Update.. Update..
“Kamu duduk dulu Lin. Om ambilin minum yah.” Kata om Ivan sambil menyalakan TV kemudian berjalan kearah dapur.
Aku melihat ke TV walaupun aku masih melamun ‘om Ivan mau melakukan apa lagi yah?’ Pikirku. Tiba-tiba om Ivan kembali dengan membawa gelas.
“Nih Lin kamu minum dulu. Pasti cape tadi mendesah terus hehehe.” Kata om Ivan. Aku mengambil gelasnya terus aku minum sampai habis memang sih aku sangat haus.
“Sudah seger Lin?” Tanya om Ivan.
“Iyah om.” Jawabku.
“Boleh om lanjutin lagi dong? Hehehe.” Tanya om Ivan.
“Hmm.. Ja..Jangan deh om.. Lagian aku sudah tidak.…” Jawabku.
“Sudah tidak apa Lin?” Tanya om Ivan sambil mencium pipiku dan tangan kanannya kepayudaraku sedangkan tangan kirinya kevaginaku.
“Su..Sudah tidak.. Hhmm.. Ba.. Basah om..” Kataku terbatah-batah.
“Oh.. Masih basah kok.. Tenang Lin om bisa bikin tambah basah lagi kaya tadi hehehe.” Jawab om Ivan sambil berlutut dihadapanku.
“Sinian Lin.” Kata om Ivan sambil menarik pantatku kearah dia.
Perlahan om Ivan membuka kakiku dan nampak lah vaginaku yang tadi habis diperawanin oleh penisnya. Om Ivan mulai menjilati vaginaku dari atas kebawah begitu terus berulang kali seperti sedang menglitiki vaginaku dengan lidahnya.
“Ooohh om.. Ge.Gelii om..” Desahku. Aku rasakan vaginaku mulai basah lagi karena jilatan om Ivan.
Sekarang jilatan om Ivan mulai cepat di clitorisku dan perlahan jarinya mulai masuk kedalam vaginaku.
“Aaaahhh.. Pe. Pelan-pelan om perihh..” Desahku saat aku rasakan agak perih divaginaku karena jarinya om Ivan.
Begitu aku bilang perih om Ivan langsung menarik sedikit jarinya dari vaginaku. Sekarang jari om Ivan hanya mengelus-elus dilubang vaginaku dan saat vaginaku tambah basah jari om Ivan mulai dimasukan lagi kedalam vaginaku Sekarang jari om Ivan masuk lebih dalam dari pada saat di kamar mandi tadi.
“Aaahh.. Oom..” Desahku.
Jari om Ivan bergerak cepat keluar masuk divaginaku dan jilatan om Ivan berganti dengan emutan dan kadang sedikit di gigit clitorisku.
“Ooohh.. Aaahhh.. Hmmm..” Desahku lagi. Merasakan gigitan diclitorisku. Vaginaku sudah sangat basah sekarang. Tiba-tiba om Ivan berhenti memainkan vaginaku.
“Lin gantian dong sayang.. Kamu emutin penis om..” Kata om Ivan sambil duduk disampingku. Aku hanya mengangguk saja.
Sekarang om Ivan yang duduk dan aku yang sedang berlutut didepan om Ivan. Aku memegang penis om Ivan dan mulai menaik turunkan tanganku. Dan perlahan tanpa disuruh lagi aku mendekatkan bibirku ke penisnya aku mulai menjilati sekeliling kepala penis om Ivan sampai basah dan aku mulai memasukan kemulutku. Diam-diam aku mulai menikmati apa yang aku lakukan sekarang. Sambil mengurut penis om Ivan kepalaku juga ikutan naik turun mengemut penisnya. Saat aku mengemut penis om Ivan aku rasakan vaginaku bertambah basah tanpa ada yang menyentuhnya. ‘Apa aku sudah menikmati mengulum penis om Ivan?’ Pikirku sambil maish mengulum penisnya.
“Oohh Lin.. Eenak sekali mulut kamu.” Desah om Ivan membuat aku tambah bersemangat mengulum penisnya. Aku gerakan tangan dan kepalaku semakin cepat.
“Oohh.. Sudah dulu Lin..” Kata om Ivan sambil memegang kepalaku.
“Sudah mau keluar om?” Tanyaku sambil tanganku masih mengurut penisnya.
“Bukan-bukan. Sini kamu naik kesini.” Kata om Ivan sambil menarik tanganku. Akupun mengikuti tarikan tangannya.
Om Ivan menarik tanganku agar aku duduk diatas pangkuannya.
“Gesek-gesekin penis om sama vagina kamu sayang.” Kata om Ivan. Tanpa protes akupun langsung menduduki penis om Ivan.
Perlahan aku mulai menggoyangkan pinggangku seperti pertama kali aku lakuka disofa ini sama om Ivan. Cuman bedanya kali ini sudah tidak ada yang menghalangi antara vaginaku dengan penisnya. Aku maju-mundurkan pinggangku hingga penis om Ivan bergesekan di bibir vaginaku. Ketika aku sedang menggoyang pinggangku kepala om Ivan mulai bergerak ke payudaraku. Dia mulai menjilati dan menggigit kecil putingku.
“Hhmmm..” Desahku sambil masih menggoyang pinggangku. Sesekali aku sengaja mengenai clitorisku kepenis om Ivan. Aku rasakan penis om Ivan sudah mulai ikutan basah karena bergesekan dengan vaginaku.
Setelah menjilati payudaraku bibir om Ivan mendekati bibirku. Aku pikir dia akan menciumku tapi tertanya tidak dia hanya mendekati bibirku sambil melihat mataku. Dan kedua tangannya memijit putingku.
“Hhhhmm.. Aaahhh..” Desahku menahan geli di puting dan vaginaku. Om Ivan tetap tidak mencium bibirku walaupun jarak bibirku dan bibirnya sudah sangat dekat. Perlahan om Ivan mulai meremas kedua payudaraku sambil jarinya memilin putingku. Tiba-tiba entah aku dapat keberanian dari mana aku yang mulai maju dan menjilat bibir om Ivan habis itu aku langsung memasukan lidahku kemulutnya sambil merangkul leher om Ivan.
Om Ivan langsung membalas ciumanku sambil memelukku. Namun perhalan tangan om Ivan turun kepantatku kemudian diremas sedikit pantatku. Habis itu diangkat lah badanku dan tangannya memegang penisnya sendiri dan diposisikan persis di depan lubang vaginaku. Kemudian badanku diturunkan oleh om Ivan, masuk lah penis om Ivan kevaginaku.
“Aaaaaahhhh.. Oo..Om..” Desahku saat aku rasakan penis om Ivan membelah vaginaku. Kali ini tidak ada rasa perih lagi divaginaku hanya ada rasa nikmat.
Om Ivan mulai mengangkat badanku dan menurunkan lagi dan aku mulai mengikuti gerakan itu lama-lama aku yang bergerak sendiri tanpa dibantu oleh om Ivan. Aku rasakan penis om Ivan selalu menyentuh dinding rahimku saat aku bergerak naik turun diatas badan om Ivan.
“Aaahh. Om.. Hmm.. Enaak om.. Aaahh…” Desahku tanpa bisa aku kontrol lagi.
Karena sangat lemas aku hampir tidak punya tenaga untuk bergerak naik-turun lagi diatas badan om Ivan jadi sekarang aku hanya memaju-mundurkan pinggangku, namun sensasinya tidak kalah dengan gerakanku sebelumnya.
Waktu sedang asik-asiknya aku menggoyang penis om Ivan tiba-tiba aku dengar pintu rumah terbuka ternyata Shela sudah pulang.
“Yaahh ampun.. Linda…” Triak Shela dari pintu sambil berjalan mendekatiku. Aku kaget sehingga aku langsung diam dan reflex aku menutupi payudaraku.
“Anak papa baru pulang yah? Mandi dulu dih hehehe..” Kata om Ivan sambil melihat kerarah Shela.
“Baru aku tinggal beberapa jam saja kamu sudah ga perawan Lin hihihi.. Gimana enak ga penis papaku? Kok bisa kamu sampai diperawanin sama papa sih?” Kata Shela tanpa menjawab om Ivan. Aku pun hanya bisa diam saja menahan malu dengan candaan Shela.
“Sudah kamu mandi dulu dih sayang.. Jangan godain Linda toh dia jadi malu.” Kata om Ivan sambil memegang pinggangku kemudian om Ivan mulai menghentak-hentakan penisnya lagi.
“Aaaahhh om.. Hmm… A.. Ada Shela om.. Aaaahh..” Desahku tertahan.
“Sudah gapapa Lin. Jangan malu ama Shela. Ayo goyangin lagi pinggang kamu Lin.” Kata om Ivan sambil menarik tanganku yang menutupi payudaraku dan tangannya langsung meremas-remas payudaraku lagi.
“Iyah Lin gapapa kok.. Tenang saja nanti abis mandi juga aku ikutan Lin. Aku cuma mau lihat kamu seberapa nakal sih diatas papaku hihihi.” Kata Shela lagi sambil duduk disamping om Ivan.
Om Ivan masih menggerak-gerakan pinggangnya lama kelamaan aku mulai tidak memperdulikan Shela yang sedang menyaksikan aku disetubuhi oleh papanya. Aku mulai menggerak-gerakan pinggangku lagi seperti tadi. Dari naik turun sampai menggerakan maju mundur diatas badan om Ivan.
“Aaahhh.. Aaahhhh.. Aaaahhhh.. Oo.. Om.. Hhmmm..” Desahku.
“Iiihh Lin enak banget yah sampai mendesah-desah gitu.. Aku jadi kepengen juga nih hihihi.” Kata Shela disampingku. Seperti biasa aku tidak menjawabnya hanya bisa mendesah.
“Hhhmm Agghhh..” Desahku saat om Ivan sambil bangun menjilat putingku sedangkan aku masih menggoyang-goyangkan pinggangku.
Setelah puas menjilati putingku om Ivan kembali senderan lagi sambil meremas-remas payudaraku sambil menghentak-hentaikan penisnya di vaginaku. Tiba-tiba aku rasakan ada yang memegang kedua putingku dari belakang. Waktu aku membuka mataku ternyata Shela yang memainkan putingku dari belakang kemudian tangan om Ivan bergerak kevaginaku. Sesampainya disana jari-jari om Ivan langsung memainkan clitorisku.
“Aaaahhh… Aagghhh… Oohh.. Oo.. Om..” Desahku tak tertahan lagi.
“Enak ga Lin?” Tanya Shela dari belakang.
“Aaagghhh..” Desahku lagi saat aku rasakan gerakan om Ivan semakin cepat.
“Lin jawab dong.. Enak ga?” Tanya Shela lagi.
“Hhhmm.. Ee.. Enak Shel.. Aaaahhh..” Jawabku sambil aku rasakan Shela mencubit putingku.
“Aaaagghhh.. A.. Akuu.. Mmm… Maauuu keluaarr… Aaaahhhh.. Aaaaahhhh.. Aaaaahhh.. Aaggghhh..” Desahku saat aku orgasme. Badanku mengejang kebelakang sampai menyandar dibadan Shela.
“Aaaahhh… Hmmm.. Aaaaahhh..” Desahku saat menikmati sisa-sisa orgasme. Aku sudah dua kali orgasme oleh penis om Ivan yang besar. Setelah aku orgasme Shela kembali duduk disamping om Ivan.
“Enak ga Lin? Kan aku sudah bilang pasti kamu ketagihan deh hihihi.” Kata Shela. Aku hanya senyum ke Shela.
Kemudian dengan perlahan om Ivan mendorong badanku sampai aku berdiri dan penisnya terlepas dari vaginaku.
“Aaaahh..” Desahku saat aku rasakan penisnya perlahan keluar dari vaginaku.
“Sini Lin.. Kamu naik sini.” Kata om Ivan setelah ikutan berdiri disampingku. Om Ivan mendorong badanku hingga kaki ku berlutut di sofa dan badanku bertumpu pada sandaran sofa.
Perlahan aku rasakan om Ivan mulai memasukan penisnya dari belakang.
“Aaaagghhh..” Desahku saat penis om Ivan mulai masuk divaginaku yang sudah banjir. Penis om Ivan rasanya sangat besar dan panjang hingga selalu menyundul rahimku saat om Ivan menekan penisnya.
Om Ivan mulai mengluar-masukan penisnya dengan cepat. Karena gerakan om Ivan aku sampai terhentak-hentak kesandaran sofa.
“Ooggghhh.. Lin.. Vagina kamu sempit sekali..” Desah om Ivan sambil menyetubuhiku dari belakang.
“Aaaggghhh.. Aaahhhh.. Aaaahhhh.. O..Om.. Oohh..” Desahku karena gerakan om Ivan semakin cepat.
“Aaaahhh.. Lin.. Om mau keluaarrr niihhh..” Desah om Ivan. Aku langsung panik mendengar kata-kata om Ivan.
“Aagghh.. Jaa.. Jangan didalam om.. Aaaahhh…” Desahku sambil berusaha menjauh dari om Ivan. Aku rasakan om Ivan semakin mempercepat gerakannya. TIba-tiba dia mengeluarkan penisnya dari vaginaku dan tidak lama kemudian aku merasakan cairan panas mengenaii pantat dan punggungku.
“Aaaggghhh.. Aaaahhhh.. Aaggghhh..” Desah om Ivan. Entah berapa kali semprotan sperma om Ivan yang mendarat di badanku.
“Aaahhh.. Aaahhh..Hhhmm..” Desahku. Walaupun penis om Ivan sudah keluar dari vaginaku tapi sensasinya masih berasa didalam vaginaku. Aku langsung tiduran menyamping disofa dengan sperma om Ivan yang masih menempet dipunggungku dan perlahan aku rasakan mulai menetes kesofa.
Entah berapa lama aku dan om Ivan mencoba mengatur napas yang dari tadi tersengal-sengal dan aku rasakan badanku agak keringetan.
“Yaahh papa udah keluar. Aku kan juga mau pa..” Kata Shela genit disampingku.
“Tenang sayang.. Kamu mandi dulu saja nanti abis makan giliran kamu yah..” Kata om Ivan.
“Bener yah pah? Aku mandi dulu yah.. Aku naik dulu yah Lin.” Kata Shela. Aku hanya mengangguk kearah Shela. Sekarang tinggallah aku berdua sama om Ivan yang sama-sama masih terlanjang.
“Enak ga Lin? Makasih yah Lin om puas sekali.” Kata om Ivan sambil mengelus kepalaku. Aku hanya tersenyum saja ke om Ivan sambil mengangguk. Dalam hatiku aku juga merasa puas walaupun agak menyesal karena aku sudah tidak perawan lagi.
“Kamu juga puas ga Lin? Ato masih mau lagi? hehehe.” Tanya om Ivan lagi sambil memijit payudaraku.
“Hhmm.. Pu..Puas om..” Jawabku malu sambil sedikit menunduk.
“Hehehe.. Sudah tak usah malu lagi sama om Lin.” Kata om Ivan.
“Iiyah om..” Jawabku.
“Nahh gitu dong.. Nanti lagi yah Lin? Hehehe.” Kata om Ivan sambil meraba vaginaku yang masih basah sekali.
“Aaahh..” Desahku.
“Jawab dong sayang..” Kata om Ivan sambil jarinya mengusap-ngusap clitorisku.
“Aaagghhh.. Ii.. Iyah om.. Hmm..” Jawabku lagi.
“Gitu dong sayang jangan malu lagi ama om. Ya sudah kamu bersih-bersih dulu dih.. Nih tisunya.” Kata om Ivan sambil mengambil tisu yang ada dimeja dekat sofa.
Aku langsung mengambil tisunya kemudian aku mencoba membersihkan punggungku dan sofa yang terkena sperma om Ivan. Sedangkan om Ivan berjalan kearah kamarnya. Setelah aku bersihkan sofa aku langsung ke WC sambil membawa kaos dan celanaku lalu menyiramkan air kepunggung dan pantatku kemudian aku sabunan agar tidak lengket. Habis membersihkan punggungku lalu aku membersih kan vaginaku yang masih basah pas aku sentuh vaginaku rasanya sangat sensitif sekali jadi aku cepat-cepat membersihkan vaginaku. Setelah aku bilas aku langsung melap badanku dengan kaosku setelah itu aku berjalan kekamar Shela.
Setelah sampai dikamar ternyata Shela masih mandi dan aku langsung kelemari untuk mencari kaos dan celana bersih. Namun saat aku buka lemari yang pertama kali aku lihat itu daster jadi aku langsung mengambil daster itu. Pas aku mau pake BH tiba-tiba aku mikir ‘ngapain pake BH lagi?’ Jadi aku langsung menaruh BH baruku kelemari lagi dan aku hanya menggunakan daster itu dan celana dalam saja. Setelah itu aku rebahan diranjang karena badanku masih lemas. Aku mencoba untuk meram-meram sebentar namun pas aku mencoba meram tiba-tiba aku jadi kebayang gimana tadi om Ivan memperawaniku di ranjang ini ‘untung saja darah perawanku tidak sampai kena keranjang.’ pikirku sambil melihat-lihat keranjang. Setelah itu aku mencoba meram lagi kali ini yang ada dibayanganku pas aku naik turun dipangkuan om Ivan. Aku masih ingat benar gimana rasanya penis om Ivan keluar masuk divaginaku saat aku diatas om Ivan. Lama-lama aku rasakan vaginaku mulai lembap lagi ‘aku sudah mulai terangsang lagi?’ Pikirku. Aku langsung mencoba mengalihkan pikiranku, aku mencoba berpikir gimana besok di RS apa yang harus aku lakukan.
“Lin, gimana tadi enak ga di entot papaku?” Tiba-tiba Shela keluar dari kamar mandi.
“Iihh.. Apa sih kamu Shel kok nanyanya kaya gitu?” Jawabku.
“Kamu ini masih malu-malu aja.. Enak ga tadi diperawanin papa?” Tanya Shela lagi.
Tauu aahh.. Eehh Shel tadi kata kamu, kamu juga mau kaya tadi? Kamu mau disetubuhi sama om Ivan juga?” Tanyaku.
“Dasar kamu Lin, aku nanya malah kamu bales nanya lagi. Jawab dulu pertanyaanku, enak ga tadi pas dientot papaku?” Tanyanya lagi dengan vulgar.
“Hhmm.. Mayann..” Jawabku singkat.
“Lumayan? Apa enak? Kok kayanya tadi kamu sampai mendesah-desah gitu.” Kata Shela.
“Iya.. Iyah dehh enakk.. Sekarang jawab pertanyaanku tadi.” Jawabku.
“Nahh gitu dong ngaku juga kamu hehehe. Iyah lahh aku juga mau dientot sama papa sudah lama nih aku ga ngerasain penis papa. Abis dari kemarin papa keluar mulu sama kamu, kayanya papa bener-bener terobsesi sama kamu Lin hihihi.” Jawab Shela.
“Iihh.. Sotoy ah kamu.” Jawabku lagi masih sambil tiduran.
“Lindaa.. Shela ayoo makan..” Terdengar suara teriakan om Ivan dari bawah.
“Yuuk makan Lin..” Kata Shela.
Aku langsung keluar dari selimut dan ikut Shela berjalan kebawah. Pas aku sampai bawah aku lihat ada 3 bungkusan.
“Yuuk makan sayang.. Tadi ada tukang sate kambing langganan lewat jadi papa beli sate aja.” Kata om Ivan.
“Waahh sate kambing yah pa? Biar ronde 2 lebih semangat yah? hihihi. Yuk makan pa.” Jawab Shela yang berjalan didepanku.
“Ehh Lin kan tadi perjanjiannya kamu ga boleh pake apa-apa dirumah kok sekarang pake daster? Hehehehe.” Kata om Ivan saat melihatku. Aku baru teringat perjanjian tadi yang aku kalah dikamar mandi.
“Eehh.. Hhmm.. Iyah aku lupa om.” Jawabku agak malu.
“Kok bisa? Perjanjian apa Lin, Pa? Tanya Shela. Aku tidak menjawab pertanyaan Shela.
“Itu tadi sayang. Pas Linda mandi papa masuk terus Linda menyuruh papa keluar terus papa bilang kalau papa bisa bikin Linda orgasme dalam 5 menit Linda ga boleh pake apa-apa dirumah. Ternyata Linda orgasme kurang dari 5 menit sayang hehehe.” Jawab om Ivan menjelaskan ke Shela.
“Papa nakal yahh nyelinap ikut Linda mandi hihihi. Ya udah kamu buka dasternya Lin kan kamu kalah.” Kata Shela lagi.
“Iyah deeh aku buka.” Jawabku sambil membuka dasterku. Langsung lah terpampang payudaraku.
“Naah gitu dong kalau dirumah ga usah pake BH lagi. Kalau perlu ga pake apa-apa hihihi.” Kata Shela. Setelah dasterku terlepas aku perlahan membuka celana dalamku. Sekarang aku sudah terlanjang bulat di depan Shela dan om Ivan. Aneh sekarang aku sudah tidak bergitu malu terlanjang didepan mereka.
“Om temenin terlanjang juga deh Lin.” Kata om Ivan sambil melepas baju dan celananya. Ternyata om Ivan tidak memakai celana dalam.
“Iihh papa maunya ikutan terlanjang biar itu papa dilihat Linda kan? hihihi. Aku juga ikutan terlanjang deh kalau gitu.” Kata Shela sambil berdiri dari bangku meja makan dan kemudian dia mulai membuka kaos dan celananya. Jadi lah kami terlanjang bertiga.
“Hehehe.. Yuk makan..” Kata om Ivan.
Baru pertama kali aku makan sambil terlanjang dengan 2 orang disampingku yang ikutan terlanjang juga. Memang awalnya agak canggung sih tapi lama-lama ada rasa enak dan seru juga, tidak menggunakan apa-apa sambil beraktivitas di dalam rumah. Tak terasa sate dan nasi didepanku sudah habis. Aku langsung membereskan sisa bungkusan dan piringku. Pas aku melihat kearah Shela dan om Ivan mereka juga sudah selesai makan.
“Sini biar aku saja yang membereskan.” Kataku sambil membereskan piring Shela setelah itu piring om Ivan.
“Aaauu.. Om nakal iihh..” Desahku saat tangan om Ivan mencubit putingku saat aku sedang memberskan piringnya. Besamaan dengan desahanku aku juga mendengar Shela tertawa.
“Habis payudara kamu bagus sih Lin. Om jadi on lagi nih hehehe.” Kata om Ivan sambil memperlihatkan penisnya yang mulai mengeras lagi.
“Dasaarr om mesum..” Kataku sambil berjalan ke dapur dengan semua piring kotor.
Setelah sampai didapur aku mulai mencuci piring kotornya. Sambil mencuci aku merasakan hembusan hawa dingin langsung mengenai badanku yang tidak tertutup apa-apa lagi. Rasanya aneh mencuci piring tapi terlanjang bulat namun sensasinya luarbiasa. Selama mencuci aku selalu merasakan deg-deg ser di tubuhku. Putingku mulai mengeras dan vaginaku perlahan mulai membasah. ‘Haduh masa aku mulai terangsang lagi sih?’ Pikirku. Aku mempercepat kerjaan mencuciku sampai semua piring bersih dan aku susun rapih di rak piring kemudian aku mencuci tanganku hingga bersih.
Sebelum aku balik keruang tamu aku ke WC dulu sebenernya bukan untuk pipis cuman mau membersihkan vaginaku agar tidak tambah becek lagi pikirku. Aku pun langsung berjalan ke WC dan duduk ditoilet. Aku mengambil semprotan langsung aku arahkan ke vaginaku jariku membantu membersihkan vaginaku. Pas aku menyentuh vaginaku rasanya malah vaginaku semakin membasah bukan karena air yang aku semprotkan. Dan ketika jariku mengenai clitoris vaginaku tambah-tambah basah malahan sekarang mulai berkedut. ‘Aku jadi tambah terangsang karena sentuhanku sendiri?’ Kataku dalam hati. Buru-buru aku menyudahi semprotan dan sentuhan divaginaku habis itu aku langsung melap vaginaku dengan tisu supaya kering kemudian ku lihat ada sisa cairan vaginaku ditisu. Setelah itu aku langsung berjalan keruang tamu. Sesampainya diruang tamu aku lihat Shela sedang bergerak naik turun diatas badan om Ivan sambil membelakangi om Ivan.
“Aaahhh.. Aaaahhh.. Si.. Sini Lin.. Ikutan..” Kata Shela sambil mendesah. Melihat pemandangan penis om Ivan sedang keluar masuk divagina Shela gairahku langsung saja melonjak. Tiba-tiba vaginaku tambah basah dan semakin berkedut.
“Hhmm.. Eng.. Engga ahh.. Aku naik saja..” Kataku sambil berjalan tapi tidak lepas pandanganku ke penis om Ivan yang masih keluar masuk divagina Shela.
“Ngapain ke kamar Lin? Sini aja duduk samping om.” Kata om Ivan sambil menggapai-gapaikan tangannya dan menepuk tempat duduk disebelahnya.
Perlahan aku mendekati sofa dimana om Ivan dan Shela melakukan hubungan badan, yang seharunya tidak boleh dilakukan karena mereka ayah dan anak. Sambil jalan aku melihat mata om Ivan tidak lepas memandaingi payudaraku yang sedikit berguncang. Sesampainya aku disofa aku langsung duduk disebelah kiri om Ivan dan aku memberikan jarak antara aku dan om Ivan.
“Sinian dikit laah Lin..” Kata om Ivan sambil menepuk tempat duduk disampingnya. Aku langsung menggeser posisi dudukku kerahnya.
“Aaahh.. Aaaahh.. Paaa.. Ee.. Enaakkk.. Oogghh..” Desah Shela sambil menaik turunkan badannya diatas om Ivan dan aku lihat tangan kiri om Ivan sedang berada didaerah vagina Shela mungkin sedang mengelus clitorisnya.
Beberapa saat aku memperhatikan Shela yang sedang menikmati penis om Ivan. Tanpa sadar pas aku lihat om Ivan ternyata om Ivan sedang memperhatikan aku.
“Kamu mau lagi Lin? Nanti yah gantian hehehe.” Kata om Ivan. Aku hanya diam saja.
Tiba-tiba tangan kiri om Ivan bergerak kearahku dan menuju kevaginaku yang tidak ditutupi apa-apa lagi dari tadi.
“Renggangkan dikit pahamu Lin.” Kata om Ivan. Perlahan aku merenggangkan pahaku agar tangan om Ivan dapat menyentuh vaginaku lebih dalam lagi.
Sesampainya divaginaku jari om Ivan langsung mengelus clitorisku dan bergerak kelubang vaginaku.
“Oohh.. Om..” Desahku merasakan belaian jari om Ivan divaginaku.
“Waahh sudah basah juga yah vaginamu Lin hehehe.” Kata om Ivan sambil tertawa.
Jari om Ivan terus menggesek-gesek clitorisku sesekali mencoba masuk kelubang vaginaku. Tanpa aku sadari aku tambah melebarkan pahaku agar tangan om Ivan leluasa bergerak-gerak divaginaku. Makin lama vaginaku semakin basah saja.
“Aagghh…” Desahku saat ku rasakan vaginaku semakin membasah.
“Lin om mau isep payudara kamu dong.” Kata om Ivan sambil tangannya bermain di vaginaku.
Perlahan aku naik ke bangku dan mulai mendekatkan kedua payudaraku kearah kepala om Ivan kemudian aku arahkan putingku kemulutnya om Ivan. ‘Sekarang aku sudah tidak ada kata malu-malu lagi ke om Ivan. Malah sepertinya aku mulai menyukai om Ivan.’ Kataku dalam hati.
“Aahh.. Ge.. Gellii om.” Kataku saat om Ivan menjilat-jilat putingku sambil jarinya menggosok-gosok clitorisku. Badanku terus bergerak-gerak tidak bisa menahan rangsangan dari om Ivan.
“Iihh.. Lindaa.. Kamu udah ikutan lagi aja. Udah mulai ketagihan yah sekarang? Aahhh… Penis papa besar sekali..” Kata Shela sambil melihat kearahku. Saat itu Shela masih berada diatas om Ivan sambil menaik turunkan badannya.
“Aaahh.. Om..” Desahku saat om Ivan menggigit kecil putingku bersamaan jarinya menusuk vaginaku.
“Enak Lin?” Tanya om Ivan.
“Ee.. Enak om.. Aahh..” Jawabku sambili mendesah.
“Papaa.. Aaahhh.. A..Akuu keluaarr..” Desah Shela sambil mempercepat gerakannya diatas om Ivan dan tangan om Ivan langsung pindah meremas payudara Shela yang aku yakin jarinya masih basah oleh cairan vaginaku. Tidak lama kemudian aku melihat Shela mengejang-ngejang.
“Aaaahhh… Aaaahhh.. Aaaahhh..” Desah Shela masih mengejang-ngejang dipangkuan om Ivan.
Beberapa saat kemudian aku lihat napas Shela mulai teratur walaupun masih sedikit tersengal-sengal.
“Hmm.. Papa belum mau keluar?” Kata Shela.
“Hehehe.. Belum sayang…” Jawab om Ivan.
“Iihh.. Dasar Papa.. Pasti mau lanjut ama Linda lagi yah? Hihihi.. Hmm..” Kata Shela sambil berdiri melepaskan penis om Ivan.
“Hehehe.. Iyah.. Papa mau keluarin didalam rahim Linda Hehehe..” Jawab om Ivan. Aku kaget mendengar jawaban om Ivan. ‘om Ivan mau keluar didalam vaginaku? Aku bisa hamil.’ pikirku.
“Eeehh.. O..Om.. Ituu..” Kataku terbatah-batah.
“Hehehe.. Tenang Linda om hanya bercanda.” Kata om Ivan lagi. Dan aku lumayan tenang sambil tersenyum ke om Ivan.
“Enak tau Lin keluar didalem. Hangat-hangat gimana gitu hihihi…” Kata Shela tiba-tiba.
“Kamu pernah? Ga takut..? Hmm..” Tanyaku terputus aku rasakan jari-jari om Ivan mulai menggerayangi vaginaku lagi.
“Hamil? Engga lah.. Aku kasih papa keluar didalam pas lagi engga subur Lin. Kamu tau lah cara ngitungnya kan? Kamu lagi subur ga sekarang? Enak loohh keluar didalem hihihi..” Jawab Shela.
“Ooh.. Hhmmm..” Jawabku sambil mendesah karena jari om Ivan mulai masuk kedalam vaginaku lagi. Tidak lama aku rasakan ada jari satu lagi mengusap-ngusap clitorisku.
“Aaahhh.. O.. Om…” Desahku saat aku rasakan vaginaku semakin basah sembari tanganku meremas sofa.
Makin lama tusukan dan usapan jari om Ivan semakin cepat. Tiba-tiba rasanya kedua putingku seperti dijilat aku langsung membuka mataku. Saat aku buka mata aku lihat kepala om Ivan dan Shela sedang berada dipayudaraku mereka sedang menjilati dan menggigit kecil kedua putingku. Sensasinya luar biasa merasakan rangsangan disemua titik yang paling sensitif ditubuhku.
“Aaahhh… hhh.. hhh…” Desahku. Vaginaku sudah banjir sekarang. Tidak lama kemudian aku merasakan tanda-tanda mau orgasme.
“Hhhmm.. Aaaahhh.. O..Om.. Akuuu.. mm.. Maauuu.. Hhhmm…” Desahku saat aku rasakan mau orgasme.
Namun tiba-tiba jari-jari om Ivan melepaskan vaginaku dan jilatan om Ivan dan Shela juga melepaskan putingku. Tidak lama setelah itu aku membuka mata lagi aku pikir om Ivan mau memasukan penisnya namun tidak ada tanda-tanda om Ivan mau memasukan penisnya ke vaginaku. Aku bingung kenapa om Ivan menghentikan merangsang tubuhku. Aku merasakan sedikit kecewa karena om Ivan berhenti disaat aku hampir mau orgasme.
“Hh.. hhh.. Hhh…” Napasku masih tersengal-sengal.
“Dah mau orgasme yah Lin? Hehehe.” Tanya om Ivan sambil tersenyum kearahku dan Shela duduk disampingku.
“I.. Iyah om..” Jawabku sedikit agak malu.
“Kamu mau om buat orgasme?” Tanya om Ivan lagi.
“Hmm.. Mmm.. Mau om..” Jawabku tertunduk.
“Kalau gitu ijinin om keluar didalam vagina kamu yah? Hehehe..” Kata om Ivan lagi. Aku langsung kaget dengan permintaan om Ivan.
“Iii.. Ituu..” Jawabku terbatah-batah.
“Iihhh.. Dasar Papa bisa aja.. Hihihi..” Ledek Shela yang masih terlanjang bulat duduk disampingku.
“Hehehe.. Ya udah kalau engga boleh om ga akan bantu kamu orgasme.” Kata om Ivan sambil duduk disamping kananku.
Aku merapatkan kakiku sambil merasa agak nanggung karena tidak dapat orgasme. Aku mencoba mengatur napasku sambil mengontrol gairahku yang masih tinggi. Kurang lebih satu menit aku duduk terdiam diapit oleh om Ivan dan Shela. Aku mulai bisa mengontrol tubuhku walaupun aku masih sangat terangsang. Tidak sengaja aku melihat kearah om Ivan ternyata om Ivan sedang memperhatikan aku. Pas mata ku berpapasan dia tersenyum kecil kearahku kemudia dia bangun dari tempat duduknya dan jongkok di depanku. Om Ivan perlahan mencoba membuka lipetan kakiku dan sedikit menarik pantatku hingga aku duduk ditepian sofa.
“O.. Om..” Panggilku saat om Ivan melebarkan kakiku. Aku tidak bisa melawan om Ivan karena memang badanku menginginkan orgasme yang tadi tertunda. Setelah kakiku terbuka lebar terpampang lah vagina gundul ku didepan wajah om Ivan. Om Ivan langsung membenamkan kepalanya ke vaginaku.
“Aaahhh.. Oomm..” Desahku saat om Ivan menjilat clitorisku dan jarinya kembali menusuk masuk kedalam vaginaku. Tidak seperti tadi kali ini om Ivan langsung menjilati clitorisku dengan cepat begitu juga dengan tusukan jarinya bergerak cepat divaginaku.
“Aaahh.. Aaaahhh..” Desahku. Seketika itu gairahku langsung naik lagi dan vaginaku membanjir.
Kali ini tidak butuh waktu lama sebentar saja vaginaku dijilati dan ditusuk jari om Ivan aku sudah langsung merasakan mau orgasme lagi.
“Hmm.. A..Akuu.. mm… Mau..” Desahku sambil tanganku memegang kepala om Ivan. Namun lagi-lagi om Ivan berhenti menjilati dan menusuk vaginaku.
“Ahh.. Ahh.. Ahh..” Nafasku tersengal-sengal lagi.
“Boleh ga om keluar didalam vagina kamu Lin?” Tanya om Ivan lagi. Sembari aku dengar suara ketawa Shela disampingku.
“Hhmm.. Ja.. Jangan om..” Jawabku sambil melihat sayu kearah om Ivan.
“Jadi masih ga boleh nih?” Kata om Ivan sambil sekali menjilat vaginaku.
“Hhhmm..” Desahku namun aku tidak menjawab pertanyaan om Ivan.
Dan om Ivan juga tidak melanjutkan menjilat vaginaku. Dia hanya menggerak-gerakan sedikit jarinya didalam vaginaku dan meniup-niup clitorisku namun sesekali menjilat vaginaku dari bibir vagina sampai clitoris.
“Boleh ga Lin?” Tanya om Ivan lagi sambil lidahnya perlahan bergerak memutar diclitorisku.
“Hhhmm.. Aaahh.. O.. Om..” Desahku.
“Jadi ga boleh yah Lin?” tanya om Ivan dibarengi dengan jilatan yang cepat divaginaku nampun hanya sebentar.
“Aaaaahhh.. Amm.. Ampunn.. mm..Om.. mm.. Jangan siksa aku om..” Desahku memelas.
“Hehehe.. Om ga akan siksa kamu kok sayang.. Asal om boleh keluar didalam vagina kamu.” Jawab om Ivan. Sambil memutar-mutarkan jarinya didalam vaginaku yang sudah sangat basah dan sesekali menjilat pelan clitrosiku.
“Boleh Lin?” Tanya om Ivan lagi. Karena tidak tahan desakan gairahku aku mengangguk sambil menutup mataku karena malu. Namun om Ivan masih belum menjilati vaginaku, aku sedikit membuka mataku melihat om Ivan.
“Boleh?” Tanya om Ivan sambil meniup-niup vaginaku.
“Hhhmmm.. Bo.. Boleh..” Jawabku.
“Boleh apa Lin?” Lanjut tanya om Ivan sambil masih memutar-mutarkan jarinya divaginaku seperti menggelitiki vaginaku.
“Mmm.. Mm… Bo.. Boleh keluar didalam..” Jawabku tertunduk malu.
“Dalam mana?” Tanya om Ivan masih menggodaku.
“Di.. Didalam vaginaku.” Jawabku lagi. Setelah aku jawab pertanyaan om Ivan aku lihat om Ivan tersenyum kearahku.
“Waahh Papa hebat banget bisa taklukin Linda ampe kasih ijin crot didalem hihihi..” Goda Shela.
“Hehehe.. Kalau gitu isepin penis om dulu dong Lin..” Kata om Ivan sambil berdiri dihadapanku.
Aku langsung bangkit dari sofa dan memegang penis om Ivan kemudian aku memasukan kepala penisnya kemulutku. Perlahan aku mulai mengulum penis om Ivan dan aku mulai merasakan penis om Ivan semakin mengeras dan membesar dimulutku. Aku mulai mempercepat mengeluar-masukan penis om Ivan sambil tangan kiriku meremas-remas buah zakarnya.
“Ooohh.. Lin kamu semakin pintar yah isempin penis om.. Iyaahh gitu Lin enak..” Kata om Ivan sambil mengelus rambutku.
Saat sedang mengulum penis om Ivan tiba-tiba aku rasakan kedua payudaraku dipegang dari belakang dan langsung jarinya mengarah keputingku kemudia diplintir-plintir putingku. “Hmm..” Desahku. Aku diam sebentar sambil melirik kearah Shela dan melihat Shela sedang tersenyum kearahku sambil terus mengerjai putingku dari belakang. Kemudian aku meneruskan mengisap penis om Ivan dengan cepat sambil tangakun masih mengelus-elus buah zakarnya. Entah sudah berapa menit aku mengulum penis om Ivan yang sudah sangat keras dan besar ini. Dari menjilat kepala penisnya sampai aku menghisap penis om Ivan masih tidak ada tanda om Ivan mau menyetubuhiku. Aku sudah tidak sabar untuk merasakan orgasme karena vaginaku sudah sangat gatal dari tadi.
“Heemmm… O..Om…” Panggilku sambil melihat kearah om Ivan setelah melepas kepala penis om Ivan dari mulutku namun tanganku masih tetap mengelus-elus penisnya supaya tetap tegang. Dan Shela juga masih memilin putingku.
“Kok berenti Lin? Kenapa?” Tanya om Ivan.
“Mmm.. mmm… Masukin dong om..” Kataku menunduk.
“Masukin apa Lin?” Tanya om Ivan.
“Hmm.. Ii. Ini om.” Kataku sambil menggoyangkan penisnya yang masih aku elus-elus.
“Oohh ini.. Kemana Lin??” Tanya om Ivan lagi.
“Ke.. Mmm.. Ke vaginaku..” Jawabku lagi.
“Hehehe.. Gitu dong Lin itu yang om tunggu dari tadi. Kamu yang meminta om masukin hehehe.. Yukk jangan disini dikamar om saja.” Kata om Ivan sambil mencoba menggendong ku.
“Eehh om..” Kataku saat om Ivan mau menggendongku.
“Sudah gapapa om gendong saja.” Kata om Ivan.
“Iihh papa romantis banget.. Aku bilangin mama lohh.. Hihihi.. Selamat bersenang-senang paa…” Kata Shela yang masih duduk disofa sedangkan aku sedang digendong om Ivan menuju kamarnya.
“Makasih sayang..” Jawab om Ivan.
Sesampainya dikamar om Ivan aku langsung ditaruh diranjang dan om Ivan langsung menindih tubuhku dan menyerbu bibirku. Aku pun membalas ciuman om Ivan dengan penuh nafsu mungkin ini yang aku tunggu dari tadi. Setelah puas mencium bibirku om Ivan turun kepayudarku sambil meremas-remas dan menjilati putingku.
“Aaahhh…” Desahku saat om Ivan menggigit putingku.
Kemudian tangan yang satu bergerak kearah vaginaku langsung mengelus clitorisku. Aku langsung melebarkan pahaku agar om Ivan leluasa memainkan vaginaku. Jarinya bergerak-gerak diclitorisku dan lubang vaginaku.
“Ooohh.. O..Om.. Masukin om..” Kataku yang sudah tidak bisa menahan rangsangan dari om Ivan.
Om Ivan langsung melepaskan jarinya dari vaginaku dan kembali mencium bibirku sambil aku merasakan kepala penisnya menggesek-gesek divaginaku namun tidak dimasukan oleh om Ivan hanya digesek-gesekan divaginaku. Perlahan tanganku mencoba menggapai penisnya om Ivan dan menuntun penisnya kelubang vaginaku. Pas didepan lubang vaginaku aku sedikit menarik penisnya om Ivan agar masuk kevaginaku. Baru lah om Ivan mendorong penisnya masuk perlahan membelah vaginaku.
“Aaaahhh… Hhhh… Hhhmmm” Desahku saat aku rasakan penis om Ivan terus masuk ke dalam vaginaku sampai mentok mengenai rahimku. Sekarang tidak ada rasa sakit sama sekali divaginaku yang ada hanya rasa nikmat.
“Gitu dong sayang.. Jangan malu-malu lagi sama om yaahh?” Kata om Ivan. Aku hanya melihat kearah om Ivan sambil senyum dan menangguk.
“Hhmm.. Digoyang dong om.. uhh…” Kataku manjaa sambil tersenyum kecil ke om Ivan. Sekarang aku benar-benar sudah takluk dipelukan om Ivan.
“Okee sayang.. Om akan puasin kamu malam ini.. Om bikin kamu orgasme berkali-kali nanti hehehe..” Jawab om Ivan sambil mulai memacu penisnya didalam vaginaku.
Om Ivan mulai menggoyang penisnya keluar-masuk divaginaku. Penis om Ivan terasa sangat besar dan panjang sehingga membuat vaginaku terasa penuh dan selalu menyundul-nyudul rahimku setiap kali om Ivan memasukan penisnya. Makin lama gerakan om Ivan makin cepat, aku hanya bisa mendesah tidak karuan.
“Aaahhh.. Aahhh.. Aaaahh..” Desahku dengan cepat mengimbangi gerakan om Ivan.
“Lin vagina kamu sempit sekali. Kamu suka penis om divagina kamu?” Kata om Ivan sambil masih memompa vaginaku.
“Aaahh.. Uuuhhh.. Su.. Sukaa om.. Hhmm.. Te.. Terus sodok vaginaku om..” Desahku lagi yang sudah tidak ada kata malu-malu lagi, yang ada hanya aku mau mencapai orgasmeku.
“Hehehe..” Ketawa om Ivan.
Om Ivan meremas-remas payudaraku kemudian om Ivan mulai menjilati putingku sambil mempercepat pompaan penisnya. Aku hanya bisa mendesah menikmati jilatan diputingku dan sodokan penis om Ivan divaginaku sambil memegang rambut om Ivan.
“Ooohhh.. Hhhmm.. O..Om.. Akuu.. Mau keluaarrr..” Desahku. Om Ivan langsung mempercepat goyangan penisnya. Aku peluk om Ivan yang masih menjilati putingku.
“Ooohh.. Ooomm… Akuu kee.. Keeluarrr… Aaaahhh.. Aaaaahhh.. Aaaaaahhh.. Aaaahhh..” Teriakku merasakan orgasme yang dari tadi tertunda. Badanku mengejang-ngejang dan cairan vaginaku keluar sangat banyak menyemprot penis om Ivan dan membuat vagina ku sangat banjir.
“Aaaahhh.. Hhh… Hhhh…” Desahku.
“Enak Lin??” Tanya om Ivan.
“Hhh.. Hhh.. Enaakk om.. Hhh.. hh..” Jawabku sambil napusku tersenggal-senggal.
“Mau lagi?? Hehehe..” Tanya om Ivan sambil tersenyum.
“Hhh.. Mauu om..” Jawabku sambil tersenyum kecil.
“Mau doang? Atau mau banget?” Tanya om Ivan.
“Mau banget dong om.. Abis enak sihh hihihi..” Jawabku sambil tertawa. Sekarang aku sudah berani nakal ke om Ivan.
Sambil meremas payudaraku bibir om ivan mendekati bibirku dan menciumnya. Om Ivan memasukan lidahnya kedalam bibirku dan menari-nari didalam mulutku. Akupun tidak tinggal diam, aku membalas ciuman om Ivan gantian aku yang memasukan lidahku kemulutnya. Sambil berciuman aku mengumpulkan seluruh tenagaku untuk mencoba bangun dari posisi tiduranku dengan tetap menjaga agar penis om Ivan tetap didalam vaginaku. Akhirnyai kami berdua terduduk diranjang sambil berciuman dengan penis om Ivan masih menancap didalam vaginaku, aku rasakan rahimku disundul oleh kepala penis om Ivan. Setelah itu aku mencoba untuk mendorong om Ivan hingga ciuman kami terlepas dan om Ivan tiduran diranjang. Sekarang aku yang diatas dan om Ivan tiduran diranjang.
“Gantian yah om.. Aku yang akan memuaskan om kali ini hehehe..” Kataku.
“Okee sayang..” Jawab om Ivan.
Perlahan aku mulai menggoyangkan pinggulku maju-mundur, aku rasakan penis om Ivan mulai mengaduk-ngaduk vaginaku karena goyangan pinggulku.
“Aaahh.. Pe.. Penis om enakk banget..” Desahku sambil terus menggoyangkan pinggulku.
“Uuuhhh.. Vagina kamu juga mantab Lin.. Sempit bangett.. Iyah terus goyang lebih cepat Lin..” Jawab om Ivan. Aku mencoba menggoyang pinggangku lebih cepat dari maju-mundur sampai memutar-mutar gerakan pinggangku supaya penis om Ivan benar-benar mengaduk-aduk vaginaku.
“Uuuh.. Enakk Lin.” Desah om Ivan lagi.
“Aaahh.. Hhh… Jadi mau keluar didalam vaginaku om? Aahh..” Tanyaku nakal.
“Jadi dong Lin…” Jawab om Ivan sambil tanganya meremas payudaraku.
“Hhhmm.. Aaaaahhh.. Kalau gituu om musti bikin aku orgasme sekali lagi.. Baru boleh keluar didalem hihihi..” Kataku sambil aku naik-turunkan badanku agar kepala penis om Ivan menyundul-nyundul rahimku.
“Uuuuhh.. Okee Lin.. Om buat kamu orgasme lagi nanti..” Kata om Ivan sambil mendesah dan meremas kedua payudaraku.
Tiba-tiba om Ivan menyodok-nyodokan penisnya dengan cepat sambil memilin putingku.
“Aahh.. Aahh.. Aahh.. Aaahh.. Te.. Terus om..” Desahku seirama dengan sodokan om Ivan. Makin lama gerakan om Ivan semakin cepat sehingga membuat payudaraku berguncang-guncang.
“Lin ganti posisi sinii..” Kata om Ivan tiba-tiba berusaha untuk duduk.
“Hh.. Hhh.. Oke om..” Jawabku tersengal-sengal.
Perlahan aku mencoba melepaskan penisnya dari vaginaku aku menikmati setiap gesekan saat aku mencabut penisnya.
“Aahh..” Desahku saat penis om Ivan terlepas dari vaginaku.
“Sini Lin..” Kata om Ivan sambil memegang pinggangku.
Aku mengikuti arahan om Ivan sambil mengatur napasku yang masih tersengal-sengal. Pas aku bergerak mengikuti arahan om Ivan aku rasakan vaginaku sangat basah. Sekarang posisiku ditidurkan terlungkup oleh om Ivan. Perlahan om Ivan menindih pahaku kemudian dia memegang kedua pahaku yang menutupi vaginaku. Aku rasakan bibir vaginaku sudah terbuka dan penis om Ivan sedang mencoba masuk kevaginaku lagi.
“Aaahhhh…” Desahku ketika kepala penis om Ivan mulai membelah vaginaku sampai menyundul rahimku lagi. Kali ini rasanya penis om Ivan lebih besar mungkin karena posisi ini membuat vaginaku menjadi lebih sempit.
“Ooohhh.. Liinn vaginamu sempit sekalii..” Desah om Ivan sambil perlahan mulai menggenjot vaginaku dari belakang.
“Aaahhh.. Aahhh.. Te.. Terus om lebih cepat.. Aaahhh..” Desahku seakan tidak sabar merasakaan sodokan penis om Ivan.
Namun bukannya mempercepat goyangannya malah om Ivan memperlambat gerakannya. Om Ivan perlahan memasukan penisnya sampai menyentuh rahimku terus perlahan dikeluarkannya lagi sampai sebatas kepala penisnya. Seakan mau menikmati cengkraman vaginaku.
“Aahh.. Omm.. Lebih cepat om..” Desahku meminta om Ivan lebih cepat menggenjotku.
“Lebih cepat apanya Lin?” Tanya om Ivan menggodaku sambil membenamkan seluruh penisnya kevaginaku.
“Aaahh.. O..Om.. Jangan godain aku dong om.. Aahhh..” Desahku lagi saat aku rasakan om Ivan sengaja menggerakan penisnya untuk menyundul-nyundul rahimku.
“Ga kok Lin.. Kamu mau om lebih cepat ngapain?” Tanya om Ivan.
“Hhmm.. Hhh.. Se.. Setubuhi aku om.. Lebih cepat setubuhi akuu om.. Aahh..” Jawabku lagi. Aku benar-benar sudah lupa diri, aku yang tadinya tidak mau malah sekarang memelas disetubuhi oleh om Ivan.
“Oo.. Okee sayang.. Hehehe..” Kata om Ivan sambil mulai mempercepat goyangan penisnya.
“Aaahh.. Aaahhh.. Aaahh..” Desahku saat aku rasakan om Ivan mempercepat pompaan penisnya.
Posisi ini membuat vaginaku lebih rapat mencengkram penis om Ivan dan aku pun merasakan sensasi yang lebih dari posisi sebelumnya. Vaginaku bertambah basah dan tidak terasa aku mulai keringetan, walaupun kamar om Ivan cukup dingin tapi aku tetap keringetan.
“Oohh.. E.. Enakk om..” Desahku keenakan merasakan sodokan penis om Ivan.
“Vagina kamu juga enak Lin..” Kata om Ivan sambil memompa vaginaku sambil tangannya meremas-remas pantatku.
Om Ivan masih terus menyetubuhiku dari belakang dan belum ada tanda-tanda om Ivan mau orgasme. ‘Om Ivan kuat banget yah? Padahal sebelumnya dia sudah “maen” dulu sama Shela.’ Pikirku. Om Ivan masih menggenjot vaginaku dari belakang, entah sudah berapa lama aku disetubuhi oleh om Ivan namun yang pasti sekarang aku sudah mandi keringat diruangan yang seharusnya dingin ini. ‘Apakah om Ivan keringetan juga yah?’ Tanyaku dalam hati.
“Aahh.. Aahh.. Aahh.. Oohh. Om..” Desahku sambil menengok kebelakang melihat om Ivan. Ternyata benar om Ivan juga mandi keringat.
Aku perhatikan badan om Ivan lumayan kekar juga dan dari paras, om Ivan lumayan ganteng tapi tetap saja bukan kriteriaku. Karena kalau dari umur dia seperti Papaku. Sambil mendesah aku masih menoleh kebelakang namun tanpa sengaja aku papasan dengan mata om Ivan, dan dia tersenyum kearahku.
“Sini Lin..” Ajak om Ivan sambil merubah posisi menjadi tiduran dibelakangku tanpa melepaskan penisnya dari vaginaku.
“Ehhmm.. Aahh..” Desahku sambil mengikuti posisi om Ivan.
Sekarang posisiku tiduran kesamping dengan om Ivan masih menancapkan penisnya daribelakangku. Setelah posisi sudah pas om Ivan mulai menggenjot vaginaku lagi dari pelan sampai cepat.
“Aaahh.. Aahhh..Hmm.. Aaahhh..” Desahku menikmati setiap gerakan penis om Ivan divaginaku.
Tiba-tiba aku rasakan tangan om Ivan menyelinap kearah pahaku, sedetik kemudian clitorisku dielus-elus oleh jari om Ivan. Dan tangan satunya menyelip dari bawah pundakku untuk meremas-remas payudaraku bergantian.
“Aaaahhh..” Desahku saat clitorisku dan putingku di mainin oleh jari-jari om Ivan. Sensasinya luar biasa dimana vaginaku sedang digenjot dengan penis besar om Ivan, putingku dipilin-pilin oleh jarinya dan tangan om Ivan sedang bermain-main dengan clitorisku. Lengkap sudah om Ivan merangsang titik-titik sensitif ditubuhku.
“Ooohh.. Om.. Aaaahh.. Ahh.. Hh.. Hh..” Desaku lagii sambil tubuhku terguncang-guncang karena sodokan om Ivan
“Lin..” Panggil om Ivan dari belakang.
“Aaahh.. Ahh.. Ii..Iyah om?” Jawabku sambil menengok kebelakang.
Dengan sayu aku melihat kearah om Ivan yang masih menggenjot tubuhku. Perlahan om Ivan mendekati bibirku dan…
“Hhhmmm.. Hhhmm..” Desahku tertahan mulut om Ivan yang sedang memasukan lidahnya kedalam mulutku.
Mulutku, putingku, clitorisku dan yang terpenting ditubuhku yaitu lubang vaginaku sudah terjamah semua oleh om Ivan. Pacarku saja belum pernah mencium bibirku namun om Ivan sudah menyetubuhiku dengan berbagai gaya. Dan sekarang om Ivan sedang berusaha membuat ku orgasme lagi dengan merangsang semua bagian sensitifku.
Sambil mencium dan merangsang semua titik sensitifku, sodokan penis om Ivan semakin cepat saja membuatku semakit terbang sampai aku rasakan aku mau orgasme lagi.
“Hhmm.. Hhmm… Aahh.. Ahh.. Te.. Terus om cepett.. A.. Aku mau keluar lagi.. Aaaahh..” Desahku setelah ciuman kami terlepas. Dengan cepat om Ivan kembali mencium bibirku dan mempercepat sodokan penis dan jari-jarinya diputing dan clitorisku.
“Ehhmmm.. Eehhhmm.. Mmmmm.. Hhhhhmmmmm…mmmm” Desahku tertahan saat aku merasakan orgasmeku lagi. Tubuhku mengejang-ngejang tanganku memegang pinggang om Ivan dan yang satu lagi meremas ranjang. Namun om Ivan tidak berhenti dia tetap menggenjot vaginaku sampai aku rasakan ada cairan vaginaku yang muncrat kebagian pahaku. Vaginaku benar-benar basah sekali dengan cairan kewanitaanku ini orgasme terlama yang pernah aku rasakan sejak kemarin. Setelah tubuhku melemas om Ivan pun mulai memperlambat gerakannya dan melepaskan ciuman dan penisnya.
“Aaahhh.. Aaaahhh.. Aaaahhh..Hhhh.. Hhhh…” Desahku terengah-engah.
“Hhh.. Hhh.. Enak Lin? Hhh. Hh..” Tanya om Ivan sambil napasnya pun terengah-engah. Sambil membalik badanku hingga terlentang.
“Aahhh.. Enak banget om.. Hhh.. Hhhh..” Jawabku sambil masih terengah-engah.
“Kalau gitu om boleh keluar disini?” Tanya om Ivan sambil menyundul rahimku dengan penisnya.
“Aaahhh.. Mmmm.. Boleh om.. Hhh.. Hhh..” Jawabku sambil mendesah karena sundulan kepala penis om Ivan dirahimku.
“Kalau kamu hamil gimana Lin?” Tanya om Ivan.
“Aku lagi tidak subur kok om.. Hh.. Hhh..” Jawabku sambil mencoba mengatur napasku.
“Oke kalau gitu.” Jawab om Ivan.
Sambil bergerak ketasku. Dan dipentangkan kedua pahaku, terpampang lah vagina gundulku. Perlahan om Ivan menggesek-gesekan lagi kepala penisnya dengan vaginaku terutama diclitorisku dan setelah itu dimasukan lagi kelubang vaginaku.
“Oohh…” Desahku saat penis om Ivan kembali menerobos vaginaku.
Sekarang om Ivan tidak menahan gerakannya. Dia langsung memacu vaginaku dengan cepat. Walaupun aku baru orgasme namun vaginaku langsung merespon genjotan penis om Ivan.
“Aaahh.. Aaaahhh.. Aaaahhh..” Desahku mengikuti sodokan penis om Ivan. Kedua jari om Ivan kembali memilin-milin putingku dan sesekali meremas kedua payudaraku.
“Oohh.. Oohh.. Lin.. Vaginamu enakk Lin.. Om mau keluar Lin..” Desah om Ivan sambil mempercepat gerakannya.
“Aahhh.. Aahh.. Aaahh.. Oomm..” Desahku lagi.
“Oooohhh Lin.. Mmmm.. ” Triak om Ivan sambil mempercepat gerakannya.
“Aaaaaaaahhhhh ooommm..” Desahku saat kurasakan semprotan-semprotan panas dirahimku diikuti om Ivan mengejang-ngejang diatasku.
“Oohh.. Ohh.. Oohh..” Desah om Ivan masih mengejang-mengejang. Dan aku masih merasakan semprotan seperma dirahimku entah berapa kali om Ivan menyemprotkan spermanya divaginaku yang pasti rahimku terasa hangat.
“Aahh.. Aahh.. Aahh.. Aahh.. Hhh.. Hhh..” Desahku dengan napas yang masih tersengal-sengal. Setelah penis om Ivan selesai menyemprotkan benihnya kevaginaku om Ivan ambruk diatasku menindih payudaraku dan penisnya masih menancap divaginaku.
“Hhh.. Hhh. Hhh..” Terdengar napas om Ivan. Napasku pun masih tersengal-sengal sama seperti om Ivan. Untuk beberapa menit aku dan om Ivan tidak banyak bergerak dan bicara sapai aku rasakan penisnya mulai mengecil dan keluar dari vaginaku. Perlahan aku rasakan cairan sperma dan cairan kewanitaanku mulai keluar dari lubang vaginaku.
“Lin makasih yah udah ijinin om keluar divagina kamu.” Kata om Ivan tiba-tiba sambil merebahkan dirinya disampingku.
“Iyah om.. gapapa kok om ternyata benar kata Shela, enak banget kalau om keluar didalam vaginaku hihihi..” Jawabku sambil tertawa.
“Mau lagi Lin?” Tanya om Ivan.
“Emang om masih bisa?” Tanyaku kaget sambil melihat kearah om Ivan.
“Masih dong.. Coba liat entar om bikin kamu orgasme lagi hehehe..” Kata om Ivan sambil tersenyum.
“Iiihh dasar om genit udah tadi perawanin temen anak sendiri? erus keluar didalam lagi hihihi..” Jawabku.
“Tapi kamu suka kan? Hehehe..” Goda om Ivan. Aku tidak menjawab hanya tersenyum sambil mengangguk kearah om Ivan.
Tiba-tiba aku mendengar pintu kamar terbuka.
“Eehh sudah selesai? Gimana papa jadi keluar didalem ga hihihi..” Tanya Shela sambil mendekat kearahku. Aku hanya tersenyum kearah Shela sambil sedikit merapatkan pahaku.
“Jadi dong.. Toh kamu lihat saja vagina Linda pasih penuh sama sperma papa.” Jawab om Ivan disampingku.
“Masaa?? Coba aku lihat Lin.” Kata Shela duduk disampingku sambil melebarkan kedua pahaku.
“Waahh iyah banyak banget.. Kalau gini sih biar kamu lagi masa ga suburpun bisa hamil Lin hihihi..” Kata Shela menggodaku.
“Aaahh kamu Shel.. Ga lahh kan aku lagi ga subur hehehe.. Cuman kalau bener kata kamu gimana yah kalau aku sampai hamil? Ga kebayang deh hehehe..” Jawabku sambil tersenyum.
“Yahh kalau kamu sampai hamil yah biar papa yang tanggung jawab hihihi.. Mau ga tanggung jawab pa?” Tanya Shela sambil tertawa dan aku pun ikutan tertawa.
Padahal aku sadar hal ini tidak semustinya aku tertawakan karena kalau sampai aku hamil apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku katakan ke papa dan mamaku? Namun entah kenapa aku tidak begitu kawatir yang penting aku bisa mendapatkan orgasmeku. Entah kenapa aku jadi begini, berawal dari sebuah orgasme sampai-sampai aku diperawani om Ivan dan sekarang om Ivan menyiram rahimku dengan benihnya. Entah apa yang akan terjadi besok?
“Iyah dong.. Papa pasti bertanggung jawab kok. Papa akan buat Linda orgasme berkali setiap hari walaupun sedang hamil hehehe..” Jawab om Ivan diikuti dengan tawa aku dan Shela. Namun mendengar jawaban om Ivan membuat aku sedikit merinding.
“Ya udah pa aku tidur dulu yah.. Sudah malam nih..” Kata Shela.
“Aku juga mau tidur dulu om..” Kataku sambil berusaha berdiri dari ranjang om Ivan. Rasanya badan dan kakiku lemas sekali.
“Sudah Lin kamu tidur disini saja sama om..” Kata om Ivan pas aku mulai berdiri.
“Iihh papa maunya..” Jawab Shela sambil jalan ke pintu.
“Ga deh om.. Kalau aku tidur disini bukanya tidur malah aku ditidurin semaleman sama om hihihi. Daahh om..” Jawabku sambil berjalan.
Pas aku jalan satu langkah aku rasakan cairan divaginaku mulai merembas keluar. Dengan cepat aku menahan dengan tanganku sambil berjalan keluar dari kamar om Ivan dan menuju WC. Sampai di WC aku langsung duduk di closet pas aku lepaskan tanganku dari vaginaku langsung cairan sperma om Ivan meleleh keluar dan aku lihat ketanganku cairan putih itu juga ada disana. Karena penasaran aku dekatkan tanganku yang terkena sperma om Ivan kehidungku dan aku menciumnya ‘ohh seperti ini bau sperma itu?’ Tanyaku dalam hati. Aku bilas tanganku dengan air dan mulai menyemprotkan air kevaginaku sambil aku bersihkan dengan jari-jariku. Pas jari-jariku mengenai clitorisku masih terasa sangat sensitif berarti tubuhku masih belum puas. Namun aku cepat-cepat membuang pikiran itu setelah selesai aku langsung berjalan ke kamar Shela dengan masih terlanjang. Sesampai dikamar aku lihat Shela sudah tertidur sepertinya dia kecapaian. Akupun mencari celana dalam dan kaos saja untuk menutupi tubuhku yang terlanjang dan langsung menuju ke ranjang tidak lama aku langsung terlelap.
Leave A Comment