DENDAM VS HARGA DIRI

Siang ini gua malas pergi ke kantin, gua masih kepikiran kejadian kemarin siang, kenapa putri begitu..? Kenapa dinda begitu..? Banyak pertanyan yang berputar di otak gua yang pas pasan ini.
“ hei…! ngelamuni apa sih..?”
“ eh..putri..!” gua kaget putri udah di depan gua, tumben nih anak kesini.
“ Mikirin dinda yah..?” muka galak putri keluar.
“ enggak..put sumpah..!”
“ ya udah ke kantin yuk..!”
“ aku nggak lapar put..!”
“ udah, ayo…!” seperti biasa putri tarik paksa tangan gua.


Tapi ada yang aneh, dia gandeng tangan gua selama kita jalan ke kantin, banyak orang orang pada lihatin kita tapi putri cuek aja.

“ anu put, tumben ngajak ke kantin…!”
“ nggak boleh..?”
“ boleh boleh kok, tapi kenapa pakai gandeng tangan segala..?”
“ biar cewek itu nggak deketin kamu lagi..!” oh…gitu maksudnya dia takut kalau gua di samperin dinda lagi.
“ put….sabtu besok itu beneran yah kamu mau tanding lagi dengan dinda..?”
“ iya lah, buat kasih pelajaran kecewek itu, berani beraninya dia ambil milikku..!” haduh…put…gua bukan barang, gua jelek jelek begini manusia tau.
“ dony gimana put..?”
“ kamu udah dengar sendiri kan kemarin dia, aku putusin..!”
“ iya sih, maksudnya kamu kok berbuat begitu, terus bikin ribut sama dinda, kita kan nggak ada hubungan apa apa put..!”
“ kamu tuh ya…! bisa bisanya ngomong gitu, kalau lagi nggak di kantin udah aku tampar kamu..!” Putri melotot ke gua, gua salah ngomong ya…?, tapi kenyataannya kan gitu put..! Kamu mahluk dari mana sih put, gua nggak ngerti sama sekali pikiran kamu.

“ udah kamu mau pesan apa..?, jangan diam gitu..!”
“ es teh aja put..!” putri udah tenang lagi, akhirnya dia pun pesan es jeruk.
“ sekarang aku mau kamu jujur, kamu pilih aku apa dinda..?” deg..gua bingung di kasih pertanyaan begini.

Yang satu harimau yang satu singa, sedangkan gua cuma kambing congek, pilih mana aja tetap mati bro…!, sebenarnya gua mending pilih putri walaupun galak tapi gua udah kenal dia, sedangkan dinda baru kemarin, gua takut kalau pilih dinda ternyata dia lebih sadis dari pada putri apa nggak repot tuh..!

“ ya pilih kamu put..!”
“ hi..hi..gitu dong, seandainya kamu pilih dinda, aku tetap bakal paksa kamu pilih aku kok…!” putri sambil senyum manis, tapi kata katanya sadis, ngapain repot repot tanya kalau ujungnya tetap memaksa, dasar putri galak…!

Beberapa hari ini perlakuan putri ke gua berubah 180 derajat yang tadinya cuek bebek ke gua, sekarang dia perhatian banget, setiap istirahat dia udah nyamperin gua ke dalam kelas, setiap jalan berdua kita selalu bergandeng tangan kayaknya gua dan putri pasangan paling mesra di sekolah. Gosip pun beredar luas di sekolah gua, kok bisa putri cewek paling populer di sekolah ini pacaran sama cowok kasta rendah seperti gua, tapi putri nggak pernah dengar omongan miring orang orang. Sobat gua andi juga ikut penasaran.

“ rud, lo beneran pacaran sama putri…?”
“ ya, bisa di bilang begitu ndi..!”
“ hebat benar lo bisa dapetin putri, lo pakai dukun dari mana..?”
“ sialan lo ndi, gua nggak pakai yang kayak begituan..!”
“ ha…ha..bercanda rud, gua curiga jangan jangan yang bikin cupang di leher lo si putri yah..?”
“ seesst…jangan keras keras ngomongnya bego…!, kalau ketauan bisa di gebukin gua..!”
“ gila lo rud, gua nggak nyangka…!”
“ ndi, gua minta tolong ke lo, besok sabtu pulang sekolah temenin gua di gedung olahraga, lo jadi wasit buat pertarungan besok..!”
“ pertarungan apaan rud..?”
“ putri sama dinda mau sparing gitu..!”
“ ngapain mereka berantem rud..?”
“ gua nggak tau itu masalah mereka, lo mau kan bantuin gua..!” gua bohong sama andi.
“ kalau jadi wasit doang oke lah..!”
“ oke, makasih bro..!”


Dan hari yang di tunggu pun tiba, gua, putri dan andi masuk ke dalam gedung olahraga, putri sudah lengkap dengan seragam karatenya, ternyata dinda sudah menunggu di dalam gedung dan dia juga sudah memakai seragam taekwondonya.


“ aku kira kamu nggak berani datang put..!” dinda tersenyum sinis.
“ aku bukan pengecut kayak kamu…!” balas putri.
“ udah udah tahan emosi kalian…!” andi berusaha menenangkan mereka.
“ ini temanku andi, dia disini sebagai wasit di pertarungan ini..!” kata gua.


“ sebenarnya aku nggak tau masalah pertandingan beladiri, peraturannya sederhana aja, kalian bertarung sampai ada yang menyerah dan apa bila lawan sedang terjatuh di larang menyerang, setuju semua..?”


“ oke..!” jawab dinda dan putri.
“ sekarang kalian silakan pemanasan dulu aku dan andi mau siapin matrasnya dulu..!”


Gua dan andi ambil beberapa matras di gudang, minimal kalau jatuh nggak terlalu sakit buat mereka berdua, setelah mereka selesai pemanasan, mereka siap dengan kuda kuda masing masing.
“ siap…, mulai..!” teriak andi.


Dinda langsung melancarkan tendangan kaki kanannya ke arah putri, putri menangkis dengan tangannya, giliran putri menendang dinda dengan kaki kanannya tetapi dinda dengan sigap menangkis dengan kakinya, tapi putri nggak ngasih waktu buat dinda dia merangsek kedepan dan melancarkan jap kirinya ke pipi dinda.


Bukk..dinda mundur beberapa langkah ke belakang dan gua lihat bibir dinda mengeluarkan darah segar.
“ cihh…!” dinda terlihat tambah emosi.


Kemudian dinda setengah berlari ke arah putri dan melancarkan tendangannya lagi, tetapi putri bisa menangkisnya, Kemudia dinda meloncat ke arah putri dengan tendangan ganda, tendangan kiri dinda bisa di tangkis, tapi sayang kaki kanan dinda menerjang dada putri.


Bukk..putri terpental jatuh ke belakang. Gua lihat putri megangin dadanya kayaknya sakit beneran tuh, putri bangkit maju mengarahkan beberapa pukulan ke dinda tapi bisa dinda tangkis, kemudian dinda mengeluarkan tendangan memutar dan bukk…!


Pelipis kiri dinda mengucurkan darah, putri terjatuh lagi, dia berhenti sebentar kemudian bangun agak sempoyongan dan dia mengusap darah yang mengucur di pelipis kirinya. Dan dinda maju masih berusaha menendang putri kali ini putri bisa menangki tendangan dinda, tetapi dinda merunduk kemudian menyapu kaki bawah putri, dan putri terjatuh lagi untuk yang ke tiga kalinya. Tapi putri tetap berusaha berdiri lagi gua lihat kakinya sebelah kiri agak pincang.
Gua nggak tega tihat keadaan putri kayaknya dia udah nggak mungkin bisa menang dengan kondisi badan begitu.


“ masih mau lanjut..? “ tantang dinda.
“ jangan sombong..! Kamu nggak lihat aku masih bisa berdiri…!”
“ cihh..!”


Dinda langsung menerjang putri dengan tendangannya tapi kali ini putri nggak menangkis tendangan dinda, putri cuma mengelak sedikit dan menangkap kaki dinda, kemudian putri meluncurkan jap kanan ke bawah dagu dinda dan bukk….! Dinda terpental jatuh. Gua mengamati pertarungan mereka sepertinya dinda lebih aktif dengan kakinya sedangkan putri lebih aktif dengan tangannya.
Dinda berusaha bangkit, kanyaknya dinda nggak sanggup berdiri lagi pukulan putri ke dagu dinda berakibat fatal menurut gua.



“ din..dinda kamu nggak apa apa…?” tanya andi.
“ nggak apa apa, aku mengaku kalah, kanyaknya aku nggak sanggup lagi…!” dinda mengaku kalah. Gua lari nyamperin putri.
“ put, kamu nggak apa apa…?” tanya gua.
“ nggak apa apa gimana..? Udah jelas bocor gini..!” putri melotot ke gua, haduhh…gua mah serba salah mau perhatian malah di marahin…!
“ iya, maaf ..!” kata gua, gua bantuin putri duduk dan dia bersender ke badan gua.
“ ndi, tolong panggilin supir si dinda kesini buat bantuin dinda tuh..!” kata gua.
“ oh, iya …!” andi lari keluar gedung.


Gua lihat mereka berdua benar benar kecapean, padahal pertarungan cuma 15 menit udah pada bocor begini apalagi kalau satu jam bisa pada mati semua nih.
“ kamu hebat put..!”
“ kamu juga din..!”


“ aku punya pertanyaan buat kamu put, kenapa kamu bela belain rudi sampai begini sih, biasanya urusan cowok kamu nggak pernah sampai begini..?” tanya dinda.



“ kamu nggak tau apa apa din, cowok jelek di belakangku ini, Jangankan luka begini sampai mati pun aku lakukan..!” buset…! Gua dibilang jelek, ibu gua aja bilang gua ganteng kok..! Tapi gua tersanjung banget bro… dibelain putri.
“
alasannya apa put..? Rudi bukan pacar kamu kan..?”
“ lebih dari pacar din…!, dia harga diri aku, dia kehormatanku, segalanya bagiku…!” gua hampir nangis dengar kata kata putri tapi gua tahan.
“ aku nggak ngerti put, tapi aku salut buat kamu..!”
“ terimakasih, tapi kamu ngapain juga sampai nekad begini, ngejar rudi, kamu benar benar suka dia..?”
“ nggak kok put, aku cuma dendam aja sama kamu, aku selalu di bawah kamu, jadi aku iri sama kamu put, maafin aku put..!”
“ maafin aku juga din, aku nggak berniat musuhin kamu kok selama ini..!”


Akhirnya mereka berdua bersalaman dan kemudian andi datang dengan sopir pribadi dinda, dan dinda di bawa ke mobilnya. Tinggal gua berdua sama putri di dalam gedung.

“ anu…put..omongan kamu tadi benar…?”
“ yee…ge er yah…!” putri malah ngeledekin gua.
“ he..he..dikit sih…!” Gua jadi malu.
“ yang jelas kamu milikku cuma aku…!”
“ iya…iya…!” kalau udah dengar kata kata itu nggak usah di bantah, pasrah aja….!
“ gendong…! Kakiku yang kiri keseleo nih…!”
Gua keluar gedung olahraga sambil menggendong putri kemobilnya.