Engga ahh om.. Risih aku kalau tidak pake BH.”Jawabku masih sambil makan.
“Emang nih kamu Lin kan aku dah bilang kalau dirumah ga usah pake BH. Nih aku aja ga pake BH. Sini aku bantu bukain.” Kata Shela sambil berjalan kearahku.
“Ehh ga usah Shel..” Kataku sambil menoleh ke Shela.
“Sudah gapapa Lin.. Ga usah malu lagi kamu sekarang.. Apa lagi sih yang kamu umpetin di balik BH kamu? Kan kemarin papaku sudah lihat semuanya hihihihihi..” Goda Shela sambil mencoba membuka kait BHku dari belakang dengan mengangkat kaosku hingga om Ivan dapat melihat perutku.

‘Ctek’ terlepaslah BHku perlahan aku menarik talinya melewati tanganku tanpa membuka bajuku.

“Nah gitu kan enak Lin.. Adem kan? Hahahaha..” Canda om Ivan, setelah BHku kutaruh dibangku sebelah. Aku hanya senyum kecil ke om Ivan sambil makan dan Shela pun lanjut makan. Sesekali aku melirik ke om Ivan dan aku mendapati mata om Ivan sedang memperhatikan payudaraku. ‘Putingku pasti terjeplak, karena aku pake kaos putih dan sedikit agak ketat.” Pikirku,

Setelah semua selesai makan aku dan Shela membereskan meja dan sisa-sisa bungkus makanan. Sedangkan om Ivan berjalan ke ruang tamu. Setelah selesai beres-beres aku kembali ke ruang makan untuk mengambil BHku yang aku taruh di bangku. Pas aku sampai ternyata BHku sudah tidak ada, aku cari kebawah meja juga tidak ada. ‘Tanya om Ivan mungkin dia lihat atau dia simpen dimana’ Pikirku sambi jalan keruang tamu. Pada saat sampai diruang tamu aku kaget melihat om Ivan sedang menciumi BHku.

“Ehh Linda sudah selesai beres-beresnya? Kamu nyari BH kamu yah? BH kamu wangi sekali jadi pingin cium aslinya lagi hehehehe.” Jawab om Ivan. Aku lihat mata om Ivan memandang kearah payudaraku. Tiba-tiba dari belakang Shela menarik tanganku.
“Yuk Lin kita terapi pijet payudara lagi hihihihihi.” Kata Shela sambil masih menarik tanganku.
“Eng.. Engga ahh Shel.. Akuu…” Jawabku sambil mencoba melepaskan tarikan tangannya.
“Sudah gapapa Lin.. Heran aku sama kamu masa masih malu saja sama papaku? Kan kemarin papaku sudah lihat payudara kamu malahan kamu meraih orgasme pertama kamu pakai penis papaku, yah biar belum bener-benar ketemu vagina kamu dengan penis papaku hihihihihi..” Kata Shela lagi sambil mendorongku duduk disamping om Ivan yang masih memegang BHku.
“Yuk pa kita pijit lagi hihihihi..” Kata Shela sambil membuka kaosnya.
“Lin kamu juga buka dong kaos kamu..” Kata Shela lagi kepadaku setelah kaosnya sudah terbuka.
“A.. Aku ga usah buka baju Shel. Nanti pijitnya lewat luar kaos aku saja. Jawabku gerogi.
“Ya sudah gapapa kok Lin.. Sini sayang papa pijitin kamu dulu.” Ajak om Ivan sambil menarik Shela.

Kali ini om Ivan berada ditengah-tengah antara aku dan Shela. Aku disebelah kiri dan Shela disebelah kanan om Ivan. Sementara om Ivan mulai memijit payudara Shela aku nonton TV dulu sambil aku berpikir gimana caranya aku kabur dari ruang tamu? ‘Ah mau kabur kemana? Kalau aku naik ke kamar malah nanti om Ivan masuk kekamar Shela. Sudah lah yang penting aku nanti bilang cukup dipijiat saja’ Pikirku dan kemudian aku mulai perhatikan TV tanpa memperhatikan Shela. Entah sudah berapa lama aku nonton TV, sudah cukup lama untuk om Ivan memijat Shela. Pas aku melihat ke arah om Ivan aku lihat kepala om Ivan sedang berada di payudara Shela dan kaki Shela seperti mengangkang dan badan om Ivan ada ditengah-tengahnya ‘hmm mungkin om Ivan sedang menjilati puting Shela. Pantes saja aku mendegar desahan kecil.’ Tapi ada yang agak aneh kenapa tangan om Ivan bergerak naik turun kearah selangkangan Shela? Sampai tiba-tiba om Ivan melepas payudara Shela dan membungkuk kearah selangkangan Shela.
‘Astaga…’ Ternyata Shela sudah tidak memakai celana pendeknya lagi dan tidak pakai celana dalam pula. Aku bisa melihat bulu kemaluan Shela yang agak rimbun itu. Perlahan-lahan om Ivan memundurkan badannya sampai mendekati aku kemudian aku lihat kepala om Ivan bergerak menuju vagina Shela dan tiba-tiba Shela mendesah agak kencang.

“Oohhh papaa.. Hmmm.. Ahhh… Aahhh..” Erang Shela.

Om Ivan sedang menciumi vagina Shela. Aku lihat Shela memejamkan matanya dan tangannya memegang kepala om Ivan. Sedangkan kepala om Ivan seperti bergerak naik turun di daerah vagina Shela. ‘Yaah ampun, apa yang kalian lakukan? Bukankah ini sudah terlalu jauh? Kalian kan ayah dan anak.’ Lamunku. Entah berapa menit aku melamun dan aku tersadar karena desahan Shela.

“Aaaahhhh… Papaa.. A.. Akuu.. Keelluuuaaarrr… Aaaaahhh.. Aaaaahhh..” Jerit Shela. Sambil badannya terkejang-kejang. Tidak selang beberapa menit om Ivan berbalik kearah aku. Aku langsung kaget sekaligus takut. ‘Apa om Ivan akan seperti itu juga ke aku?’ Pikirku lagi.

“Sini sayang.. Sekarang giliran kamu Lin.” Kata om Ivan sambil meraih tanganku. Aku lihat Shela masih terduduk disana dengan mata masih meram dan napas masih terengah-engah.
“O..Om.. A..Aku dipijit saja yah.. Jang yang aneh-aneh om.” Kataku terbatah-batah.
“Hehehe.. Iyah tenang aja sayang..” Jawab om Ivan. Sambil tangannya bergerak kearah payudaraku.

Perlahan tangan om Ivan mulai meremas pelan payudaraku ‘hmm..’ desahku tertahan. Rasanya kali ini beda sama kemarin, om Ivan lebih halus kali ini meremasnya lebih pelan-pelan. Aku masih berlaga nonton TV tidak menghiraukan tangan om Ivan tapi aku mulai merasakan vaginaku mulai merespon remasan tangan om Ivan. Samar-samar aku merasakan vaginaku mulai basah. ‘Kenapa aku jadi begini? Kenapa aku mudah terangsang hanya dengan remasan tangan om Ivan?” Kataku dalam hati. Belum selesai aku melamun tiba-tiba aku merasakan om Ivan mengulum putingku sebelah kanan dari luar kaos ku.

“Aaahhh.. O.. Om.. Aku.. Aku dipijitin aja om..” Desahku kaget sambil berusaha mundur. Tapi om Ivan tidak melepaskan putingku malah badan om Ivan bergerak maju mengikuti badanku.

Tiba-tiba aku melihat Shela berdiri sambil tersenyum kearahku.

“Lin kamu mau cobain yang kaya aku tadi ga Lin? Dijilatin papa gitu hihihihihi..” Kata Shela.
“Hmm.. Aaahhh.. Di.. Dijilatin Shel?” Kataku sambil menahan desahan karena om Ivan sedang menggigit putingku dari luar kaos.
“Ahh kamu mah ga tau apa-apa yah tentang begituan? Nanti aku suruh papa ajarin deh Lin hihihihihihi.” Kata Shela sambil berjalan kearah tangga.

Sekarang om Ivan berpindah ke puting kiriku dia mejilat dan menggigit putingku.

“Hmmm… Ahh…” Desahku. Aku lihat kaosku didaerah payudara kananku sudah basah dan putingku otomatis menerawang. Pelan-pelan aku rasakan tangan kiri om Ivan mau berusaha masuk kedalam kaosku
“Jaa.. Jangan om..” Kataku memelas sambil menahan tangannya. Kemudian tangan om Ivan kembali kepayudaraku dari luar kaos. ‘Wah sepertinya vaginaku semakin banjir nih.’ Pikirku karena aku berasa ada yang keluar dari vaginaku.’

Setelah tangan om Ivan tidak aku perbolehkan masuk ke kaosku sekarang kedua jarinya sedang mempermainkan putingku, karena mulut om Ivan mulai menciumi atas payudaraku dan semakin naik sampai berhenti dileherku. Om Ivan ciumin leherku sesekali dijilat leherku.
“Oohh…” Desahku geli. Tidak lama bermain-main dileherku ciuman om Ivan mulai naik kepipiku dan kemudian mengenai bibirku.
“Hmm.. Ja.. Jangan om.. Aku ga mau om.” Kataku sambil menutup bibirku dengan tangan. Tanpa menjawab om Ivan kemudian mencium pipiku lagi kemudian mengarah ke kupingku. Pas om Ivan sampai dikupingku tiba-tiba dia menjilat kupingku dan aku seperti tersetrum karena geli. Aku berusaha untuk menjauhkan kepalaku dengan om Ivan tapi om Ivan masih mengikuti gerakanku sampai aku tidak bisa bergerak lagi. Lidah om Ivan bermain-main dikuping kananku, sensasi ini tidak kalah dengan kemarin om Ivan menjilati putingku.

Perlahan akurasakan tangan om Ivan bergerak kebawah dan mulai masuk kedalam kaosku. Kali ini aku tidak mampu menghalangi tangan om Ivan. Tidak lama kedua tangan om Ivan sudah menggapai kedua payudaraku. Dengan kaos yang sudah terangkat sampai sebatas dada. Sekarang kepala om Ivan beralih ke payudaraku lagi dia menjilati putingku dengan tangannya dia menempelkan kedua payudaraku dan dia menjilati putingku bergantian dengan cepat.

“Aaahhh.. O.. Om… Aaaahh.. Su.. Sudah om.. Ge.. Gelii..” Desahku. Sambil menjilati putingku tangan om Ivan berusaha untuk membuka kaosku dan aku hanya bisa mengikuti tarikan tangannya. Akhirnya sekarang aku sudah sama seperti kemarin terlanjang dada didepan om Ivan. Karena desakan dari badan om Ivan posisiku sekarang agak tertidur dengan kaki menyamping. Om Ivan melepaskan putingku dan dia memperhatikan ku beberapa detik sambil tersenyum kemudian dia menarik badanku sampai aku terduduk.

“Sini sayang duduk dipangkuan om lagi.” Kata om Ivan sambil menarik tangan kananku. Kali ini aku tidak mampu menolaknya seperti kemarin. Aku mengikuti tarikan tangan om Ivan sampai aku duduk dipangkuan yang membelakanginya

Beberapa saat setelah aku duduk dipangkuannya perlahan tangan om Ivan memegang perutku kemudian naik kepinggangku dan menarik badanku sampai punggungku bersentuhan dengan dada om Ivan dan kepalanya berada disamping kepalaku. ‘Ahh om Ivan sudah tidak memakai baju. Aku dapat merasakan bulu-bulu dadanya dipunggungku.’ Kataku dalam hati. Aku semakin deg-degan ‘apa yang akan om Ivan lakukan? Apakah hanya sebatas kemarin? Atau lebih?’ Pikirku lagi.

Perlahan tangan om Ivan kembali naik mengarah kepayudaraku dia memijat-mijat payudaraku hinga mencapai keputingku. Perlahan om Ivan mulai mengelus-elus putingku.

“Aaahhh om… Hhmmm..mmm..” Desahku sambil merasakan gesekan dibagian vaginaku. Seperti kemarin penis om Ivan bergesekan dengan vaginaku yang masih ditutupi celananya dan celanaku.

Sekarang tangan om Ivan sedang memilin-milin putingku dan aku rasakan om Ivan mulai mencium belakang leherku kemudian bergerak kebelakang kupingku. Aku rasakan om Ivan menjilati kuping kiriku.

“Kamu wangi sekali sayang.. Om suka..” Kata om Ivan dikupingku.
“Aaahh.. Ge.. Gelii om..” Desahku terbuai karena jilatan dan permainan jemari om Ivan.

Tangan kiri om Ivan bergerak naik kearah leherku dia membelai-belai leherku kemudian turun lagi kedadaku dan kembali lagi keleherku berkali-kali tangan om Ivan melakukan hal seperti itu. Sampai sekali tangannya dileherku kemudian dia mencoba memutarkan kepalaku agar muka ku berhadapan dengan mukanya aku berusaha untuk membuka mataku, pas aku baru membuka sedikit mataku om Ivan dengan sigap mencium bibirku.

“Hmmm.. mmm… mmm…” Desahku tertahan oleh bibir om Ivan. Aku tidak bisa menjauh karena dirangkul oleh om Ivan.

Aku rasakan lidah om Ivan perlahan menjilati bibirku aku tidak tau harus berbuat apa karena ini pertama buatku. Aku hanya terpejam diam tidak merespon apa-apa. Lama-lama lidah om Ivan menembus bibirku sekarang lidahnya bermain-main didalam mulutku. Aku pun masih diam sampai aku rasakan lidah om Ivan bertemu dengan lidahku. Aku merasakan seperti sengatan listrik sama seperti pertama kali putingku di jilat oleh om Ivan.
Cukup lama om Ivan menciumku dan aku rasakan tangan kikiri om Ivan bergerak ke arah pahaku yang terbuka karena terhalang kaki om Ivan. Tangannya memijat-mijat pahaku lama-lama jari om Ivan mulai turun memijat paha dekat selangkanganku. Dengan cepat tangan om Ivan masuk ke rongga celana pendekku dan memegang celana dalamku yang basah.

“Hhhmmmm…” Desahku yang masih tertahan oleh bibir om Ivan. Aku merasakan tangan om Ivan menyentuh vaginaku yang masih tertutup celana dalam.

Tangan om ivan mengelus-elus celana dalamku. Aku merasakan vaginaku semakin basah karena dielus-elus oleh om Ivan. Tanpa sadar aku memajukan lidahku agar bisa bersentuhan dengan lidah om Ivan dan kadang aku gerakan sedikit lidahku untuk mengimbangi gerakan lindahnya. Seperti dapat lampu hijau dariku tangan kiri om Ivan tiba-tiba menyusup ke dalam celana dalamku.

“Hhhhmmm.. Hhmmmm..” Desahku sambil sedikit menggerakan pinggul agar tangan om Ivan keluar dari celanaku, tapi apa daya tangan om Ivan tetap berada di dalam celana dalamku. Sekarang tangan om Ivan benar-benar bisa menyentuh vaginaku yang tidak ada bulunya. Tanpa melepaskan ciumannya tangan om Ivan bergerak-gerak di vaginaku dia menyentuh clitku kemudian turun kebawah kelubang vaginaku begitu terus berulang kali sambil tangan yang satunya masih memainkan putingku.

“Lin kamu cukur yah bulunya?” Kata om Ivan setelah melepas ciumannya dengan tangan masih mengelus-elus vaginaku. Aku hanya menggangguk.
“Oo.. Om.. Ja..Jangan yah om.. Su.. Hmmm…” Kataku blm selesai sudah dilumat lagi bibirku oleh om Ivan.

Tangan om Ivan masih bergerak naik turun di vaginaku. Sekarang vaginaku bener-benar basah.

“Hmm.. Ahh.. Hmmm..” Desahku pas terlepas dari ciuman om Ivan yang langsung dilumat lagi bibirku dengan jari om Ivan yang sedang mengelus-elus clitorisku. Tidak berapa lama jari om Ivan bergerak turun dan sampai di bibir vaginaku. Jarinya mencoba untuk masuk kedalam vaginaku.
“Hmmm… Ahhh… Ja.. Jangan om..” Triakku kaget karena jari om Ivan sudah masuk sedikit kedalam vaginaku. Tidak sakit tapi berasa seperti ada yang terganjal didalam vaginaku. Kemudian om Ivan menarik lagi jarinya dan kembali memainkan clitorisku sambil bibirnya menciumi leherku. Perlahan aku merasakan ada yang mau keluar dari vaginaku seperti kemarin aku goyang-goyang diatas badan om Ivan namun tiba-tiba tangan om Ivan berhenti mengelus clitorisku dan mengeluarkan tangannya dari celana dalamku.

“Lin sini duduk sini..” Kata om Ivan agar aku duduk disebelahnya. Pas aku duduk disebelahnya badanku ditiduri oleh on Ivan dan om Ivan berada diatasku. Kemudian kepala om Ivan bergerak kepayudaraku lagi dia menjilati putingku sambil meremas-remas payudaraku yang satunya.

Perlahan-lahan kepala om Ivan bergerak turun dan turun sampai kepusarku. Disitu juga om Ivan menjilati pusarku. Dengan tangan masih dipayudaraku.

“Aahh…” Desahku pas lidah om Ivan menyapu pusarku.

Tidak berapa lama om Ivan mulai bergerak turun lagi sampai kepalanya diselangkanganku. Kemudian tangan kanannya yang semula di payudaraku sekarang turun kearah selangkanganku dan mencoba membuka celana dalamku dari samping.

“Oohh.. Ja..Jangan om… Jangan…” Triakku sambil merapatkan kakiku. Walaupun aku merapatkan kakiku rasanya om Ivan masih tetap bisa melihat vaginaku dari samping celana dalam yang ditarik oleh tangannya.
“Linda vagina kamu bagus sekali.. Tidak ada bulu dan pink warnanya.. Hmm dan wangi pula..” kata om Ivan sambil mendekati hidungnya ke vaginaku.

Tidak selang berapa lama om Ivan memperhatikan vaginaku tiba-tiba aku merasakan beda panas menyentuh clitorisku.

“Aaahhh… O..Om.. Aaahhh.. mmm” Desahku sewaktu clitorisku dijilat oleh om Ivan. Sekujur tubuhku seperti tersetrum kali ini jauh lebih besar dari pada sebelumnya aku rasakan kemarin. Sekarang tangan kiri om Ivan pun ikut kearah vaginaku. Aku rasakan tangan kiri om Ivan membuka bibir vaginaku dan lidah om Ivan turun menjilati bibir vaginaku.
“Ooohhh.. hhh….ssss…” Desahku sambil tangannku meremas sofa tempat aku tiduran.

Lidah om Ivan terus bergerak naik turun divaginaku. Pelan-pelan tangan kiri om Ivan naik kearah celana dan celana dalamku kemudian dia memasukan jarinya ke dalam celanaku perlahan dia menarik celana dan celana dalamku turun. Reflex kedua tangan ku langsung menahannya tapi om Ivan langsung mengisap clitorisku.

“Ooooohhh Om…” Desahku saat clitorisku diisap. Dan lepas pula tanganku yang menahan celanaku. Perlahan om Ivan menurunkan celana pendekku sambil melepaskan vaginaku dari lidahnya. Setelah kedua celanaku sampai kaki dan terlepas polos tubuhku sekarang didepan om Ivan tanpa sebenangpun.
“Linda tubuhmu bagus sekali sayang..” Kata om Ivan sambil memperhatikan tubuhku. Tanganku langsung menutup payudaraku dan vaginaku sambil merapatkan pahaku.
“Tenang sayang.. Ga usah malu sama om. Sini..” Kata om Ivan sambil menarik tanganku keatas dan kemudian mencium bibirku kembali. Lidah om Ivan melumat mulutku sampai bertemu dengan lidahku.

Kemudian tangan kanan om Ivan kembali turun menyentuh payudaraku dan bergerak terus sampai ke vaginaku. Dia memainkan clitorisku lagi dan sesekali turun kelubang vaginaku. Setelah dia melumat bibirku sekarang giliran kepalanya bergerak turun kearah payudaraku. Dia gigit putingku kemudian turun lagi kepalanya sampai kevaginaku. Dan dia mulai menjilati vaginaku lagi.

“Yaahh ampun Lindaa… Kamu sudah bugil gitu.. Mana lagi dijilatin lagi sama papa.. Baru aku mau suruh papa ajarin kamu eh malah kamu sudah ngerasain jilatan papaku hihihihihihihi.” Kata Shela turun. Aku melihat kearah Shela dia sudah memakai daster rumahnya.
“Gimana Lin enak ga dijilat papaku? Hihihihihi” Tanya Shela diseblahku.
“Aaahhhh…” Desahku tiba-tiba karena om Ivan menggigit kecil clitorisku.
“Enaak banget yah? Hihihihi” Kata Shela lagi. Dan lagi aku hanya bisa mendesah.

Kemudian aku lihat Shela duduk disamping kepalaku dan melihat kearah om Ivan yang masih menjilati vaginaku.

“Gimana pa vagina Linda? Hihihi” Tanya Shela.
“Hmm… Wangi dan masih pink sayang.” Jawab om Ivan.
“Waahh Lin kamu cukur yah bulu kamu? Sampe botak gitu. Nakal juga kamu Lin hihihhi.” Kata Shela sambil mencubit payudaraku.

“Aahhh.. Sakit Shel..” Desahku karena cubitan Shela. Dan Shela pun berjalan kearah dapur. Tiba-tiba aku mendengar suara HPku itu suara telpon dari pacarku.
“Lin pacarmu telpon nih..” Triak Shela sambil membawa HPku. Terakir aku taruh HPku dekat meja makan.
“Yaa halo.. Oh Linda? Ada nih.. Linda lagi terlanjang neh..” Jawab Shela sambil tersenyum kearahku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa hanya bisa menahan desahanku sambil menggapai-gapaikan tanganku berusaha kasih tau Shela ‘jangan’.
“Iyah terlanjang.. Lagi mandi yah terlanjang lah. Lom pernah liat Linda terlanjang yah?” Kata Shela lagi.
“Hahahaha.. Kasian amat.. Bokap aku aja sudah..” Jawab Shela lagi. Aku hanya bisa melotot kearah Shela.
“Eehh.. Maksudnya nyokap dehh hihihihi.. Masa bokap gue yang lihat kalah dong loe hihihi.” Jawab Shela lagi.
“Iyah kita kemarin kita mandi bareng hehehe.” Jawab Shela sambil menahan ketawa.
“Oke deh. Daah..” Kata Shela sambil mematikan HPku.
“Lin nanti Adit mau telpon lagi katanya hehehe..” Kata Shela sambil jalan kearah dapur.

Aku sempat tidak sadar apa yang dilakukan om Ivan karena telpon dari Adit. Kemudian aku rasakan om Ivan menjilati clitorisku. Tapi kali ini om Ivan menggerakan lidahnya dengan cepat dan sesekali menyedot clitorisku. Lama kelamaan aku merasakan ada yang mau keluar dari vaginaku dan nafasku semakin memburu.

“Oooohhh O..Om… Aaaahhh.. mmm… A…Akkuuu… Ke..Keluuaarrr.. Ooommm… Aaaahhh… Aahhhh… Aaahhhh…” Triakku sambil aku memegang kepala om Ivan. Tanpa aku sadari pantatku terangkat dari bangku dan aku mengejang-ngejang. Dan om Ivan tidak melepaskan vaginaku dia masih menjilati clitorisku.

“Aaahhh.. Su.. Sudaahh om… Sudah.. Ngi.. Ngiluu om.. Aaahhh..” Desahku lagi dengan tubuh masih mengejang. Om Ivan langsung melepaskan lidahnya dari vaginaku dan dia memperhatikan aku yang masih terengah-engah.
“Enak sayang?” Tanya om Ivan sambil memegang pipiku. Aku hanya mengangguk.
“Wahh Lin enak banget yah? Desahan kamu sampe terdengar ke dapur hihihihihi.” Kata Shela sambil membawa gelas dan duduk disebelahku.

Aku masih tiduran dengan kaki agak mengangkang dan om Ivan masih berada ditengah-tengah kakiku.

“Lin gantian yah? Boleh om kaya kemarin lagi?” Tanya om Ivan. Dan aku hanya mengangguk sambil berusaha duduk. Soalnya kemarin om Ivan minta dibasahin penisnya dengan ludahku.
“Ga usah Lin kamu tiduran saja Lin.” Kata om Ivan mendorong badanku agar tetap tiduran. Kemudian om Ivan berdiri dan melepaskan celana pendeknya.
“Ng.. Ngga butuh dibasahain dulu itunya om?” Jawabku sambil tiduran dan melihat penis om Ivan yang sudah berdiri tegak.
“Om basahin pake ini kamu aja yah Lin.” Kata om Ivan duduk sambil mengelus-ngelus vaginaku
“Aahh.. Om.. Tapi janji jangan dimasukin yah om.” Kataku.

Om Ivan mulai bergerak untuk mendekatkan penisnya dengan vaginaku yang masih basah.

“Hmm.. Ahh..” Desahku saat penis om Ivan bergesekan dengan clitorisku.

Om Ivan menggerak-gerakan pinggangnya agar penisnya terkena dengan cairan vaginaku. Aku rasakan seperti ada benda besar hangat yg menyentuh clitorisku. Benda itu berputar-putar diclitorisku kemudian perlahan turun ke bibir vaginaku kemudian benda itu naik lagi ke clitorisku. Tidak lama aku rasakan bibir vaginaku bergesekan dengan batang penis om Ivan, ku rasakan urat-urat tebalnya menyentuh vaginaku. Kemudian kepala penis om Ivan bermain-main lagi di clitorisku perlahan aku rasakan kepala penis om Ivan turun ke bibir vaginaku kemudian turun lagi sampai kelubang vaginaku om Ivan gesek-gesekin kepala kemudian aku rasakan om Ivan sedikit menekan kepala penisnya kelubang vaginaku.

“Aaahhh.. Jaa.. Jangaann om.. Pleasee.. Jangan yang itu om..” Triakku kaget sambil menahan badan om Ivan dengan tanganku. Om Ivan kemudian hanya tersenyum.
“Iyah engga deh Lin. Om jepit dipayudarakamu saja yah? Penis om sudah basah nih.” Jawab om Ivan sambil bergerak keatasku. Aku hanya mengangguk pelan.

Tanganku mulai bergerak ke payudaraku setelah penis om Ivan berada di belahan dadaku, aku langsung menekan kedua payudaraku agar menjepit penis om Ivan. Perlahan-lahan om Ivan mulai memaju-mundurkan penisnya yang sudah licin dengan cairan vaginaku. Sambil memaju-mundurkan penisnya tangan kanan om Ivan bergerak kebelakang badanya ternyata tangan kanan om Ivan menuju vaginaku. Tangannya mulai bermain-main lagi dengan clitoris dan bibir vaginaku. Gerakan tangan om Ivan naikturun divaginaku dan lama-lama membuat vaginaku mulai mengeluarkan cairan lagi.

“Aaahh Om.. Hmmm..” Desahku sambil masih berusaha menekan payudaraku agar tetap menjepit penis om Ivan. ‘Kenapa aku jadi seperti ini yah? Baru beberapa hari kenal sama om Ivan tapi sekarang payudaraku sedang melayani penis om Ivan’ Pikirku.

Tiba-tiba om Ivan berhenti menggerakkan penisnya kemudian om Ivan memutar posisi tubuhnya sekarang om Ivan membelakangi ku pelan-pelan dia memundurkan badannya sampai biji penisnya berada dekat mukaku. Aku agak jiji jadi aku memalingkan wajahku menjauh dari penisnya. Badan om Ivan bergerak turun dan kepalanya menuju vaginaku. ‘Om Ivan mau menjilati vaginaku lagi’ Pikirku. Belum selesai aku berpikir aku merasakan jilatan lagi di clitorisku.

“Aaaahhhh…” Desahku lagi.
“Waahh papa masih penasaran ama vagina Linda yah? Ampe ngejilatin lagi. Mau bikin Linda orgasme lagi yah?” Kata Shela disebelahku. Aku sampai lupa ada Shela yang sedang nonton TV dan mungkin juga Shela memperhatikan aku dengan om Ivan.
“Hehe..” Senyum om Ivan sambil nengok kearah aku dan Shela.
“Lin papaku doyan banget ama vagina kamu. Ampe nambah tuh Lin hihi.. Btw Lin kamu juga jilatin penis papaku tuh, dia sengaja posisi kaya gini biar kamu juga jilatin penisnya. Ga usah geli Lin cobain dih nanti juga ketagihan hihihi.” Goda Shela. Kemudian aku lihat Shela kembali nonton TV.

Om Ivan mulai mempermaikan vaginaku lagi. Kali ini bukan lidahnya saja yang bermain-main di vaginaku tapi tangannya juga. Selagi om Ivan menjilati clitorisku tangannya mengelus-elus bibir vaginaku sambil sesekali menekan sedikit ke lubang vaginaku.

“Aaahhh.. O.. Om.. mmm.. Ee.. Enak om..” Desahku tanpa sadar. ‘Aku bilang enak? Berarti aku sudah takluk sama om Ivan dong? Tidak-tidak aku harus tetap menahannya.’ Pikirku lagi.
“Hhmm… mmm…” Desahku tertahan.
“Aaaahhh..” Desahku. Aku rasakan lidah om Ivan menyapu bibir vaginaku bergerak menuju lubang vaginaku.
“Ooohh.. Ja.. Jagan dalem-dalem om..” Triakku ketika aku rasakan lidah om Ivan masuk kedalam vaginaku. ‘Enak banget.’ Pikirku tanpa dalam hati. Aku tidak mau terlihat kalau aku sekarang mulai suka dengan permainan om Ivan.

Sambil lidahnya om Ivan mencoba masuk kevaginaku aku rasakan tangan om Ivan bergerak cepat di clitorisku. Dan aku rasakan penis om Ivan masih tegak berdiri disamping pipiku.

“Ooohh.. mm.. Aaaahhh..” Desahku.

‘Aku egois juga kalau om Ivan sedang jilatin vaginaku sedangkan aku jiji dengan penisnya.” Pikirku. ‘ Ya udah aku coba jilat saja deh’ Pikirku lagi.

Perlahan aku mulai memegang penis om Ivan dan aku arahkan kemulutku pelan-pelan aku mengeluarkan lidahku dan aku jilat kepala penis om Ivan.

“Hmm..” Desah om Ivan saat lidahku menjilat kepala penisnya. Tapi om Ivan tetap tidak melepaskan lidahnya dari vaginaku dia tetap menjilati vaginaku.

Aku mulai menjilati penisnya om Ivan lagi dari kepala penisnya lidahku berputar-putar disana dan pelan-pelan aku turun kebatang penisnya. Aku melakukannya mengikuti instingku saja, ‘aku sedang menjilati penis om Ivan? Sama pacarku saja belum pernah boro-boro jilat penis ciuman saja belum pernah.’ Pikirku.

“Masukin kepala penisnya Lin kemulut kamu. Terus kamu jilatin deh kepala penis papaku didalam mulut kamu. Pasti papa cepet keluar hihihi..” Kata Shela sambil melihat kearahku. Aku tetap tidak menjawabnya.

Aku masih belum berani untuk memasukan kepala penisnya kemulutku. Tiba-tiba aku rasakan clitorisku dikulum sama om Ivan dengan lidahnya menjilat-jilat clitorisku didalam mulutnya dan tangan om Ivan dengan cepat bergerak-gerak dibibir vaginaku dengan sesekali mencoba masuk kelubang vaginaku. Dan aku mulai merasakan mau orgasme lagi.

“Aaaaaahhhh O.. Om… O.. Om.. Aaahh… A.. Aaakuu.. mmmm… Keelluaaarr laaggiii.. Aaaaahhhhh… Aaaahhhhh.. Aaaaaaahhhhhh..” Triakku sambil tubuhku mengejang-ngejang seperti tadi tapi, kali ini orgasmeku lebih lama dari tadi. Aku merasakan vaginaku basah sekali banjir.
“Su.. Sudah om.. Sudaahh.. Oohhh.. Ngilu om… Ooohhh.. Sudahh..” Desahku lagi karena om Ivan masih tetap menjilati clitorisku setelah aku orgasme. Badanku langsung lemas sekali seperti tidak ada tulangnya.

Om Ivan berdiri disampingku sambil masih memperhatikan aku yang masih terengah-engah..

“Enak Linda?” Tanya om Ivan sambil mengelus rambutku. sambil membasahi mulut aku menggangguk dua kali.
“Boleh gantian kamu ciumin punya om?” Tanya om Ivan lagi. Aku langsung melek dan mencoba untuk duduk. Aku lihat penisnya om Ivan masih tegak berdiri dihadapanku.

Perlahan aku mulai menggenggam penis om Ivan dan aku jilati lagi kepala penisnya terus bergerak ke batang penisnya. Tidak berapa lama om Ivan memegang pipi ku dan mengangkat mukaku dan menatap mataku.

“Dimasukan ke mulut dong sayang.. Please..” Kata om Ivan sambil tersenyum kearahku. Aku hanya mengangguk.

Kemudian perlahan aku dekatkan bibirku ke kepala penisnya aku buka mulutku dan pelan-pelan aku masukan kepala penisnya om Ivan kedalam mulutku. Hanya sebatas kepala penisnya saja mulutku sudah terasa penuh.

“Hmm Lin.. mulut kamu hangat sekali..” Desah om Ivan.
“Nah gitu dong Lin.. Pasti papaku keenakan tuh hihihihi.” Canda Shela.

Perlahan aku mulai keluar masukan kepala penis om Ivan sambil tanganku memegang batang penisnya.

“Lin tangan kamu seperti kemarin aku ajarin jangan diem saja.” Kata Shela lagi.

Aku mulai mengikuti saran Shela aku gerakan maju mundur tanganku seirama dengan kuluman penis om Ivan dimulutku. Aku merasakan om Ivan sedikit bergetar dengan caraku. Aku teruskan gerakan tangan ku dan mulutku namun sesekali aku mengganti tanganku karena pegal. Tiba-tiba aku ngerasa tanganku dipengang Shela dan diarahkannya ke biji penis om Ivan tangan Shela membimbing tanganku untuk pelan-pelan meremas biji penisnya om Ivan.

“Remas pelan-pelan bijinya Lin..” Kata Shela. Ketika aku sudah mulai menggerakan tanganku sendiri Shela melepaskan tangannya sambil tersenyum kearahku. Tiba-tiba aku dengar HPku berbunyi lagi, itu pasti dari pacarku. Shela langsung berlari ke HPku dan mengangkatnya.

“Ya halo..” Sapa Shela.
“Ohh Lindanya lagi bantuin papaku keluarin spe..” Pada saat itu aku langsung melirik kearah Shela karena om Ivan memegangi kepalaku agar tidak terlepas dari penisnya. ‘Shela jangan kasih tau.. Apa jadinya kalau pacarku tau aku sedang menjilati penis om Ivan?’ batinku.
“Sepeda..” Lanjut Shela. Sambil tersenyum kearahku.
“Ohh iyah-iyah nanti aku sampein. Dahh..” Jawab Shela lagi.
“Lin nanti kamu telpon Adit yah kalau sudah.. Dia tau kali kamu lagi maenin penis papaku hihihi..” Kata Shela.
“Hehehe..” Tawa om Ivan.

Ahh aku harus cepat bikin om Ivan keluar nih agar pacarku tidak curiga. Aku teringat sama saran Shela. Sekarang gerakanku bukan keluar masukan penis om Ivan tadi aku kulum kepala penis om Ivan sambil aku jilati kepala penisnya. Dan tanganku juga aku maju-mundurkan secara cepat tidak lupa aku elus-elus biji penisnya. Tidak lama kemudian badan om Ivan mulai bergetar.

“Ooohhh Lin… Om mau keluarrr..” Triak om Ivan. Langsung aku cabut penisnya om Ivan dari mulutku dan aku kocok dengan cepat penisnya sampai. ‘crrooottt.. crroooott… Crooottt’ semburan sperma om Ivan sebagian besar kena muka dan mulutku sebagian lagi kena payudaraku.

Aku rasakan penis om Ivan masih berkedut-kedut ditanganku dan tanganku masih mengurut-urut penisnya sampai berhenti kedutannya.

“Makasih yah sayang.. Tadi enak sekali..” Kata om Ivan sambil jatoh terduduk di sofa. Aku hanya senyum saja sambil berjalan menuju WC dengan terlanjang bulat. Ternyata pas aku senyum sperma om Ivan masuk sedikit kemulutku dan kena kelidahku ‘hmm asin’ kataku dalam hati. Pas aku sampai di WC langsung aku siram mukaku dan payudaraku. Sekalian juga aku membersihkan vaginaku yang sudah basah sekali. Setelah selesai aku kembali ke ruang tamu untuk mencari baju dan celana dalamku. Sesampainya diruang tamu ternyata tinggal om Ivan yang masih terlanjang sambil duduk di sofa.

“Om Shela sudah naik? Aku naik juga yah om.” Kataku.
“Sebentar Lin.. Sini duduk dulu.” Tarik tangan om Ivan saat aku mau ngambil baju dan celanaku alhasil aku terduduk dengan terlanjang bulat juga. ‘Duh aku malu duduk terlanjang disamping om Ivan. Tapi om Ivan sudah melihat semua tubuhku malah sudah menikmati payudara dan vaginaku. Buat apa malu lagi?’ Pikirku.
“Lin om orang pertama yah yang menjilati ini kamu?” Tanya om Ivan sambil menunjuk ke vaginaku.
“Ii.. Iyah om..” Jawabku sambil tertunduk malu.
“Kamu tidak marah kan sama om? Tadi enak ga Lin?” Tanya om Ivan lagi.
“Eng.. Engga om.. …” Aku diam sebentar kemudian aku mengangguk.
“Beneran enak Lin?” Tanya om Ivan. Aku hanya mengangguk lagi.
“Berarti besok boleh om ciumin lagi yah Lin?” Tanya om Ivan. Aku hanya diam bingung mau jawab apa. Disatu sisi aku tidak mau ini terus berlanjut tapi disisi lain aku ingin merasakan orgasme lagi. Aku masih diam tidak memberi jawaban.
“Ya udah liat besok aja yah sayang.. Dah kamu tidur dih sudah malam dan pasti kamu sudah cape.” Kata om Ivan. Dan aku pun berjalan untuk mengambil baju dan celanaku di lantai. Pas aku ngambil baju dan celanaku tiba-tiba tangan om Ivan memegang pantatku.

“Aaaahhh om.. Sudaahh aahh..” Triakku kaget karena tiba-tiba om ivan menjilat vaginaku dengan cepat dari clitoris sampai lubang vaginaku.
“Hehehe abis om gemas sama vaginamu Lin.” Kata om Ivan sambil melepaskan pantatku.
“Aku naek dulu om.. Malam om..” Kataku sambil berjalan ke arah tangga.
“Malam sayang.. Mimpi indah yah..” Kata om Ivan.

Pas aku sampai kamar aku lihat Shela sedang tiduran. Tidak lupa aku langsung menelpon pacarku.

“Kenapa tadi yang?” Kataku.
“Kamu abis kemana saja? Kok lama sih yang.” Kata Adit.
“Oohh tadi pas kamu telpon pertama aku lagi mandi. Terus pas telpon kedua aku lagi diluar bantuin papanya Shela keluarin spe… sepedanya.” Jawabku hampir salah ngomong. Ku lihat Shela ketawa kecil kearahku.
“Ohh ya udah kamu istirahat dulu dih yang. Aku lagi jaga malam nih di RS.” Kata Adit.
“Oke deh. Kamu juga istirahat dih.. Good night..” Jawabku.
“Good night juga.” Jawab Adit. Dan aku matiin telponnya. ‘Maaf Adit, kamu tidak tahu kalau aku habis ditelanjangi oleh papa temanku. Bahkan dia sudah menikmati payudara dan vaginaku sedangkan kamu mencium bibirku saja belum pernah.’ Batinku sambil merasa bersalah kepada Adit.

“Kenapa kamu ketawa-ketawa Shel? puas yah sudah ngerjain aku?” Kataku sewot saat aku melihat Shela senyum-senyum.
“Iihh enak aja.. Yang ada kamu yang puas dua kali orgasme sama papa hihihi..” Jawab Shela. Aku diam saja tidak menjawab sambil beres-beres dikamar mandi. Aku putuskan untuk sabunan karena tadi aku agak keringetan saat dikerjai oleh om Ivan.
“Baru beberapa hari yang lalu kamu bilang ga mau badan kamu dilihat oleh papaku, eh sekarang malah papaku sudah menjilati vagina kamu Lin hihihi..” Goda Shela.
“Kamu sihh bukannya jauhin aku dari papa kamu malah bantuin papa kamu.” Jawabku lagi sambil mandi masih tanpa menutup pintu karena tempat untuk mandinya tertutup dengan kaca.
“Ah tapi tadi aku lihat kamu keenakan gituu Lin hihihi..” Goda Shela lagi.
“Ah tau ah..” Kataku sambil masih mandi.

Setelah mandi aku mengeringkan badanku kemudian aku berjalan terlanjang didepan Shela untuk mencari kaos dan celanaku. Pada saat aku mau memakai celana dalam Shela langsung nyeletuk.

“Udah Lin dirumah ga usah pake BH ama celana dalem.. Biar papa cepet bukanya nanti hihihi..” Kata Shela.
“Ogah ahh.. Risih tau..” Jawabku sambil memakai celana dalam.
“Taruhan sama aku besok malam kamu pasti bugil lagi seperti tadi. Soalnya papaku masih penasaran ama badan kamu Lin hihihi” Kata Shela lagi.
“Bodo ah.. Urusan besok itu. Yuk tidur Shel.” Jawabku sambil mematikan lampu.
“Good night.” Kata Shela.
“Night.” Jawabku.

‘Duh kenapa aku jadi begini yah? Kenapa sekarang aku mudah sekali terangsang? Apa lagi yang akan terjadi besok yah?’ Pikirku dan tak terasa tiba-tiba aku sudah tertidur karena kecapaian.