Update-Update
Sambil aku berpikir aku mencari minuman untung saja masih ada minuman dikamar Sheila. Setelah aku minum aku memakai baju dan celana karena aku takut kalau-kalau cowo yang bersama om Ivan memaksa masuk kekamar. Untuk menenangkan diri aku mencari HP ternyata sudah banyak pesan dari group dan ada beberapa dari pacarku. Pacarku bertanya ‘Lagi ngapain?’ gimana kalau aku balas ‘Habis dientot sama om Ivan.’ ‘Apa yah reaksi pacarku? Hihihihi.’ Pikirku nakal namun aku tidak benar-benar membalas seperti itu. Setelah membalas pesan di Hp aku mulai merasa lapar tapi tidak mungkin aku turun karena aku masih malu dengan orang yang sedang ngobrol dengan om Ivan. Jadi aku mencari makanan dikamar Sheila biasanya ada coklat atau biskuit dan benar saja ada coklat jadi langsung saja aku makan coklatnya sampai habis. Setelah itu aku tiduran tengkurap sambil main HPku, aku buka Path, Instagram, dll. Entah berapa lama aku ngecek social media. Entah berapa lama aku main HP sampai aku mendengar ada suara ketukan pintu.
“Tok tok tok. Lin..” Terdengar suara om Ivan dari luar pintu. ‘Ngapain om Ivan ke kamarku? Apa temennya sudah pulang?’ Pikirku dalam hati sambil berjalan menuju pintu dan membuka kuncinya.
“Yah om?” Jawabku saat pintu sudah terbuka. Ku lihat muka om Ivan agak tegang.
“Gini Lin.. Hhmm.. Tadi yang diruang tamu itu adik om, dia ngeliat kamu terlanjang bulat terus dia nebak kalau om habis ngentot sama kamu.” Kata om Ivan. Aku kaget dan langsung jantungku deg-degan lagi.
“Te.. Terus gimana om?” Tanyaku.
“Hhmm dia.. Mm.. Dia mau lihat badan kamu lagi Lin.. Kalau ga boleh dia mau ngelaporin ke Tante Sherly dan keluarga om.” Kata om Ivan lagi.
“Haa??” Aku kaget dengan kata-kata om Ivan badanku gemetar karena takut namun ada sedikit rasa penasaran juga sih didalam hatiku.
“Om sebenarnya juga ga rela kalau badan indah kamu dilihat oleh orang lain. Tapi mau gimana? Kalau adik om ceritain ke Tante Sherly bisa kacau” Kata om Ivan sambil tertunduk lesu.
“Aduh gimana yah om?? Tidak ada cara lain yah om?” Tanyaku dengan kaki yang agak lemas karena membayangkan aku harus terlanjang bulat dilihat oleh orang lain lagi.
“Maaf Lin om tidak tahu harus gimana lagi.” Kata om Ivan lesu.
“Mmm.. Cuman lihat saja kan om? Ga macem-macem kan?” Tanyaku memastikan.
“Iya Lin..” Jawab om Ivan pelan.
“Hhmm.. Ya udah deh om..” Jawabku tertunduk malu.
Tanpa menjawab om Ivan langsung membalik badannya sambil berjalan menuju tangga. Aku pun mengikuti om Ivan dari belakang. Jantungku berdebar kencang badanku juga ikutan bergetar karena rasa takut, malu dan penasaran juga. Langkah demi langkah akhirnya kami sampai dibawah dan berhadapan dengan adiknya om Ivan. Aku tidak berani melihat wajahnya karena malu.
“Halo Lin.. Kenalin saya adiknya Ivan nama saya Adit.” Katanya sambil berdiri dan menjulurkan tangannya.
“Mmm.. Sa.. Saya Linda..” Jawabku dengan terbata-bata sambil menyalami tangan om Adit. Namanya sama persis dengan nama pacarku.
Tangannya kekar dan kasar beda dengan tangan om Ivan yang lebih halus. Setelah salaman dia kembali duduk disofa dimana sofa itu pertama kali saya dikerjai oleh om Ivan kali ini disofa ini juga kedua kalinya aku harus mempertontonkan tubuhku ke orang lain bahkan pacarku saja belum pernah melihatnya.
“Linda, kamu cantik sekali dan badan kamu bagus banget. Boleh saya lihat badan kamu lagi? Tadi saya lihatnya cuma sebentar hehehe..” Kata om Adit sambil senyum-senyum.
Om Adit sebenernya dari segi muka mirip-mirip dengan om Ivan hanya badannya lebih besar saja dari om Ivan. Aku lihat kearah om Ivan yang sedang duduk diujung sofa sambil memandang kearahku dengan lesu.
“Tapii om..Mmm..” Jawabku ragu-ragu.
“Sudah gapapa Lin ga usah malu toh tadi saya sudah lihat badan kamu. Payudara kamu yang bulat itu dan memek kamu yang botak hehehe.” Kata om Adit.
‘Ya sudah lah toh om Adit cuma mau lihat doang tidak macam-maca. Seandainya macam-macam pasti om Ivan belain aku juga.’ Pikirku.
Perlahan aku membuka kaosku keatas dalam sekejap terpampang lah kedua payudaraku memang tadi pas dikamar aku tidak mengenakan BH karena aku tidak kepikiran akan ada kejadian seperti ini.
“Wow susu kamu memang bagus banget Linda. Bulat, kencang dan putingnya kecil. Bikin saya pengen isep aja.” Kata om Adit yang masih duduk disofa.
Aku tidak membalas apa-apa. Dengan tertunduk aku mulai membuka celana pendekku ‘untung tadi aku pakai CD seengganya aku tidak seperti cewe murahan’ pikirku dalam hati. Setelah celana pendekku terlepas aku taruh ditempat aku taruh kaosku.
“Mmm.. Be.. Begini aja yah om?” Tanyaku gugup.
“Tanggunglah Linda sudah buka celana dalam kamu. Om mau lihat memek kamu yang gundul hehehe.” Jawab om Adit sambil tertawa.
Masih sambil tertunduk aku menurunkan celana dalamku sampai aku benar-benar terlanjang bulat didepan kedua om-om ini.
“Badan kamu memang luar biasa Linda. Pasti pacar kamu sering minta jatah yah? Hehehe.” Tanya om Adit
“Hhmm.. Pacarku belum pernah om..” Jawabku sambil mencoba menutupi payudara dan vaginaku.
“Maksudnya belum pernah? Belum pernah ngentot kamu?” Tanya om Adit lagi.
“Ii.. Iyah om.” Jawabku tertunduk.
“Wah kalau gitu dia yang perawanin kamu?” Tanya om Adit sambil menunjuk kearah om Ivan yang sedang memperhatikan badanku.
Aku hanya bisa mengangguk lemah menjawab pertanyaan om Adit. Namun aku rasakan vaginaku perlahan mulai membasah dan gatal. ‘Masa aku terangsang dengan keadaan seperti ini?’ Pikirku.
“Eh Van u beruntung banget bisa perawanin Linda.” Kata om Adit. Ku lihat om Ivan hanya melihat kearah om Adit kemudian kembali melihat kearahku tanpa menjawab apapun.
“Linda tangannya jangan nutupin dong. Biar saya bisa lihat tubuh indah kamu.”Kata om Adit. Akupun mengikuti kemauannya dengan memindahkan tanganku dari payudara dan vaginaku.
Entah berapa detik om Adit memperhatikan badanku yang terlanjang bulat ini. Tiba-tiba om Adit berdiri dan mendekat kearahku, aku langsung mundur menjauh dari om Adit. Namun dengan sigap tangan om Adit memegang pundakku.
“Linda saya pegang yah.” Kata om Adit sambil mengarahkan tangannya kepayudaraku.
“Ja..Jangan om.” Jawabku sambil menutup kedua payudaraku dengan tanganku.
“Eeh!! Mau ngapain loe!?” Teriak om Ivan sambil berdiri.
“Udah loe diem aja Van.. Mau g laporin ke Sherly loe udah perawanin anak orang? Tapi kalau anaknya secantik ama sebohay Linda siapa yang ga mau? Hehehe.” Kata om Adit yang membuat om Ivan langsung diam dan kembali duduk.
“Udah gapapa Linda.. Toh si Ivan udah pernah pegang-pegang susu kamu. Malahan dia pasti udah minum susu kamu kan? Hehehe.” Kata om Adit. Aku tetap menutupi kedua payudaraku.
“Sini lepasin tangan kamu Linda..” Kata om Adit sambil menarik tanganku.
Tangan kasar om Adit mencoba menarik tangan kananku dengan perlahan.
“Ja.. Jangan ah om..” Kataku sambil mempertahankan tanganku.
“Ayoo gapapa.. Om ga kasar kok..” Kata om Adit. Kali ini dia menggunakan kedua tangannya untuk menarik kedua tangaku.
Akhirnya lepas lah payudaraku dihadapan om Adit. Kedua tanganku diangkat keatas dan dipegang dengan satu tangan kirinya. Sedangkan tangan kanan om Adit mengarah ke payudaraku dan..
“Aahhh..” Desahku saat jari-jari kasar om Adit memilin putingku.
Om Adit memilin-milin kedua putingku secara bergantian. Karena tangannya masih tetap memegang tanganku.
“Aaahh.. Ssshh..” Desahku saat om Adit meremas payudaraku. Kurasakan tangan kasar om Adit bergesekan dengan kulit halus payudaraku.
“Susu kamu kencang sekali Linda.. Ini susu paling kencang yang pernah saya pegang hehehe.” Kata om Adit.
Walau dalam hati niatnya menolak namun tubuhku berkata sebaliknya. Vaginaku semakin membasah dan tanganku tidak memberikan perlawanan ke om Adit. Mungkin setelah dia berasa aku tidak melawannya akhirnya kedua tanganku dilepaskan dan tangannya langsung meremas-remas kedua payudaraku.
“Elo beruntung banget Van jadi orang pertama yang memegang susu Linda..” Kata om Adit sambil menoleh kearah om Ivan yang masih terduduk diam di sofa.
“Uu.. Udah om.. Aahh..” Kataku.
Namun om Adit tidak menghiraukan perkataanku dia tetap memainkan kedua payudaraku. Perlahan om Adit mendekati mukanya kearah mukaku dan mencoba untuk mencium bibirku. Namun aku langsung membuang mukaku agar tidak dicium oleh om Adit. Tapi dengan cepat kepala om Adit malah turun kepayudaraku dan mulutnya langsung mengulum putingku.
“Aaaahhhh.. Hhhh.. Hhhh..” Desahku saat lidah om Adit langsung menyerang putingku dengan cepat dan sesekali dia gigit kecil putingku dengan tanganya masih meremas-remas payudara yang satunya.
“Aaahh.. Oooohhh.. Hhhhh..” Desahku saat om Adit meremas kedua payudaraku dan didekatkan kemudian secara cepat lidahnya bergantian menjilati kedua putingku.
“Ooohhh oomm… Ooohhh.. Mmmmm.. Aaaahhh..” Desahku lagi saat mulut om Adit melahap sebagian payudaraku.
Kemudian lidahnya menjilat-jilat putingku bersamaan dengan mulutnya mengisap payudaraku. Sensasi ini baru pertama kali aku rasakan sebelumnya dengan om Ivan belum pernah om Ivan melakukan seperti ini. Entah berapa lama om Adit mempermainkan payudaraku sampai dia melepas payudaraku dan duduk kembali disofa. Akupun langsung terjatuh duduk karena lemas setelah payudaraku dirangsang oleh om Adit.
“Enak Linda?? Hehehe..” Tanya om Adit. Aku tidak menjawabnya. Aku rasakan vaginaku sudah sangat basah.
Kemudian om Adit kembali berdiri dan memegang tanganku untuk membantu aku untuk berdiri. Setelah aku berdiri kulihat tangannya bergerak menuju vaginaku. Aku langsung mundur sambil menutupi payudara dan vaginaku.
“Jangan om.. Hhh.. Hhh..” Kataku dengan napas yang tersengal-sengal.
“Ga boleh yah saya pegang vagina kamu?” Tanya om Adit. Aku cuma menggeleng.
“Ya udah gini aja.. Kalau vagina kamu duduk dipaha saya kalau pas kamu duduk vagina kamu ga basah kamu boleh pake baju. Tapi kalau vagina kamu basah saya boleh pegang vagina kamu. Gimana?” Tanya om Adit.
Aku tahu kalau vaginaku sudah sangat basah udah pasti kalau aku duduk dipaha om Adit dia pasti berasa kalau vaginaku sudah basah oleh cairan kenikmatanku. Aku langsung berpikir keras ‘gimana kalau aku bersihkan dulu dengan tanganku?’ pikirku.
“Ayo sini coba duduk dipaha saya Linda.” Kata om Adit lagi sambil menggoyangkan kaki kanannya.
Dengan ragu-ragu aku berjalan pelan kearah om Adit sambil jariku mencoba mengelap vaginaku agar tidak ketahuan kalau lagi basah. Sesampainya aku di depan kaki om Adit aku perlahan aku membuka pahaku secukupnya agar tidak ada cairan vaginaku yang mengenai paha om Adit. Sedetik kemudian jadilah aku duduk dipaha om Adit. Aku rasakan bulu-bulu pahanya mengelitiki vaginaku.
“Udah kan om? Vaginaku ga basah kan?” Tanyaku agar cepat selesai.
“Aah masa sih?” Tanya om Adit.
Kemudian om Adit langsung menggerakan naik turun kaki kanannya sampai membuat aku ikutan bergerak naik turun. Dengan gerakan kakinya membuat vaginaku tergesek-gesek dengan paha om Adit yang berbulu. Akhirnya ketahuan lah kalau vaginaku sangat basah. Karena gesekan paha om Adit membuat bibir vaginaku terbuka dan langsung menyentuh lubang vaginaku.
“Aaahh.. Aaahh..” Desahku mengikuti gerakan kaki om Adit.
“Jadi, basah ga memekmu Linda?” Tanya om Adit setelah dia memberhentikan gerakan kakinya.
Aku hanya diam saja sambil mengatur napasku. Kemudian dengan cepat om Adit kembali menggerakan kakinya lagi membuat badan dan payudaraku terpental-pental.
“Aaahhh om.. Sudaahh..” Kataku sambil mendesah.
“Basah ga memekmu?” Tanya om Adit. Aku hanya mengangguk. Om Adit kembali menggerakan kakinya lagi.
“Aaahh.. Aaahhhh..” Desahku.
“Dijawab dong Linda.. Basah ga memek kamu?” Tanya om Adit.
“Ii.. Iyah basah om.. Hhh.. Hhh.. Hhh..” Jawabku terengah-engah.
“Jadi saya boleh pegang memek kamu?” Tanya om Adit lagi.
“Aahh.. Hhhh.. Hhh.. Iii.. Iyah boleh om..” Jawabku terbatah-batah.
Om Adit berhenti menggerak-gerakan kakinya. Aku yang sudah sangat lemas dengan badan condong ke depan aku bertumpu pada kakiku dan tanganku menahan badanku pada paha om Adit. Sambil masih mengatur napasku tiba-tiba kaki kiri om Adit menempel dikakiku.
“Sini Lin.. Dudukin kaki saya.” Kata om Adit. Aku disuruh duduk dikedua pahanya. Setelah aku duduk di kedua paha om Adit perlahan dia melebarkan kedua pahanya dengan kata lain pahaku juga ikutan melebar dan terpampang lah vaginaku dengan bulu yang sudah mulai tumbuh. Om Adit terus melebarkan pahanya sampai-sampai badanku agak condong ke arah badanya om Adit agar dapat berpegangan.
“Coba kamu pegangan dikaki saya Lin.” Kata om Adit. Aku mengerti maksudnya kalau aku berpegangan dengan kakinya maka dia dapat melihat vaginaku lebih leluasa. Karena sudah ada perjanjian dengan om Adit aku pun mengikuti kemauannya, lagipula aku sudah sangat terangsang sekarang.
Aku memundurkan sedikit badanku hingga dapat bertumpu pada kaki om Adit.
“Wow memek kamu bagus sekali Lin.. Masih pink dan bibir memek kamu rapih. Pasti sering dirawat yah?” Kata om Adit sambil masih memperhatikan vaginaku. Aku hanya mengangguk saja.
“Van gua pegang dulu yah memek kesayangan loe hehehe.” Kata om Adit sambil senyum-senyum ke om Ivan.
Awalnya tangan om Adit memegang pahaku dulu perlahan dia mengarahkan tangannya ke vaginaku sambil meremas-remas pahaku. Akhirnya sampai lah tangan kasar om Adit kebibir vaginaku.
“Aaahh..” Desahku saat jari om Adit bergesekan dengan clitorisku.
Awalnya tangan om Adit hanya diam divaginaku lama kelamaan tanganya mulai bergerak maju mundur.
“Aaahh.. Hhh.. Hhh.. Hhh..” Desahku karena clitorisku terus digesek-gesek oleh jari om Adit.
Tempo gerakan tangan om Adit semakin cepat sehingga membuat vaginaku semakin basah.
“Aahh.. Hhh.. Hhh..” Desahku mengikuti gerakan tangan om adit.
Jari om Adit terus menggesek vaginaku terutama clitorisku namun sekarang setiap jarinya bersentuhan dengan lubang vaginaku dia mencoba memasukan jarinya tapi langsung ditarik lagi kejadian itu terus berulang. Makin lama jari om Adit masuk semakin dalam ke lubang vaginaku walaupun hanya sebentar dan langsung ditarik kembali. Jari-jari om Adit lebih besar dari jari om Ivan.
“Aaahh.. Aaahh.. Aahh.. Aaahh..” Desahku karena jari om Adit semakin lama semakin dalam masuk ke lubang vaginaku.
“Enak Lin?” Tanya om Adit sambil tersenyum. Aku yang sudah tidak konsen tidak bisa menjawab pertanyaan om Adit lagi. Aku hanya bisa mendesah saja.
“Dijawab dong enak ga Lin?” Tanya om Adit lagi.
“Aaahh.. Aaah.. Eee.. Enak om..” Jawabku.
“Enak yah? Kalau gini gimana?” Kata om Adit sambil memasukan dua jarinya ke vaginaku dan tangan yang lain memainkan clitorisku.
“Aaaaahhhh.. Oo.. Oomm.. Hhh.. Hhh..” Desahku. Tangan om Adit dengan cepat keluar masuk divaginaku dan tangan yang satunya tidak kalah cepat memainkan clitorisku. Sedetik kemudian aku merasakan mau orgasme.
“Aaaahhhh Oo.. Oomm.. Aa.. Aku… Mmm.. Aa.. Akuu.. Kee.. Keluaaarrrr…” Desahku saat aku rasakan orgasme. Mataku terpejam dan badanku mengejang hebat kakiku pun ikutan mengejang.
Namun tangan om Adit tidak berhenti keluar masuk divaginaku malah semakin cepat dan..
“Ooooohhhhhh… Aaaaahhh.. Oo..Oom.. Aaahh.. Aaahh.. Aaahh” Desahku panjang sambil kurasakan vaginaku seperti menyemburkan cairan didalam vaginaku. Entah berapa kali vaginaku menyemburkan cairan kejari om Adit yang masih didalam vaginaku.
Badanku masih mengejang-ngejang walaupun vaginaku sudah tidak menyemburkan cairan lagi. Tangan om Adit memperlahan gerakannya akupun langsung ambruk kebadan om Adit.
“Aaahh.. Aahh.. Aahh.. Hhh.. Hhh..” Desahku dengan napas yang tidak teratur.
“Enak Lin?” Tanya om Adit. Aku hanya bisa mengangguk.
Aku sudah tidak perduli dengan tubuh terlanjangku yang sedang tiduran diatas badan seorang cowo yang bukan pacarku dan bukan pula om Ivan. Aku diberikan waktu beristirahat oleh om Adit. Entah berapa menit aku mencoba mengatur napasku.
Leave A Comment