“Lama banget lu orang.” Kata Bella ke Manda dan Catherine. “Sorry sorry, rame banget tadi WC nya.” Jawab Manda. “Kita mau kemana ni?” tanya Catherine. “Gue juga bingung ni, ga ada tujuan juga kan?” tanya gue. “Kita nonton aja gimana?” tanya Bella. “Ada film yang lagi in memangnya?” tanya Manda. “Dr Strange aja. Marvel kan harusnya bagus.” Jawab Bella. “Boleh, yuk beli tiket.” Ajak gue. Kita jalan ke bioskop dan ternyata antrianya uda super panjang. “Rame banget. Kalau gini mana mungkin dapet tket lagi.” Kata gue ngeliatin antrian yang uda mulai panjang. “Iya juga si. Ya uda deh, ga jadi nonton. Cari kerjaan lain aja.” Kata Bella. “Eh, gimana kalau kita coba cek velvet dulu aja. Biasanya kan lebih sepi.” Kata Catherine. “Apaan tu velvet?” tanya Manda. “Duh, lu tu ga gaul banget si Man. Velvet tu yang nontonya pake ranjang gitu. Jadi berdua gitu satu ranjang.” Kata Catherine ngejelasin. “Denger tu kata Catherine. Dia kan uda banyak ‘pengalaman’ di ranjang velvet.hihihi.” celetuk Bella yang diikuti tawa gue dan Manda. “Asem lu Bell.” Jawab Catherine singkat.
Akhirnya kita masuk ke bagian velvet dan ternyata pas banget ada 2 ranjang yang bersebelahan dan masih kosong. “Mbak, mau yang ini sama sebelahnya ya.” Kata gue. Gue pun ngebayar tiket yang ternyata harganya jauh diatas tiket reguler. “Mahal juga ya tiketnya.” Celetuk gue ke mereka. “Loh, lu tau kata mahal juga?haha.” Canda Bella. “Sial lu, gue kan masih ada usaha juga. Bukan nanem duit.” Jawab gue. “Makasi ya bebeb.” Kata Catherine mencium pipi gue. “Dasar lu. Ada maunya aja.haha.” kata gue malu malu pas dicium Catherine di tempat umum. “Kita perlu nyium juga ga ni?” Goda Bella. “Ga perlu.” Jawab gue singkat. Karena masih ada sekitar 2 jam sebelum film dimulai, Bella ngajak kita untuk nemenin dia nyari dress yang mau dia pake buat dateng ke acara sweet 17 sepupunya. “Mau nyari dimana lu?” tanya gue. “Ke sogo aja deh.” Jawab Bella. Kita pun jalan ke sogo nemenin Bella. Awalnya si mereka fokus nyariin Bella dress pesta, tapi lama kelamaan mereka mulai mencari baju untuk mereka sendiri. Ya namanya juga cewek pikir gue dalem hati.
“Menurut lu bagusan yang mana?” tanya Bella sambil mengangkat 2 buah dress. “Coba lu pake dulu Bell. Baru keliatan bagusan ang mana.” Jawab gue. Bella pun masuk ke fitting room, ga lama setelahnya dia keluar dengan menggunakan dress Hitam. “wow.” Jawab gue terpesona. “Bagus ya?” tanya Bella. Bella terlihat begitu elegan dan seksi. Dress hitam dengan belahan dada yang rendah membuat dadanya seperti minta diintip. “Gila Bell, lu kalau ke sweet 17 pake gituan pasti anak cowonya pada berebutan ke WC main sabun.hihihi.” kata Catherine begitu melihat dress seksi pilihan Bella. “Jadi ga bagus ya? Gue coba yang 1 lagi deh.” Jawab Bella sambil masuk kembali ke fitting room. Kali ini Bela keluar dengan dress backless bewarna merah yang ketat dan pendek. “Bagusan yang ini Bell.” Kata gue. Bella terlihat begitu menggoda denga dress yang ketat dan pendek ini. Toketnya yang besar terlihat semakin menantang, bagian punggungnya yang terbuka juga semakn mempertontonkan mulusnya punggung Bella dan karena dress ini pendek, kaki dan paha Bella yang putih terlihat semakin menggoda. “Lu mah emang sengaja Bell.” Kata Catherine. “Sengaja gimana?” tanya Bella. “Iya, pasti lu sengaja mau ngegodain anak sekolahan kan.hahaa.” timpal Manda. “Sial lu, emangnya gue kaya lu berdua.haha.” jawab Bella. Setelah mendengar pendapat kita bertiga, akhirnya Bella memilih untuk membeli dress yang bewarna merah. “Clif, Beliin yaaa… yaaa… please…” rengek Bella sambil memeluk tangan gue. “Ye, maunya lu itu mah.” Kata gue. Melihat gue yang menolak untuk ngebayarin dia, Bella semakin menggoda gue. “Bayarin ya? Ya? Ya?” kata Bella sambil sengaja menempelkan toketnya ke tangan gue sambil menatap gue dengan tatapan manjanya. “Iya deh iya. Lu tau aja gue ga tahan sama yang beginian.” Kata gue luluh. “Wah curang. Kalau gitu kita juga mau. Ya ga Man?” tanya Catherine. “Iya Cliff. Biar adil.” Jawab Manda. “Iya deh iya, lu orang juga pilih sana.” Kata gue mengiyakan permintan mereka. Manda langsung mengecup pipi kanan gue dan Catherine mengecup pipi kiri gue. Gue bisa ngeliat beberapa SPB yang tampak iri ngeliat gue dikecup 2 amoy mulus kaya Manda dan Catherine.
Akhirnya kita ngabisin waktu sekitar setengah jem sampai akhirnya Manda dan Catherine nemuin baju yang mereka suka. Manda memilih kemeja bermotif garis garis sedangkan Catherine memilih dress yang membuat lekukan tubuhnya tercetak dengan jelas. “Lu yakin Man mau beli tu kemeja?” tanya gue. “Emang kenapa?” tanya Manda. “Itu kancing udah mau copot sangking ga muat tu toket.” Kata gue begitu Manda keluar dari Fitting room. “Yakin kok. Lagian seksi kan yang ada celah begini.hihi.” kata Manda memancing gairah gue. Setelahnya gue pun ngebayar belanjaan mereka dan kita pun naik ekskalator panjang ke arah bioskop. “Oh ya, pembagianya gimana nih?” tanya gue. “Pembagian apa ya?” tanya Manda yang ga ngerti maksud gue. “Itu loh, ranjang velvetnya.” Jawab gue. “Lu sama gue aja ya.” Bujuk Bella sambil memeluk gue dari atas. “Eh, ga bisa. Lu kan uda nyolong jatah tadi pagi. Sekarang giliran gue sama Manda dong.” Protes Catherine. “Iya, setuju gue.” jawab Manda. “Yah, masa gitu. Gini aja deh, Cliff yang nentuin aja mau ama siapa nontonya. Gimana?” usul Bella mencoba peruntungan. “Ya udah gitu aja.” Jawab Manda dan Catherine setuju. “jadi lu mau ama siapa?” tanya Bella ke gue.
“siapa ya? Gue juga bingung si mau ama siapa.haha.” jawab gue sambil ngeliatin 3 amoy yang saling berebutan untuk bisa seranjang sama gue. karena masih ada sekitar setengah jem lagi sebelum film dimulai. Kita pun duduk di depan pintu teater sambil gue mutusin untuk milih siapa. “Hm…gue mau seranjang sama yang berani ga pake BH sama kolor deh.” Jawab gue iseng. “Yes. Gue kan Maksud lu Clif.” Kata Bella kegirangan. “Eh, enak aja. Gue juga berani lepas kok.” Kata Catherine. “Gue juga.” Kata Manda. “Coba buktiin dong.” Tantang gue. “Betar ya.” Kata Catherine. Manda dan Catherine pun jalan menuju WC. “Gila, mereka berani juga ya. Atau emang demen kali diliatin orag.haha.” kata gue ke Bella. “Sialan lu, gue juga ga pake ni.” Jawab Bella sambil nyubit tangan gue. “Tapi sange juga kan lu diliatin banyak orang.haha.” kata gue. Bella hanya diem aja tanpa sepatah katapun yang menyanggah ataupun mmbenarkan pernyataan gue. Ga lama, Catherine dan Manda balik nyamperin gue dan Bella. “Wuih. Seksinya.” Kata gue nyeliat pentil Manda yang ngejiplak di kaosnya yang ketat. “Ih!” Manda mukul gue gegara komentar nakal gue yang lumayan kenceng. “hahaha. Kenapa?” tanya gue sok polos. “Tar kedengeran orang.” Kata Manda. “Udah kan? Sekarang lu pilih siapa?” tanya Manda. “Sama lu aja deh Man, ga tahan gue sama toket lu.” Kata gue. “yah, percuma dong gue udah buka bukaan.” Jawab Catherine. “Udah, lu sama gue aja.”jawab Bella.
Kita pun masuk ke ruang theater dan gue sama Manda pun tiduran di ranjang kita. Lagi asik ngobrol nunggu film dimulai, pasangan yang ada di depan gue noleh dan manggil. “Eh Manda, sama siapa lu.” Kata cewek di depan gue. “Eh sama temen nih. Kenalin, Cliff” Jawab Manda sambil ngenalin gue ke temenya. “Karin.” Jawab dia singkat. “Temen atau temen ni?haha.” ledek Karin. “Temen kok, ni sama yang lain juga. Kata Manda menunjuk ke arah Bella dan Catherine. “Iya deh percaya.” Jawab Karin sambil ketawa. “Lu sama cowo lu?” tanya Manda. “Iya nih.” Jawab Karin singkat.
Lampu bioskop mulai dimatikan dan film mulai diputar. “Temen lu?” tanya gue sambil menggunakan selimut yang diberikan sebagai fasilitas velvet. “Iya, satu paket dulu pas semester 1” jawab Manda. Manda mulai menyenderkan kepalanya ke dada gue begitu film dmulai, dan gue juga langsung merangkul pundaknya selayaknya orang pacaran. Ga lama, Manda mulai menciumi bibir gue. “Hm…baru juga mulai filmnya Man.” Kata gue. “Gue da ga sabar Clif.” Jawab Manda. Tangan gue langsung memainkan puting Manda dari luar kaosnya. “Uhm…enak Clif.” Kata Manda begitu daerah sensitifnya gue pilin. Tangan Manda mulai meraba kontol gue dari luar celana gue. “Masih belum ngaceng ya?” tanya Manda. “Belum dong. Baru juga kaya begini, mana mungkin keras.” jawab gue. Dengan perlahan Manda membuka kancing celana gue dan menurunkan resletingnya. Tanganya yang halus mulai mengelus kontol gue dari luar kolor gue. Gue langsung membalas permainan Manda dengan memasukan tangan gue kedalem kaos yang dia pake dan menyentuh pentilnya. “hmmmp.” Desah Manda kecil. “Enak kan Man rasanya digrepe di tempat umum.” Kata gue. Manda mulai menyelipkan tangan ke dalem kolor gue dan memainkan kepala kontol gue. Gue mulai mencupangi lehen Manda sampai Manda mendesah keenakan. “Cliff, pelan pelan. Nanti bertanda.” Kata Manda. Gue semakin bernapsu untuk memberikan tanda cupangan cupangan gue di leher Manda begitu dilarang oleh Manda. “Aw…” pekik Manda kecil sambil mendorong kepala gue. Gue langsung kembali mencupang sisi leher Manda sebelahnya. “Ih.malah sengaja ya kamu.” Kata Manda tanpa penolakan kali ini. “Biar orang tau kalau kamu uda ada yang punya.” Kata gue berbisik pelan di kuping Manda. “Ih..” jawab Manda malu malu. Gue langsung melumat kuping Manda sambil menilati bagian dalam kuping Manda. “ahh..ahhh.’ Desah Manda semakin kencang. Mendengan Manda yang mulai mendesah keenakan, gue langsung mulai mencolok memeknya dengan jari gue. “Uda becek aja ni.” Kata gue sambil mengangkat kembali jari gue yang udah penuh dengan lendir memek Manda. Dengan binalnya Manda langsung menghisap jari gue dan mengarahkanya kembali ke memeknya. Gue langsung mencium mulut Manda sambil ngobel ngobel memeknya. Tangan Manda mulai menurunkan celana gue dan mengocok kotol gue perlahan. “hmp hmpp” suara desahan kenikmatan gue dan Manda tertahan oleh aksi ciuman dan juga permainan lidah kita.
Ciuman Manda mulai menjalan ke leher gue dan akhirny kepala Manda masuk kedalam selimut. Lidahnya menyapu kepal kontol gue sambil tangan memijit pelan biji peler gue. ”Ah….” desah gue mendapat perlakuan Manda. Gue pun menoleh untuk memastikan aksi kita masih aman dan ternyata Bella dan Catherine ngeliatin ke arah kita sambil cekikikan. Gue langsung mebuka selimut sehingga kegiatan Manda menjilati kontol gue menjadi terlihat dan gue pun memberi jari tengah kearah Catherine dan Bella. Melihat aksi gue, Catherine dan Bella semakin cekikikan. “Kok dibuka Cliff?” tanya Manda sambil tetap menjlati kepala kontol gue seolah olah itu es krim kesukaanya. “Biar lebih menantang Man.” Kata gue sambil menekan kepala Manda ke arah kontol gue. Seolah mengerti apa yang gue mau, Manda langsung mendeepthroat kontol gue. lidahnya terus menjilati batang kontol gue di dalem mulutnya. gue pun memegang kepala Manda dan gue tahan di kontol gue. Semakin lama kontol gue terasa semakin hangat oleh liur Manda. “uhuk.” Manda mulai tersdak akibat deepthroat yang cukup lama, gue langsung menjambak rambut Manda dan terus gue jejelin dengan kontol gue. Manda memukul paha gue memberi tanda bahwa dia udah mencapai batasnya. Gue yang merasa keenakan tentu a rela untuk berhenti. Gue tetep ngejambak rambut Manda dan gue mulai menyodok mulut Manda dengan sedikit kasar. “uuhuuukk uhukkk.” Suara tersedak Manda semakin terdengar kencang. “aw…” peik gue pelan. Manda mengigit kecil batang kontol gue sampai akhirnya gue ngelepasin kepalanya. “Kenapa lu Man ampe batuk gitu?” tanya Karin sambil menoleh ke belakang. Gue bisa ngerti ekspresi kaget di wajahnya begitu dia ngeliat apa yang lagi gue sama Manda lakuin. Tepat saat Karin noleh, Manda sedang terbatuk batuk dengan liurnya yang tumpah tumpah dari mulutnya ditambah dengan ekpresi wajah Manda antara tersedak dengan sange karena nyepong. “gapp Kar. Uhuk..” jawab Manda sambil batuk kecil. Gue yang uda kepalang ketawan langsung sekalian memanfaatkan momen ini untuk menggoda Karin yang baru gue kenal ini. Gue senyum nakal ke arah Karin sambil mengocok pelan kontol gue yang udah ngaceng dan penuh denga air liur Manda. Karin ngeliat senyuman nakal gue dan tatapanya kemudian turun ke arah kontol gue. Karin tampaknya kaget dengan ukuran kontol gue, mulutnya terbuka dan lidahnya sedikit menjulur keluar. Tatapan matanya juga nanar seolah ingin memegang kontol gue. Melihat tingkah Karin gue semakin semangat mengocok kontol gue. “Kenapa beb?” tanya pacarnya Karin. “Gapp.” Jawab Karin yang langsung sadar dan langsung kembali ke ranjangnya sendiri. “Gila lu ya, temen gue lu goda juga.” Kata Manda sambil memukul kontol gue pelan. “Diem lu bitch.” Kata gue kasar karena uda ga tahan sama birahi gue. Seponga Manda ditambah sensasi ketawan main di tempat umum ngebut napsu gue makin menjadi jadi. Gue langsung mengangkat badan Manda untuk naikin kontol gue. “Clif, yakin lu?” tanya Manda takut takut. “Uda buruan. Gue uda ga tahan.” Jawab gue ga sabar.
Manda dengan takut takut melepas hotpants terus menaiki kontol gue dan mulai mngoyang pinggulnya sendiri. “hmpph..” desah Manda keenakan. Gue naikin baju Manda sampai gue bisa melihat dan meremas remas toket Manda yang gede dan kenyel. Suara karena emang gue uda ga tahan, gue langsung memegang pinggul dan gue menhentakn pinggul gue ke atas kebawah. Kontol gue pun menghujam meenya dengan keras. “plok plok plok.” Untungnya suara benturan setiap kali gue ngehujamin kontol gue tertutup oleh adegan berantem film marvel tersebut.”Cliff…pell.ahhhhnnnn pelan. Gue ahh…” kata Manda terengah engah keenakan. Lagi asik asiknya ngentotin Manda, tiba tiba pacarnya Karin berdiri. “Cowonya Karin berdiri.” Bisik gue ke Manda. Manda langsung menundukan badanya supaya tidak terlihat dari depan. Tindakan Manda itu ngebuat muka gue terbenam diantara toketnya yang montok. Melihat pacarnya Karin uda keluar theater, gue langsung menghajar kembali memek Manda dengan sangat kasar dan ga lupa pentilnya Manda gue gigit dengan cukup keras. “Ahhh…” desah Manda cukup keras karena kaget sama gigitan dan sodokan gue yang tiba tiba. Desahan Manda kali ini harusnya bisa didengar oleh Karin. Tapi kali ini Karin enga menoleh lgi ke belakang. Gue pun punya ide gila, mumpung pacarnya lagi keluar pikir gue. “Man, selesain ya.” Bisik gue sambil menjilati kuping Manda. Gue langsung menghajar memek Manda sekuat tenaga. “ahhhhh.” Desah Manda. Gue langsungmelumat mulutnya supaya desahanya ga terdengar orang lain. Manda ikutan menggoyangkan piinggulnya sesuai dengan hentakan pinggul gue. “gue mau keluar ni.” Bisik gue ke kuping Manda. “Diluar ya.” Pesan Manda. Gue langsung menggeser badan Manda dan mencabut kontol gue. Manda dengan sigap langsung mengulum kontol gue supaya peju gue muncrat didalemnya. Begitu Manda ulai menyedot kontol gue, gue langsung menyingkirkan kepala Manda. “Lho, kenapa?” taya Manda bingung. Gue langsung berdiri dan mengocok kontol gue. Peju gue pun muncrat tepat diatas kepala Karin “ahhh.” Desah gue puas begitu peju gue keluar.
“kya.” Pekik Karin pelan karena kaget ad semburan dari atas. Karin pun menoleh dan sadar kalau gue baru aja nyemburin peju gue ke kepala dia. Karin langsung buru buru mengambil tisu dari tasnya dan mengelap peju gue yang ad di atas kepalanya. “Yakin ga mau dicicip?” goda gue melihat Karin yang buru buru mengelap. Karin ga menjawab apa apa. Gue pun balik ke ranjang gue. “Gila lu ya! Kalau dia ngelapor ke pacarnya gimana!” tanya Manda panik. Gue baru sadar, jangan jangan dia ga suka beginian lagi. Mampus gue kalau dia sampe ngelapor pikir gue. Ga lama pacarnya pun balik ke theater. Gue pun deg degan ngeliat nya. Tapi kayaknya Karin sama sekali enga cerita ke pacarnya kalau dia baru aja dilecehin. “Fiuh…” kata gue lega ke Manda. “Gila si lu!” kata Manda. “Udah, jangan banyak bacot. Bersihin ni kontol gue.” Kata gue sambil menarik kepala Manda ke arah kontol gue yang masih koor dengan peju dan lendir memek Manda. Manda pun mengulu kontol gue dan dijilatin ke seluruh bagianya, termasuk bagian lobang kencing gue. “Ah….enaknya.” kata gue puas begitu Manda menyudahi permainan mulutnya. Gue naikin lagi celana gue dan Manda pun merapikan lagi kaos dan hotpantsnya. “Gue ke WC dl ya.” Kata Manda ninggalin gue. ga lama setelah Manda keluar, lampu biokop pun nyala. Karin dan pacarnya pun berdiri dan jalan keluar. Gue pun merhatiin body Karin yang aduhai. Lkarin mengenakan kaos yang cukup ketat sehingga lekukan tubuhnya terliat mengoda. Dengan tinggi sekitar 155, perut yang rata, toketnya ga gede tapi ga kecil juga. Pas dengan ukuran badanya yang mungil. Kulitnya yang bewarna sawo matang dan wajahnya yang museks ngebuat gue pengen bisa ngelecehin Karin lagi. “Gimana? ga ngerti kan lu filmnya?hihihi.” ledek Catherine yang nyamperin gue. “Iya lah, orng dari tadi asik ngentot.” Tambah Bella. “Mau gue seranjang ama siapa juga pasti gue ga ngerti filmnya.haha.” kata gue. “Soalnya pasti siapapun itu lu entot kan.haha.” kata Bella yang diikuti tawa Catherine. “Manda mana?” tanya Catherine. “Paling juga lagi bersihin memeknya.” Jawab Bella santai. “Yuk keluar kalau gitu.” Kalau gue. kita pun keluar dan ngobrol didepan WC cewe sambl nungu Manda selesai. Lagi nunggu, tiba tiba Karin keluar dari WC cewe. “Hey.” Sapa gue. “Eh,,,hey.” Jawab Karin tanpa menatap gue. “Cowo lu mana?” tanya gue. “Nunggu di depan” jawab Karin disingkat. “Gue minta no HP lu dong.” Pinta gue. “Buat apa ya?” tanya Karin ragu. “Ya lu tau lah.hehe.” kata gue mesum sambil ngasi hp gue. Karin ngambil HP gue dan masukin nomor dia. “jangan chat siang siang ya. Ada pacar gue.” kata Karin malu malu. Dia ngebalikin hp gue dan pergi nyamperin cowo dia. “Siapa tu?” tanya Bella. Gue pun nyeritain kejadian tadi ke Bella dan Catherine. “Gila lu. Nekat banget.” Kata Bella dan Catherine kaget. “abisnya ekspresi mukanya sangein si.haha.” jawab gue santai.
Leave A Comment