Keesokan harinya seperti biasa setelah aku dan Shela selesai beres-beres langsung turun kebawah untuk sarapan. Pas sampai ruang tamu om ivan sudah selesai sarapan sudah siap-siap untuk berangkat kantor.
“Papa sudah sarapan?” Tayanya Shela.
“Sudah, papa harus berangkat sekarang karena mau meeting entar dikantor.” Jawab om Ivan.
“Oke hati-hati pa.” Kata Shela.
“Papa berangkat dulu yah sayang.. yah Lin.” Kata om Ivan
“Iyah om.. Hati-hati om.” Jawabku.
Tidak lama kemudian om Ivan berangkat. Aku dan Shela pun sarapan setelah selesai sarapan kita pun berangkat ke RS. Pas sampai RS aku dan Shela langsung sibuk sana-sini. Akhirnya ketemu lagi pas makan siang di food court RS.
“Lin entar kamu jadi temenin dokter operasi?” Tanya Shela.
“Iyah Shel neh abis makan aku langsung ketemu dokternya.” Jawabku
“Aku kayana temeninnya yang operasi sore deh Lin. Soalna aku masih harus ngecek pasien dulu habis ini.” Kata Shela lagi.
“Ohh gitu? Jadi entar aku pulang duluan yah Shel?” Tanyaku.
“Iyah kalau kamu udah selesai kamu pulang duluan aja Lin. Nih kuncinya” Jawab Shela sambil memberikan kunci rumah.
“Oke deh.” Jawabku sambil makan. Setelah selesai makan aku langsung keruang dokter dan mencari dokter pebimbingku.
Aku mulai sibuk untuk persiapan operasi. Sampai operasinya selesai tidak terasa sudah sore pas aku lihat jam sudah jam 5. Aku langsung berberes barang-barangku kemudian mencari Shela.
“Shel kamu operasi jem berapa entar?” Tanyaku.
“Jem 6 mulainya Lin. Kamu sudah selesai yah?” Jawab Shela.
“Iyah nih. Aku pulang duluan yah kalau gitu?” Tanyaku.
“Oke deh. Hati-hati yah. Daah.” Jawab Shela.
“Daahh..” Jawabku sambil meninggalkan Shela.
Seperti biasa aku pulang dari RS naik angkot. Setelah sampai rumah aku lihat mobil om Ivan belum ada berarti belum pulang. Aku langsung masuk kerumah dan aku jalan menuju kamar Shela. Aku langsung taruh semua barang-barangku dan siap-siap mandi. Aku buka baju dan rokku aku taruh ditempat kotor kemudian aku masuk ke kamar mandi hanya memakai BH dan celana dalamku sambil membawa handuk saja. Seperti biasa aku mandi tidak menutup pintu kamar mandi toh ada pintu kaca di dalam shower. Pas aku lagi asik sabunan terdengar suara “klek” kemudian aku melihat kearah kamar Shela sambil melap pintu kaca yang berembun karena uap air hangatku. Aku coba ngintip ternyata tidak ada siapa-siapa dikamar ‘mungkin itu suara barang jatuh’ pikirku. Aku kembali menyabuni badanku terutama payudaraku dan sekitar vaginaku. Tiba-tiba aku lihat ada bayangan diluar pintu kaca yang kemudian membuka pintunya.
“Eehh.. Om Ivan.. Ngapain disini om? Aku lagi mandi. Keluar om.” Kagetku sambil menutupi payudaraku dan vaginaku dengan tangan sambil bergerak kepojokan. Aku lihat om Ivan sudah terlanjang dengan penis yang masih lemas namum tetap terlihat besar.
“Om mau ikutan mandi Lin.. Kalo boleh kamu mandiin om hehehe.” Jawab om Ivan.
“Hmm.. Engga om.. Om keluar aku mau mandi om.” Kataku lagi.
“Sudah sini sayang.. Om bantuin kamu mandi.. Masa masih malu saja ama om.” Kata om Ivan sambil menarik tanganku kearahnya. Tangan om Ivan bergerak kepayudaraku kemudian mulai menyabuni payudaraku dan putingku yang masih ada busa-busanya.
“Aahh.. Aduh om jangan kaya gini om..” Desahku yang masih berusaha menahan tangan om Ivan.
“Emangnya kenapa sayang?” Tanya om Ivan. Sambil tangan om Ivan meremas pantatku dari belakang.
“Hmm… Aku… Aku malu om..” Jawabku sambil aku masih merasakan remasan lembut dipantatku.
“Apa lagi yang kamu maluin lagi sayang? Toh om sudah melihat badan kamu kan. Sudah sini..” Kata om Ivan sambil menarik tangan yang sedang menutupi vaginaku dan tangan om Ivan sekarang berusaha mencapai vaginaku. Tangan om Ivan langsung mengelus clitorisku.
“Ughh.. Ta.. Tapii om.. Kita seharusnya tidak boleh melakukan ini om..” Kataku lagi. Sambil masih berusaha melepaskan tangan om Ivan dari vaginaku.
“Ya udah gini saja Lin.. Kita taruhan, kalau om ga bisa buat kamu orgasme dalam 5 menit om ga akan macam-macam lagi ke kamu. Tapi kalau kamu orgasme kurang dari 5 menit kamu ga boleh pakai apa-apa kalau dirumah. Gimana sayang?” Tanya om Ivan. Aku langsung berpikir, memang aku mau selesaikan ini apa bisa om Ivan membuat aku orgasme dalam 5 menit? Apa aku bisa menahan orgasmeku? Kemudian aku inget-inget lagi kemarin-kemarin sepertinya lebih dari 5 menit om Ivan baru bisa membuat aku orgasme. Setelah aku pikir-pikir sepertinya aku bisa menahan orgasmeku supaya semua ini cepat selesai.
“Hmm.. Ya.. Ya udah om.. 5 menit saja yah om.” Jawabku sambil melepaskan tanganku dari vaginaku dan payudaraku. 5 menit ini yang menentukan semua ini akan lanjut atau selesai.
“Oke sayang..” Jawab om Ivan singkat. Sambil mulai memainkan clitorisku dan putingku bersamaan.
“Hmm.. Ahh.. Li.. Liat jam dulu om..” Kataku sambil mendesah. Om Ivan langsung melepaskan tangannya terus sedikit menjauh dariku.
“Ya udah kamu lihat dulu dih Lin.” Kata om Ivan. Aku langsung keluar dari kamar mandi dan melihat kearah kamar Shela. Sekarang jarum panjang ada di angka 1 berarti.
“Jarum panjang ada diangka 1 om.” Kataku. Belum selesai aku ngomong om Ivan langsung menarik tanganku lagi untuk masuk ke dalam kamar mandi.
Om Ivan berusaha untuk mencium bibirku kini aku biarkan saja om Ivan menikmati bibirku. Tidak lama dia langsung turun ke payudaraku, tangan kirinya memegang payudaraku dan lidahnya langsung mengulum puting kiriku dan tangan kanannya memainkan puting kananku.
“Ohh.. Om..” Desahku.
Tidak lama bermain dipayudaraku om Ivan langsung turun menuju vaginaku. perlahan tangannya mencoba merenggangkan kakiku agar selangkangankupun ikut terbuka. Aku pun mengikuti tangannya menggerakan kaki kiriku sambil sedikit bersender di dinding dengan shower yang masih terus membasahi badanku dan om Ivan. Tanpa lama-lama kepala om Ivan langsung bergerak menuju vaginaku. Dia langsung menjilati clitorisku dengan tangannya bergerak-gerak diantara bibir dan lubang vaginaku.
“Aaaahh.. Hmm.. O.. Om…” Desahku saat aku rasakan lidah om Ivan berputar-putar diclitorisku.
Tiba-tiba om Ivan berdiri kemudian mengambil shower yang masih menyala kemudian langsung kembali jongkok lagi dihadapan vaginaku. Om Ivan mengarahkan semprotan shower itu kearah vaginaku sampai ku rasakan geli divaginaku. Kemudian kepala om Ivan mulai bergerak menjilati clitorisku dan sesekali mengisapnya. Tiba-tiba aku merasakan jari om Ivan bergerak-gerak didaerah lubang vaginaku tangannya mengelus-elus lubang vaginaku. Aku rasakan vaginaku mengeluarkan cairannya sangat banyak. Sesekali jari om Ivan mencoba masuk sedikit divaginaku kemudian dikeluarkan lagi sambil mengelus-elus lubang vaginaku. Tiba-tiba om Ivan mengisap clitorisku dengan kuat sambil lidahnya berputar-putar diclitorisku.
“Oooohhh… Om… Aaahh..” Desahku.
Pelan-pelan aku rasakan jari om Ivan mulai masuk kevaginaku aku pikir nanti juga dikeluarkan lagi tapi kali ini tidak. Aku rasakan jarinya makin masuk kevaginaku rasanya vaginaku ada yang mengganjal.
“Ooohhh… Oo… Om… Ja.. Jangan dimasukin om..” Kataku bercampur dengan desahan.
Jari om Ivan bergerak keluar dari vaginaku kemudian dimasukan lagi sedikit kemudian dikeluarkan lagi. Lama-lama jari om Ivan bergerak pelan divaginaku sampai jarinya menyentuh satu titik.
“Aaaahhh.. Aaahhh.. Hmm… Aaahhh..” Desahku ketika jari om Ivan menggesek-gesek titik tersebut. Aku rasakan sentuhan itu seribu kali lebih enak dari pada jarinya bergerak-gerak di clitorisku. Dengan cepat om Ivan menghisap dan menjilati clitorisku sambil jarinya masih bermain didalam vaginaku.
“Ooohh… Ooohhh.. O..Om… Ooohhh… Hmmm… A.. Akuu.. Ke..lu..aarrr.. Aaaaahhh.. Aaaahhh..” Desahku saat aku rasakan orgasme yang sangat dasyat..
“Hmmm.. Aaaahhh.. Aaaahhh..” Desahku lagi karena om Ivan masih menjilati clitorisku dan tangannya masih mengelus-elus dalam vaginaku.
“Suu.. Sudah om.. Aaahhh.. Ngi.. Ngiluu om.. Aaahhh..” Desahku saat om Ivan masih saja menjilati clitorisku walaupun orgasmeku sudah selesai.
“Enak ga Lin?” Tanya om Ivan sambil lanjut menjilati clitorisku walaupun kepalanya sudah aku dorong-dorong dengan tanganku.
“Hmm.. Su..Sudah om..” Jawabku.
“Enak ga? Kalau ga jawab om ga lepasin.” Kata om Ivan kembali lagi menjilati clitorisku.
“Hmm.. Ee.. Enakk om.. Enakk.. Aaahhh..” Jawabku sambil mendesah.
“ah.. ah.. ah.. ah..” Suara napasku tidak beraturan setelah om Ivan melepaskan vaginaku. Sangking lemasnya aku langsung terduduk dikamar mandi. Aku lihat om Ivan menengok kearah kamar dan melihat jam.
“Nah sekarang jarum panjang masih ditengah angka 1 dan 2. Berarti baru 3 menit om sudah bisa membuat kamu orgasme. Kalau tidak percaya kamu lihat saja sendiri Lin hehehe.” Kata om Ivan sambil berdiri didekat pintu. Perlahan aku mencoba merangkak untuk melihat jam ternyata benar kurang lebih baru 3 menit aku sudah orgasme.
“Sini sayang om handukin biar tidak dingin.” Kata om Ivan sambil mengangkatku dan mengambil handuk. Dia mulai melap kepalaku, kemudian turun kepayudaraku, terus turun lagi keperutku, terus ke kakiku. Om Ivan melap badanku sampai kering.
“Sini Lin..” Tarik tangan om Ivan sambil berjalan ke dalam kamar Shela. Sesampainya didalam kamar Shela om Ivan langsung merebahkan aku di ranjang Shela.
“Sudah kamu selimutan dulu. Om mau mandi dulu yah sayang.. Ingat ga boleh pakai baju loh hehehe.” Kata om Ivan sambil tersenyum. Om Ivan sekarang berjalan lagi kekamar mandi.
Aku langsung teringat tadi jari om Ivan masuk kevaginaku ‘Apa aku masih perawan?” Pikirku. Tanganku langsung bergerak kevaginaku dan mengusap lubang vaginaku yang masih basah dan aku lihat apakah ada darah? Ternyata tidak ada. Berarti aku masih perawan pikirku. ’Haduh.. Aku kalah, aku tidak boleh pakai apa-apa didalam rumah?’ Aku langsung merinding membayangkan kalau aku harus terlanjang sepanjang hari dirumah. ‘Bagaimana kalau Shela liat? Ah Shela sudah melihat aku terlanjang. Gimana kalau ada tamu?’ Pikirku lagi sambil mendengar suara om Ivan mandi. ‘Apa yang akan om Ivan lakukan setelah ini?’ Aku masih bertanya-tanya sambil tiduran didalam selimut. Aku lihat ke jam ternyata baru jam 6 lewat 15 menit. ‘Shela pulangnya masih lama lagi’ kembali aku berkata dalam hati. Tiba-tiba suara air dikamar mandi mati berarti om Ivan sudah selesai mandinya. Aku langsung deg-degan lagi. Aku dengar HPku berbunyi aku langsung mengambil HPku yang ada dimeja sebelah ranjangku ternyata telpon dari pacarku.
“Ya halo yang? Kenapa tumben telpon?” Kataku menjawab telpon pacarku.
“Iyah lagi kangen aja ama kamu yang.. Kamu lagi ngapain?” Tanya pacarku.
“Lagi selimutan neh yang baru abis mandi tadi hehehe.” Jawabku.
“Kedinginan yah? Sini aku peluk.” Kata pacarku.
“Iihh.. Enak aja peluk-peluk nikahin aku dulu baru peluk-peluk.” Jawabku. ‘Sama pacarku peluk saja belum pernah tapi, sama om Ivan aku sudah ampe orgasme berapa kali.’ Pikirku.
“Dasar pelit kamu yang hehehe.. Tadi ngapain aja yang di RS?” Tanya pacarku. Sementara itu aku lihat om Ivan sudah keluar dari kamar mandi masih dengan terlanjang. Dia melihatku sambil tersenyum kemudian berjalan kearahku.
“Tadi yah seperti biasa periksa pasien terus temenin dokter visit sama ada ada operasi tadi. Kamu hari ini ngapain aja?” Jawabku.
Sambil aku lihat om Ivan duduk di ujung ranjang sambil tangannya mengangkat selimutku yang sedang menutupi badanku. Tanganku langsung bergerak-gerak seolah-olah bilang jangan sama om Ivan. Tapi om Ivan malah tersenyum kearahku sambil aku lihat badannya masuk kedalam selimutku. Perlahan kakiku mulai direngangkan oleh om Ivan aku hanya bisa mengikutinya. Kemudian jarinya mulai mengelus-elus vaginaku lagi.
“Yah sama lah sama kamu yang. Visit pasien bareng dokter tapi aku ga ada operasi tadi. Gimana betah ga kamu numpang dirumah Shela?” Jawab pacarku.
“Ehmm.. Be.. Betah kok yang.. Papa dan mama Shela baik.” Jawabku dengan menahan desahan karena tangan om Ivan mulai mengelus clitorisku lagi.
“Oohh.. Bagus deh yang seengganya kamu ga perlu ngekos terus lebih aman dirumah Shela.” Kata pacarku. ‘Lebih aman dari mana? Aku hampir setiap hari dibikin orgasme sama om Ivan. Kamu saja belum pernah liat badanku terlanjang tapi om Ivan malah sudah menjilati vaginaku.’ Kataku dalam hati.
“Iyah yang.. Kamu ga jaga malam hari ini yang? Hmm..” Kataku sambil menahan desahan karena skerang om Ivan sedang mengulum clitorisku.”
“Engga yang besok baru aku jaga malam lagi. Kamu kenapa yang?” Jawab pacarku. ‘Haduh dia denger desahanku lagi.’ Pikirku.
“Oohh.. Engga ini aku lagi garuk kaki ku, abisnya gatal digigit nyamuk.” Jawabku sekenanya.
“Oh.. Eh tau ga tadi di RS …..” Aku sudah tidak konsen lagi dengan omongan pacarku. Aku rasakan jari om Ivan mulai masuk ke dalam vaginaku lagi sambil mulutnya masih menjilati clitorisku.
“Aahhh..” Desahku akhirnya tidak bisa aku tahan.
“Yang.. Yangg.. Kamu kenapa?” Tanya pacarku.
“Haa? Gapapa yang aku masih garuk kakiku nih gatel banget yang.. Aahh” Jawabku lagi sambil mendesah. Om Ivan memainkan vaginaku seperti tadi pas dikamar mandi. Sekarang vaginaku sudah banjir lagi.
“Ya udah kamu kasih minyang angin lah yang.” Kata pacarku.
“Ii.. Iyah yang.. Aku cari minyak angin dulu yah.. Dah yang..” Jawabku dengan cepat sambil mematikan telponku.
“Aaahhh.. O.. Om.. Aahhh.. Aaahhh..” Desahku sambil memegang kepala om Ivan. Sepertinya aku sudah mau orgasme lagi.
“Hmm.. Aaahhh..” Desahku. Tiba-tiba om Ivan berhenti menjilati clitorisku dan mencabut tangannya dari vaginaku. Kemudian kepalanya keluar dari selimut.
“Sudah mau keluar yah sayang? Sabar yah sayang hehehe.” Jawab om Ivan sambil mencoba mencium bibirku.
“Hmm.. mmm” Desahku saat om Ivan mencium bibirku.
Sambil mencium bibirku om Ivan menggesek-gesekan penisnya divaginaku berbarengan tangnyannya memijat puting kiriku. Lidah om Ivan bergerak-gerak didalam mulutku sekarang aku mulai bisa mengimbangi gerakan lidahnya. Perlahan aku mulai berani menjilat lidah om Ivan sampai-sampai tanpa aku sadari lidahku bergerak kemulutnya om Ivan begitu lidahku bergerak-gerak didalam mulut om Ivan, dia menghisap lidahku.
“Hhhmmmmm..” Desahku tiba-tiba aku rasakan penis om Ivan menekan dilubang vaginaku dan masuk perlahan.
“Hmmm.. Hmmm..” Suaraku tak bisa keluar karena om Ivan masih mencium bibirku sambil berusaha mendorong badan om Ivan. Aku rasakan penis om Ivan sudah masuk sedikit didalam vaginaku dan tangan om Ivan yang tadi memegang penisnya untuk menggesek-gesekan kevaginaku sekarang mulai mengelus-elus clitorisku. Om Ivan sudah tidak butuh memegang penisnya karena sebagian kepala penis om Ivan sudah masuk kevaginaku. Ku rasakan seperti ada yang mengganjal vaginaku.
“Aaahhh o..Om.. Ja.. Jangan dimasukin om..” Desahku ketika om Ivan melepas ciumannya.
“Tenang Lin.. Om akan pelan-pelan kok.” Kata om Ivan. Perlahan om Ivan sedikit menarik penisnya kemudian dimasukan lagi kevaginaku.
“Uuhhh.. Ja.. Jangan om..” Desahku. Aku rasakan kepala penis om Ivan sangat besar dan sedikit demi sedikit kepala penis itu semakin masuk kedalam vaginaku sampai tertahan sesuatu. ‘Ahh.. Itu selaput daraku.’ Kataku dalam hati.
“Ja.. Jangan dimasukan lagi om..” Teriakku.
Kemudian om Ivan melihatku sambil tersenyum kemudian dia mencium bibirku lagi sambil perlahan menarik keluar penisnya aku sedikit lega. Aku rasakan tangan om Ivan masih mengelus-elus clitorisku. Penis om Ivan mulai masuk lagi perlahan-lahan namun ditarik keluar lagi. Om Ivan melakukan gerakan itu beberapa kali. Vaginaku sangat-sangat basah sehingga kepala penis om Ivan dapat bergerak-gerak didalam vaginaku tanpa menyakitiku.
“Sayang tahan sedikit yah.” Kata om Ivan setelah melepas ciumannya kemudian kembali mencium bibirku.
“Hhhmmmm… Hhhmmmm..” Desahku ketika kurasakan penis om Ivan menerobos masuk kedalam vaginaku sekarang dinding selaput daraku yang tadi menahan penis om Ivan sudah tidak ada. ‘Aahh.. Aku sudah tidak perawan’ kataku dalam hati sambil meneteskan air mata. Om Ivan membenamkan seluruh penisnya didalam vaginaku tanpa menggerakannya.
“Aahh… Sa.. Sakit om.. Aahhh..” Desahku saat om Ivan melepas ciumannya.
“Tahan yaahh sayang. Nanti juga hilang kok.” Kata om Ivan sambil tangannya masih mengelus-elus clitorisku.
“Aaaahh.. Perih om.. Ii. Itu om besar sekali..” Kataku sambil menahan perih.
Kepala om Ivan bergerak ke payudaraku dan menjilati putingku bergantian. Perlahan aku rasakan vaginaku mulai bisa menampung penis om Ivan dan aku mulai kembali berdesah karena jilatan diputingku dan elusan di clitorisku.
“Aaahhh.. Hhhmm.. Pe.. Pelan-pelan om.” Desahku saat om Ivan mulai menggerakan penisnya perlahan.
Perlahan om Ivan mulai memaju mundurkan penisnya divaginaku. Dia menarik penisnya sebatas kepala penisnya kemudian memasukan lagi semua kedalam vaginaku.
“Ooohhhh.. Be.. Besar sekali om..” Desahku. Perih yang tadi aku rasakan sudah mulai hilang dan berubah menjadi rasa gatal didalam vaginaku.
Begitu om Ivan sadar kalau aku sudah tidak kesakitan dia mulai memper cepat gerakannya makin lama semakin cepat sampai rasaya payudaraku berguncang-guncang. Kedua tangan om Ivan sekarang memijit-mijit putingku.
“Aaaahh.. Aaaahhh.. Aaaahhh.. Hhmm..” Desahku.
“Enak ga Lin?” Tanya om Ivan. Aku hanya mengangguk sambil masih memejamkan mataku.
“Jawab dong Lin enak ga?” Tanya om Ivan lagi sambil mencubit putingku.
“Aaaahh.. Aaahhh.. Ee.. Enak om..” Jawabku.
“Apanya yang enak Lin?” Tanya om Ivan. Aku diam saja karena malu untuk menjawab pertanyaannya.
“Hayo apa yang enak Lin?” Tanya om Ivan lagi.
“Aaahhh.. Pe.. Penis om..” Jawabku malu.
Kemudian kepala om Ivan langsung bergerak ke payudaraku dan mulai menjilati putingku dengan rakus sambil memper cepat goyangan penisnya.
“Aaaaahhh.. O.. Om.. Aaaaahhh.. Aa.. Akuu.. Ke.. Ke.. Keelluaarrr oomm.” Desahku panjang. Om Ivan semakin memper cepat gerakan penisnya.
“Aaaaaahhhhh… Aaaaaaahhhhhh..” Desahku.. Aku rasakan vaginaku seperti berkedut dan tulang-tulangku seperti lepas semua badanku lemas sekali.
Om Ivan memperlambat gerakan penisnya sambil memelukku yang masih menikmati sisa-sisa orgasme. Perlahan om Ivan menarik penisnya keluar dari vaginaku.
“Aahh..” Desahku saat penis om Ivan keluar dari vaginaku. Aku sedikit melirik kearah penisnya om Ivan, aku melihat ada sedikit bercak darah keperawananku dipenis om Ivan yang masih tegak berdiri.
“O.. Om jahat.. Kenapa dimasukin om? Sekarang aku sudah engga perawan lagi. Itu kan harusnya untuk suamiku nanti om.” Kataku.
“Maaf yah Lin, habis om napsu banget sama kamu sih.. Sudah cantik, wangi, payudara kamu montok dan vagina ga ada bulu terus masih perawan lagi. Maaf yah sayang.” Kata om Ivan yang sedang tiduran disampingku.
“Ta. Tapii kan om.. Hhmm..” Kataku terpotong karena tangan om Ivan mengusap clitorisku yang masih sangat sensitif karena orgasmeku tadi.
“Sudah Lin.. Toh kamu juga enak kan tadi? Mending kita bersihin dulu yuk vagina kamu.” Kata om Ivan sambil duduk diranjang dengan tangannya masih mengelus-elus clitorisku.
“Hmm.. Aahh..” Desahku.
Tangan kiri om Ivan menarik tanganku agar ikutan bangun dari ranjang dan aku hanya bisa mengikuti tarikan tangan om Ivan. Om Ivan menggandeng tanganku dan mengajak aku ke kamar mandi.
“Sini om yang bersihkan Lin.” Kata om Ivan.
“Tidak usah om.. Aku bersihin sendiri saja.” Jawabku sambil duduk di kloset kemudian mengambil selang air dan ku semprotkan ke vaginaku sambil aku bersihkan dengan jari. Rasanya agak ngilu dan sedikit perih di vaginaku.
‘Aku sudah tidak perawan lagi. Kenapa bisa jadi begini? Disatu sisi aku sangat menyesal aku sudah tidak perawan lagi. Tapi disisi lain aku masih ingin merasakan orgasme seperti tadi lagi.’ Lamunku sambil masih membersihkan vaginaku. Tiba-tiba aku dengar suara keran shower dibuka, aku langsung menoleh kearah om Ivan ternyata dia sedang membersihkan penisnya juga. Penis om Ivan begitu besar dan berurat ‘kok vaginaku yang masih perawan bisa muat dimasukin penisnya? Dan tidak sesakit yang aku bayangkan saat aku diperawanin sama om Ivan tadi. Apakah aku begitu terangsangnya sampai-sampai vaginaku sangat basah?’ Lamunku lagi. Masih asik melamun sambil membersihkan vaginaku tiba-tiba om Ivan memanggilku.
“Sudah Lin?” Tanya om Ivan.
“Eehh.. Sudah om..” Jawabku sambil berdiri dan mencuci tanganku.
Setelah selesai aku cuci tangan om Ivan lansung menarik tanganku lagi.
“Kita kebawah yuk Lin.” Ajak om Ivan.
“Aa. Aku pakai baju dulu om.” Jawabku.
“Kan kamu tadi kalah Lin.. Jadi kamu ga boleh pakai baju kalau dirumah yah hehehe.” Kata om Ivan sambil menarik tanganku keluar dari pintu kamar.
Saat aku keluar kamar tanpa pakai baju rasanya seperti deg-degser. Walaupun aku malu tapi aku mulai menikmatinya. Om Ivan masih terus menggandeng tanganku sampai ke ruang tamu.
Leave A Comment