Maaf baru bisa update yaahh…

Paginya seperti biasa setelah aku dan Shela selesai langsung turun kebawah. Dan om Ivan sedang duduk dimeja makan sambil makan roti. Tapi yang aneh kali ini om Ivan tidak memakai baju kantor tapi memakai kaos dan celana pendek.

“Pagi pa.. Pagi om..” Sapa Shela dan aku.
“Pagi.. Yuk makan roti..” Kata om Ivan.
“Papa ga kerja hari ini?” Kata Shela sambil mengambil roti dan selai.
“Engga ah.. Papa masih cape.” Kata om Ivan.
“Cape apa enak pah?” Goda Shela sambil melihat kearah aku. Aku hanya tersenyum saja sambil membuat roti isi.
“Cape-cape enak sayang hehehe” Jawab om Ivan. Sambil melirik kearah aku juga.
“Kamu ga cape Lin?” Tanya om Ivan tiba-tiba.
“Ah.. Lumayan om.. Tapi kan emang harus ke RS.” Jawabku sambil memakan roti.
“Ohh iyah..” Jawab om Ivan lagi sambil ngutak-ngatik HPnya.

Setelah kami bertiga seperti biasa aku dan Shela membersihkan piring bekas makan.

“Lin kamu beresin sendiri yah aku tiba-tiba sakit perut nih.” Kata Shela setelah menumpuk semua piring yang terpakai.
“Ohh oke-oke gapapa Shel. Dah sana kamu ke WC dulu.” Jawabku. Dan Shela pun berjalan ke WC.

Aku mengangkat semua piring dan berjalan kearah tempat cuci piring. Sedang asik mencuci tiba-tiba ada yang memelukku dari belakang. Pas aku nengok om Ivan yang memelukku dari belakang.

“Aahh om.. Bikin kaget saja.. Sudah om jangan ganggku aku dulu.. Aku mau cuci piring nih.” Kataku sambil mencoba melepaskan pelukan om Ivan.
“Ga mau ah.. Kamu wangi sekali sih Lin? Om suka wangi kamu.” Kata om Ivan sambil menciumku dari belakang.
“Ah sudah om.. Jangan gangguin aku.. Biar cepet selesai nih mau ke RS. Nanti saja setelah pulang dari RS yah om” Jawabku. Bukannya melepaskanku malah tangan om Ivan meremas payudaraku dari luar kemeja yang aku pakai.
“Aaahh.. O..Om aku mau ke RS om.. Sudah ahh om..” Kataku sambil menggeser tangan om Ivan dari payudaraku.
“Sebentar aja sayang.. Semalam om ga bisa tidur karena kebayang-bayang badan kamu terus.” Jawab om Ivan. Dengan tangan kanannya masih meremas payudaraku dan tangan kirinya mencoba masuk ke rokku.
“Aaahh.. Om.. Jangan.. Berantakan nanti bajuku om.. Aaahhh…” Kataku terpotong karena tangan kirinya sudah sampai di depan celana dalamku dan langsung mengelus-elus vaginaku. Tidak kalah sekarang tangan kanannya mencoba membuka kancing atas kemejaku setelah tiga kancing terbuka langsung tangan om Ivan masuk kedalam BHku dan memainkan putingku.
“Aaahhh.. O..Om..” Desahku. Sekarang aku sudah tidak bisa menghalangi om Ivan lagi.

Tau aku sedikit melemah tangan kirinya langsung menuruni celana dalamku dan mengangkat rokku. Setelah itu tangannya langsung mengelus-elus clitorisku. Sebentar saja vaginaku dielus-elus oleh tangan om Ivan lansung mulai basah. Sekarang posisiku bertumpu pada meja cuci piring jadi badanku agak nungging. Tangan om Ivan terus bermain-main dengan puting dan clitorisku

“Aaahhh… Aaaahhh..” Desahku.
“Yaahh ampunn papa.. Ini kan masih pagi kok sudah godain Linda saja sih?” Kata Shela tiba-tiba.
“Papa kangen ama Linda nih sayang.” Kata om Ivan tanpa berhenti memainkan puting dan clitorisku.
“Ya udah cepetan pah.. Nanti kita telat pa..” Kata Shela.
“Sudah kamu saja yang ke RS.. Bilangin ke dokter Linda ijin lagi sakit hehehe.” Jawab om Ivan.
“Eehh om.. Aku musti ke RS.” Kataku.
“Sudah gapapa Lin.. Ga masuk sehari gapapa kok. Nanti Shela bilang kamu lagi sakit.” Kata om Ivan.
“Nanti aku bilang kedokternya. Linda lagi mau dibuat sakit-sakit enak sama papa saya dok. Hihihi.” Kata Shela.
“Tau aja ah kamu. Sudah kamu berangkat dulu dih.” Kata om Ivan.
“Eehh Shel jangan tinggalin aku.. Aaahhhh…” kataku setengah mendesah karena tangan om Ivan menekan-nekan lubang vaginaku.
“Sudah gapapa Lin nanti tugas kamu aku yang kerjain. Sekarang tugas kamu puasin papa aku aja yah hihihi.. Dah Linda.. Dah papa..” Kata Shela sambil berjalan kearah luar.

Setelah Shela pergi om Ivan langsung berjongkok dipantatku dan dia buka kakiku. Aku tau pasti om Ivan mau menjilati vaginaku lagi. Aku ikuti tarikan tangannya dikakiku.

“Aaaahhh…” Desahku merasakan jilatan om Ivan di vaginaku.

Om Ivan mulai menjilati vaginaku lagi kali ini posisinya dari belakang. Lidah om Ivan bermain-main dibibir vaginaku terus bergerak maju kearah clitorisku cukup lama lidah om Ivan menyapu clitorisku sampai membuat vaginaku banjir. Setelah puas menjilati clitorisku lidah om Ivan bergerak pelan melewati bibir vaginaku menuju lubang vaginaku. Sesampainya disana om Ivan berusaha memasukan lidahnya kelubang vaginaku sambil tangannya meremas kedua pantatku.

“Aaaahhh.. Ooom..” Desahku setengah berteriak ketika lidah om Ivan terasa bergerak-gerak didalam vaginaku.

Lidah om Ivan masuk kevaginaku cukup dalam. Perlahan badanku mulai agak membungkuk agar memudahkan om Ivan bermain-main dengan vaginaku.

“Uuuhhhh.. Te..Terus om..” Desahku saat permainan lidah om Ivan dibarengi oleh permainan jari om Ivan yang menyelinap keclitorisku.

Entah berapa lama lidah om Ivan bermain-main didalam vaginaku. Tiba-tiba om Ivan mengeluarkan lidahnya dari vaginaku. Aku pikir om Ivan akan menjilati clitorisku aku langsung lebih membungkukan badanku yang hampir tiduran di tempat cuci piring. Tapi ternyata tebakan aku salah lidah om Ivan malah menuju kerah belakang sampai..

“Aaaahhh.. Ja.. Jangan itu om jijik..” Desahku saat lidah om Ivan menyapu anusku sambil tangannya masih memainkan clitorisku. Rasanya geli-geli gimana gitu lidah om Ivan menari-nari dianusku.

Rasanya geli-geli gimana gitu saat om Ivan memainkan lidahnya dianusku. Walaupun tidak senikmat divaginaku namun rangsangan dianusku memberikan sensasi nikmat yang berbeda. Tidak lama kemudian jilatan om Ivan beralih lagi kevaginaku kali ini gerakannya maju mundur dari clitorisku sampai lubang vaginaku.

“Oooohhh.. Ge.. Gelii om..” Desahku karena jilatan om Ivan seperti menggelitik vaginaku.

Saat aku sedang menikmati jilatan om Ivan tiba-tiba om Ivan memegang kedua pantatku kemudian dibalikan badanku menjadi menghadap kearah om Ivan. Badanku langsung menyandar ke meja cuci piring. Om Ivan langsung melebarkan kedua pahaku lagi kemudian om Ivan lanjut menjilati vaginaku. Om Ivan menjilati clitorisku dan perlahan aku rasakan jari om Ivan masuk kelubang vaginaku.

“Aaaahhhhh.. Hhh.. Hhh.. Hhh..” Desahku saat om Ivan mulai mengeluar-masukan jarinya divaginaku. Makin lama makin cepat gerakan jari dan lidah om Ivan.

“Uuuhhhh.. Aahh.. Aahh.. Aahh.. Aahh..” Desahku lagi. Om Ivan masih terus memompa vaginaku dengan jarinya dan lidahnya menjilati clitorisku dengan tempo gerakan yang semakin cepat. Lama-lama aku rasanya sudah mau orgasme saja padahal baru sebentar om Ivan bermain-main dengan vaginaku.

“Oooohhh oomm.. Akuu.. Mau keluar om..” Desahku. Om Ivan mempercepat pompaan jarinya dan jilatan lidahnya divaginaku.
“Hhmm.. Mmmm.. Aaaaaahhhh.. Aaaaaahhh.. Aaaaaahhhh..” Desahku saat mendapatkan orgasme. Kakiku sampai bergetar lemas menahan tubuhku. Aku rasakan cairan vaginaku keluar lumayan banyak hinga membasahi hingga pahaku bagian dalam.
“Hhh.. Hhh.. Hhh.. Hhh..” Suara napasku tidak beraturan.
“Enak sarapannya Lin? Hehehe.” Tanya om Ivan.
“Hhh.. Hhh.. Enak om.. Enak banget.. Kalau sarapannya kaya gini sih tiap hari aku mau om hihihihi..” Jawabku menggoda om Ivan.
“Hehehe.. Kalau gitu besok om bangunin kamu dengan cara ini yah?” Kata om Ivan lagi.
“Bener yah om? Kalau boong penis om ga boleh masuk sini loh hihihi..” Jawabku sambil sedikit meraba kevaginaku yang masih gundul namun sudah mulai keliatan bulu-bulu yang akan tumbuh.
“Liat aja besok Lin.. Om bikin kamu basah pagi-pagi hehehe..” Kata om Ivan.
“Iiihh.. Dasar om genit hihihi..” Kataku.

Om Ivan tiba-tiba berdiri didepanku kemudian tangannya meremas kedua payudaraku dari luar kemeja.

“Uuhh.. Om ga mau masukin ini?” Tanyaku sambil membelai penis om Ivan dari luar celananya.
“Nanti saja Lin.. Terus sesuai perjanjian kemarin Lin.. Kamu harus terlanjang bulat loh dirumah hehehe.” Kata om Ivan.
“Iihh om Masih inget aja. Iyah deh aku buka.” Jawabku sambil membuka kemeja, BH dan rokku sampai aku terlanjang bulat.
“Nah gitu dong Lin.. Duh payudara kamu bagus banget sih besarnya pas dan kencang menantang gitu hehehe.” Kata om Ivan sambil membelai-belai payudaraku.
“Aauhh..” Desahku saat om Ivan sedikit mencubit putingku.
“Dah kamu beres-beres dulu dih. Sama cuci vagina kamu nanti om kasih kejutan deh hehehe.” Kata om Ivan sambil berjalan kearah kamarnya.

Aku yang lagi terlanjang bulat langsung mengambil sisa-sisa bajuku yang tadi dilepasi oleh om Ivan kemudian aku taruh ditumpukan baju kotor biar entar dicuci oleh pembantu cuci gosok yang datangnya biasanya siang jadi tidak pernah bertemu denganku. ‘Tapi nanti kalau si mbanya dateng gimana yah aku masa musti terlanjang bulat gini?’ Pikirku. ‘Ah paling aku ngumpet dikamar saja.’ Jawabku dalam hati. Kemudian aku teruskan mencuci piringku setelah itu aku ke WC untuk mencuci vaginaku yang basah. Setelah selesai dari kamar mandi aku menuju ruang tamu dengan masih terlanjang bulat aku duduk disofa dimana disofa itu pertama kali aku “kerjai” oleh om Ivan.

Aku nyalakan TV dan mencari acara yang bagus. Sambil masih menyari acara TV aku rasakan sepertinya vaginaku masih basah, pas aku sentuh lubang vaginaku ternyata benar saja vaginaku masih cukup basah pantas saja gairahku masih cukup tinggi padahal tadi vaginaku sudah aku bilas dengan air. Aku berusaha untuk mengendalikan gairahku dengan cara menonton TV, aku putar-putar siaran TV tiba-tiba siarannya menampilkan sepasang cowo dan cewe sedang berciuman lumayan ‘hot’ walaupun hanya sebentar karena di sensor. Tapi membuat ku terbayang saat aku dicumbu oleh om Ivan disofa ini. Tiba-tiba vaginaku langsung merespon dengan mengeluarkan cairannya dan membasahi vaginaku. ‘Ahh dari pada aku berpikir yang macam-macam mending cari minuman dingin.’ pikirku sambil berjalan menuju dapur untuk mengambil gelas kemudian ke lemari es. Langsung aku tuang air es dan aku minum, lumayan menyegarkan tapi tidak sampai membuat gairahku menurun. ‘Haduh kenapa aku jadi binal begini sih?’ pikirku dalam hati.

Setelah itu aku balik menuju ruang tamu namun selagi jalan menuju ruang tamu aku melewati kamar om Ivan ternyata kamarnya agak terbuka. ‘Coba ngintip ahh.. Om Ivan sedang ngapain yah?’ Pikirku sambil berjalan perlahan menuju pintu kamar om Ivan. Setelah sampai diambang pintu kamar om Ivan aku mengintip kedalam mencari om Ivan, ternyata om Ivan sedang tiduran diranjang. Dan yang membuat aku terpana adalah tonjolan dicelana om Ivan, dengan posisi yang tidak siap “tempur” saja tonjoloan penis om Ivan terlihat begitu besar. Tanpa sengaja aku membayangkan penis om Ivan sedang keluar masuk divaginaku dan langsung saja vaginaku bertambah basah dan jantungku mulai berdegup kencang. Timbulah dorongan untuk masuk ke kamar om Ivan dan bermain-main dengan penisnya. Makin lama vaginaku semakin basah dan gatal, sepertinya vaginaku butuh sodokan penis om Ivan. Jadi aku putuskan masuk ke kamar om Ivan perlahan agar tidak langsung membangunkan om Ivan walaupun tujuan utama aku mengendap-endap masuk adalah “membangunkan” om Ivan.

Aku mendekati om Ivan yang masih tertidur terlentang dan duduk disamping ranjangnya. Aku mulai memperhatikan tonjolan penis om Ivan yang masi tertutup celana pendek, jantungku berdegup semakin kencang saat aku bisa melihat penis om Ivan dari sela-sela celananya. Ku lihat kepala penis om Ivan yang memerah walaupun belum mengeras namun sudah terlihat cukup besar, ‘duh vaginaku semakin basah saja.’ Kataku dalam hati. Sekarang aku benar-benar menginginkan penis om Ivan memompa vaginaku. Perlahan aku menaikan celana om Ivan yang menutupi pahanya, karena celananya sedikit longgar maka aku bisa dengan mudah untuk menaikan celananya sampai sebagian penis om Ivan tidak tertutup lagi. Aku mulai menyentuh penis om Ivan dan membelainya dengan perlahan sambil sesekali mataku melihat kearah om Ivan, ternyata om Ivan masih tertidur. Aku masih membelai-belai penis om Ivan dan aku merasakan penis om Ivan mulai mengeras tapi pas aku melihat kearah om Ivan ternyata masih tertidur. Penis om Ivan semakin membesar digenggamanku dan vaginaku pun semakin gatal saja. Aku beranikan diri untuk mengulum penis om Ivan, perlahan aku mengatur posisi dudukku disamping ranjangnya dan aku mendekatkan bibirku kearah penis om Ivan. Setelah kepala penisnya bersentuhan dengan bibirku perlahan aku mulai menjilati kepala penisnya setelah kepala pensinya mulai basah oleh air liurku aku mulai memasukan penis om Ivan kedalam mulutku dan aku mulai mengeluar masukan penis om Ivan dimulutku.

“Aaahh.. Kamu sudah mulai nakal yah Lin.. Hehehe..” Kata om Ivan tiba-tiba. Aku yang kaget langsung melepaskan kulumanku dan melihat om Ivan sambil tersenyum.
“Hhh.. Hhh.. Abis ini aku basah lagi om, kangen ama punya om hihihi..” Jawabku sambil masih membelai-belai kepala penis om Ivan.
“Naahh gitu dong Lin mulai nakal dikit jangan malu-malu hehehe. Ya udah lanjutin kulum punya om.” Kata om Ivan. Aku pun melanjutkan kulumanku lagi.
“Uuhh.. Enak sekali kulumanmu Lin..” Desah om Ivan saat aku mengulum kepala penisnya sambil lidahku menari-menari menjilati kepala penis om Ivan didalam mulutku.

Entah berapa menit aku sudah men-service penis om Ivan. Namun belum ada tanda-tanda om Ivan akan gantian men-serviceku.

“Hhh.. Hh.. Om gantian dong om.. Hhh.. Hhh..” Kataku sambil terengah-engah setelah melepas penis om Ivan dari mulutku.
“Gantian apa Lin?” Tanya om Ivan.
“Hhmm.. Gantian jilatin punyaku.” Jawabku yang sudah tidak bisa menahan rasa gatal divaginaku. Tapi tanganku masih mengelus-elus penis om Ivan.
“Apanya yang mau dijilatin Lin?” Tanya om Ivan.
“Ehhmm.. Vaginaku om.. Jilatin vaginaku om..” Jawabku.
“Sini om ajarin yah Lin.. Mulai sekarang ini namanya memek yaah..” Kata om Ivan setelah duduk dan tangannya menjulur ke vaginaku sambil mengelus-elus clitorisku yang sudah basah.
“Aaahh.. Mmm.. Kasar aahh om..” Jawabku setengah mendesah karena permainan tanganya om Ivan.
“Kalau gitu om ga akan jilatin dehh.. Hehehe..” Kata om Ivan sambil masih mengelus-elus clitorisku yang semakin basah.
“Hhhmm.. Jilatin memekku om..” Kataku pelan karena aku tidak terbiasa dengan kata-kata kasar sehingga membuat aku terlihat lebih binal.
“Jilatin apa Lin?” Tanya om Ivan berlaga tidak mendengar kata-kataku.
“Memekku om.. Jilatin memekku.. Aahh.. Gelii om..” Jawabku sambil mendesah karena jari om Ivan seperti menggelitik clitorisku.
“Naahh gitu dong.. Sini om jilatin memek kamu sampe kamu orgasme..” Kata om Ivan sambil merebahkan aku diranjang dan membuka kedua kakiku lebar-lebar.

Om Ivan langsung menjilati clitorisku dan lubang vaginaku bergantian sambil jarinya keluar masuk dilubang vaginaku.

“Aaaahhh.. Aahhh.. Enakk om..” Desahku tak tertahan lagi menghadapi serangan om Ivan.
“Memek kamu sudah basah sekali Lin.. Sudah napsu banget yah? Hehehehe..” Kata om Ivan yang kemudian lanjut menjilati vaginaku.
“Aahhh.. Hhh.. Ii..Iyah om.. Hhmm.. Oom.. Hhmm” Panggilku terbata-bata.
“Iyah kenapa Lin?” Tanya om Ivan melepaskan vaginaku dan melihat kearahku yang sedang tiduran.
“Hhh.. Hhh.. Masukin om..” Jawabku terengah-engah.
“Apanya Lin yang dimasukin? Ini?” Kata om Ivan sambil mengeluar-masukan jarinya kevaginaku
“Iiihh.. Om godain aku terus.. Aahh… Hhh.. Masukin penis om, setubuhi aku om..” Jawabku.
“Ooh.. Kontol Lin bukan penis sama entot bukan setubuhi.. Coba ulang lagi Lin.” Kata om Ivan makin cepat keluar-masukin jarinya divaginaku.
“Aahh.. Aahh.. Mmm.. Masukin kontolnya om, entot aku om..” Kataku yang sudah tidak perduli dengan kata-kata kasar lagi.
“Naahh gitu dong Lin.. Lain kali pake kata-kata itu yah.. Sinii Lin..” Kata om Ivan sambili menarik badanku mendekatinya.
“Iiyah om.. Hhh.. Hhh…” Jawabku.

Setelah posisiku sudah dekat dengan om Ivan dia mulai membuka kedua kakiku kemudian dia gosok-gosokan kepala penisnya kevaginaku tapi tidak dimasukin.

“Hhh.. Hhh.. Masukin kontolnya om..” Kataku sambil menarik penis om Ivan ke lubang vaginaku.

Pas aku arahkan penis om Ivan kelubang vaginaku om Ivan langsung mendorong penisnya masuk dan dibenamkan seluruhnya kedalam vaginaku sampai mengenai rahimku.

“Aaaahhh.. Aahh.. Besar kontolnya om.. Mentok dirahimku.. Aaahh..” Desahku saat aku rasakan kepala penis om Ivan menyundul rahimku lagi.
“Memek kamu sempit sih Lin.. Hehehe..” Kata om Ivan yang mulai memaju-mundurkan penisnya.
“Ooohh om.. Te.. Terus entot memekku om.. Aaahhh..” Desahku saat om Ivan mulai mempercepat gerakannya.

Penis besar om Ivan dengan cepat memompa vaginaku yang sudah sangat basah. Dengan sesekali tangannya meremas kedua payudaraku yang bergoyang-goyang indah karena genjotan om Ivan. Tiba-tiba tangan om Ivan memegang tanganku dan diarahkannya kevaginaku. Kemudian jarinya membimbing jariku untuk mengelus-elus clitorisku sendiri.

“Aahh.. Aahh.. Aahh..” Desahku saat jariku mengelus clitorisku sendiri sedangkan penis om Ivan masih memompa vaginaku. Awalnya agak risih kalau aku mengelus clitorisku karena jujur saja walaupun dari jaman SMA aku sudah tau yang namanya masturbasi tapi aku tidak pernah melakukannya.

Jariku semakin cepat menggosok-gosok clitorisku bersamaan dengan genjotan penis om Ivan divaginaku.

“Ooohh om.. Lebih cepat lagi om..” Kataku diseala-sela desahanku. Om Ivan pun mempercepat genjotannya dan jariku pun ikutan mempercepat menggosok clitorisku. Tidak butuh waktu lama akupun sudah merasakan akan orgasme.

“Oouuhhh om.. Hhhmmm.. Akuu.. Aahhh.. Aaahhh. Aaahh..” Belum selesai aku ngomong tiba-tiba aku sudah orgasme. Badanku terus mengejang namun om Ivan terus memompa vaginaku dengan cepat.

“Aaaaahhh.. Oomm… Hhhhmmm..” Desahku yang masih merasakan orgasmeku. Seakan tau aku masih merasakan orgasme om Ivan mendekatkan wajahnya dan melumat bibirku sedangkan tangannya meremas-remas payudaraku dengan penis yang masih keluar masuk divaginaku dengan cepat.

“Mmm.. Mmmm.. Mmmm..” Desahku tertahan karena lumatan mulut om Ivan.

Vaginaku basah sekali dengan cairan orgasmeku. Setelah tubuhku berhenti mengejang om Ivan pun memperlambat gerakannya dan melepaskan mulutku.

“Aaahhh.. Aaahh.. Aaaahhhh..” Desahku dengan napas yang tidak teratur.
“Hh.. Hh.. Enak Lin? Hhh.. Hh..” Tanya om Ivan dengan napas tersengal-sengal.
“Aahh. Aahh.. Enak om.. Enak banget..” Jawabku masih mencoba mengatur napasku.

Setelah beberapa detik aku menikmati sisa-sisa orgasmeku om Ivan mencoba untuk mengganti posisinya.

“Sini Lin.” Kata om Ivan sambil menarik badanku agar aku nungging.

Aku tau om Ivan akan menyetubuhiku dari belakang sekarang. Dengan perlahan aku memposisikan badanku sehingga om Ivan sekarang berada dibelakangku sambil memegang pinggangku.

“Mmm.. Masukin om..” Kataku ketika kurasakan penis om Ivan menyundul bibir vaginaku.
“Sebentar Lin.. Om gesek-gesekin dulu yah.” Kata om Ivan sambil menggesek-gesekan kepala penisnya kevaginaku yang sangat basah.

Om Ivan menggesekan kepala penisnya dari bibir vaginaku sampai clitorisku terus seperti itu hingga beberapa kali kemudian om Ivan langsung menusuk habis penisnya kedalam vaginaku.

“Aaahhh..” Desahku saat penis om Ivan menyundul rahimku lagi.

Om Ivan langsung memompa vaginaku lagi sambil sedikit membungkuk karena tangannya sambil meremas payudaraku yang bergelantung indah.

“Aahh.. Aahh.. Aahh..” Desahku seirama dengan tusukan penis om Ivan.
“Lin om keluar dimana? Hhh.. Hhh..” Tanya om Ivan dengan napas tidak teratur.
“Aahh.. Aahh.. Mmm.. Ja.. Jangan didalam om.” Jawabku karena takut kalau-kalau aku lagi subur bisa hamil nanti.

Om Ivan tidak menjawab kata-kataku, dia terus memompa vaginaku dengan cepat. Badanku mulai keringetan walaupun suhu ruangan yang seharusnya lumayan dingin. Sekarang tangannya bukan saja meremas payudaraku namun jari-jari om Ivan memilin kedua putingku.

“Aaahhh.. Hhh.. Hhh..” Desahku.

Entah berapa menit om Ivan menggenjot aku dari belakang rasanya kakiku sampai lemas dan badanku sudah basah karena keringat. Tiba-tiba om Ivan berhenti memompa vaginaku.

“Hhh.. Hhh.. Sini Lin kakinya dirampetin.” Kata om Ivan sambil merapatkan kedua kakiku.

Tanpa menjawab om Ivan aku mengikuti kemauannya. Setelah kedua kakiku merapat om Ivan mulai menggenjot vaginaku lagi. Kali ini aku merasakan vaginaku lebih terasa penuh oleh penis om Ivan.

“Uuhh.. Uuhhh.. O..Om…” Desahku menikmati sodokan penis om Ivan.

Om Ivan mulai memacu vaginaku dengan cepat lagi sampai-sampai payudaraku terpental-pental karena gerakannya. Tiba-tiba aku merasakan tangan om Ivan meremas-remas kedua pantatku sambil tetap memompa vaginaku dengan cepat. Awalnya tangan om Ivan hanya meremas-remas pantatku namun lama kelamaan jari om Ivan mendekati lubang anusku dan jarinya mengelus-elus anusku. Langsung saja rasa geli-geli enak menjalar disekujur tubuhku.

“Aauuhhh.. O..Om.. Ee.. Enak.. Aahh.. Aahh..” Desahku tertahan.

Sepertinya vaginaku semakin basah saja karena sodokan penis om Ivan yang besar itu dan jarinya yang sedang mengelus-elus lubang anusku. Untung saja aku termasuk bersih dalam hal menjaga kebersihan tubuhku sehingga aku yakin anusku pun pasti bersih.

Om Ivan semakin semangat mengenjot vaginaku dan aku mulai bisa mengimbangi gerakan om Ivan. Sesekali jari om Ivan mencoba untuk menusuk-nusuk anusku, walaupun sedikit agak sakit namun tidak sebanding dengan rangsangan yang aku rasakan.

“Aahh.. Om.. A..Akuu mau keluar lagi om..” Kataku.
“Hhh.. Hhh.. Om juga mau keluar Lin.. Hhh.. Hhh..” Jawab om Ivan sembari tetap memompa vaginaku.
“Aahh.. Aahh.. Ja..Jangan didalem om.. Aahh.. Aahh..” Kataku namun tidak berusaha untuk melepaskan genjotan om Ivan yang semakin cepat. Om Ivan tidak menghiraukan kata-kataku sambil terus mengeluar-masukan penisnya divaginaku.
“Oohh.. Oom.. Cabuutt.. Aaahhhh…” Kataku sebelum tubuhku mengejang hebat.
“Aaaahhh.. Aaahhh.. Aaaahhh..” Teriaku saat mendapat orgasme dan..
“Crrooottt.. Crrroooott.. Crrrooottt.. Crrooottt..” Om Ivan menembakan spermanya didalam vaginaku.

Aku rasakan penis om Ivan masih menembakan spermanya entah berapa kali dan vaginaku pun masih berkedut-kedut seolah-olah memijat penis om Ivan. Entah berapa detik tubuh kami mengejang bersama akhirnya kami berdua ambruk keranjang bersama.

“Aahh.. Aahh.. Om..” Kataku sambil terengah-engah.
“Hhh.. Hhh.. Hhh.. kenapa Lin?” Tanya om Ivan.
“Aahh.. Aahh.. Kok dikeluarin didalem om? Nanti aku bisa hamil. Aahh.. Aahh..” Tanyaku.
“Abis nanggung Lin.. Hhh.. Hhh..” Jawab om Ivan yang masih menindih tubuhku dari belakang dengan penisnya yang masih berada di dalam vaginaku.

Perlahan aku mulai mencoba mengatur napasku yang masih tersengal-sengal. Walaupun om Ivan sudah mengeluarkan spermanya di rahimku namun penisnya masih saja besar mengganjal divaginaku. Tidak lama kemudian om Ivan mencabut penisnya dan menggeser badannya kesampingku. Aku yang sudah tidak ditindih oleh om Ivan berusaha bangun untuk jalan ke WC.

“Badan kamu bagus sekali Lin.. Hh.. Hh..” Kata om Ivan saat melihat aku bangun dari tempat tidur.
“Iyah dong.. Linda… Hihihi..” Kataku sambil tersenyum centil kearah om Ivan.

Saat sampai WC aku langsung duduk di toilet berusaha untuk mengeluarkan sperma om Ivan yang masih ada didalam vaginaku. ‘Mudah-mudahan aku masih belum subur’ batinku sambil merasakan cairan sperma om Ivan mengalir dari vaginaku. Cukup lama aku duduk ditoilet berusaha mengeluarkan semua sperma om Ivan yang ada divaginaku. Setelah rasanya sudah tidak ada lagi aku membilas vaginaku dengan air sambil jari tengahku aku masukan kelubang vaginaku.

“Aaahh..” Desahku saat jari tengahku masuk membelah lubang vaginaku. ‘Basah sekali..’ kataku dalam hati.

Setelah selesai membilas vaginaku akupun keluar dari WC dan kulihat om Ivan masih tiduran dikasur.

“Sini Lin.. Bobo disini aja pasti kamu cape kan abis berapa kali orgasme hehehe..” Kata om ivan.
“Om siihh nakal buat aku orgasme mulu jadi lemes nih badan aku.” Kataku sambil naik keranjang.
“Iiihh kamu yang nakal maenin kontol om pas om lagi tidur.” Jawab om Ivan lagi.
“Abis tadi vagina aku gatel sih om.. Minta dimasukin penisnya om hihihi..” Kataku sambil tersenyum.
“Eehh.. Penis?!!” Tanya om Ivan.
“Hhmm maksud aku kontol om Ivan yang gede itu.. Hihihi..” Jawabku membetulkan kata-kata awalku sambil melirik kearah penis om Ivan.
“Ya udah bobo dulu yuk entar om entot lagi deh memek kamu hehehe..” Kata om Ivan. Akupun hanya tersenyum dan memejamkan mata.

“Hooaamm..” Entah berapa lama aku tertidur pas aku buka mata aku tidak menemukan om Ivan diranjang. Aku sendirian diranjang yang besar dengan masih terlanjang bulat.

Tenggorokanku kering sekali aku bangun dari tempat tidur dan mulai berjalan keluar dari kamar. Sesampainya diluar kamar aku mendengar om Ivan seperti sedang ngomong ‘mungkin om Ivan sedang telpon dengan temannya.’ Aku pun terus berjalan melewati ruang makan pas aku sampai diruang makan aku menoleh kearah ruang keluarga ternyata disana ada laki-laki yang sedang ngobrol dengan om Ivan dan sialnya dia melihat kearah aku yang sedang terlanjang bulat ini. Buru-buru aku lari kearah tangga dan naik kekamar Sheila, sesampainya dikamar Sheila aku langsung deg-degan.

‘Siapa laki-laki itu? Apa dia lihat aku terlanjang? Kenapa dia datang kesini?’ Banyak pertanyaan diotakku.